V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Perkembangan Wilayah
Perkembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan, yang bertujuan untuk memacu
perkembangan sosial ekonomi dan mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah. Salah satu penilaian tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat
berdasarkan ketersediaan sarana-prasarana yang dimiliki. Wilayah yang berkembang diindikasikan dengan tersedianya sarana-prasarana yang paling
memadai dari segi jumlah maupun jumlah jenisnya, dan dapat menjadi pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya. Metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat perkembangan wilayah diantaranya adalah metode indeks entropy
, tipologi Klassen matriks Klassen dan metode skalogram seperti yang digunakan dalam analisis ini.
Ketersediaan sarana prasarana suatu wilayah baik dari segi jumlah maupun jumlah jenisnya, merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk
menggambarkan perkembangan wilayah. Metode analisis skalogram yang dilakukan mengelompokkan wilayah kedalam 3 hierarki. Tingkat perkembangan
wilayah dalam analisis ini berupa unit kecamatan di 5 kabupaten perbatasan. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang,
Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu sebanyak 90 kecamatan. Hierarki wilayah tercermin dari nilai Indeks
Perkembangan Kecamatan IPK dan jumlah jenis fasilitas. Semakin tinggi IPK dan semakin banyak jumlah jenis fasilitas yang dimiliki maka semakin
berkembang suatu kecamatan. Kecamatan tersebut merupakan hierarki 1 dan menjadi pusat pelayanan bagi kecamatan sekitarnya yang memiliki IPK dan
jumlah jenis fasilitas yang lebih rendah. Menurut Budiharsono 2001, metode ini mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain : 1 Memperlihatkan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas pelayanan; 2 Secara cepat dapat mengorganisasikan data
dan mengenal wilayah; 3 Membandingkan pemukiman-pemukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas pelayanan; 4
Memperlihatkan hierarki pemukiman atau wilayah; 5 Secara potensial dapat digunakan untuk merancang fasilitas baru dan memantaunya.
Hasil analisis skalogram dapat dilihat pada Lampiran 1 dimana diperoleh IPK berkisar antara 17,90 – 103,57 dan jumlah jenis fasilitas yang dimiliki
masing-masing kecamatan berkisar 7-37 jenis fasilitas tiap kecamatan. Pengkelasan hierarki dilakukan berdasarkan nilai selang IPK terhadap standar
deviasi IPK dan nilai rataannya seperti yang telah di kemukakan pada Bab Metodologi Penelitian dalam Tabel 4. Hierarki 1 memiliki selang nilai IPK lebih
dari rataan +2St Dev IPK, kecamatan ini dapat dikatakan memiliki ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas pelayanan umum yang memadai dan
lebih maju dibandingkan dengan kecamatan lain. Kecamatan dengan hierarki 1 dapat menjadi pusat pelayan bagi kecamatan hierarki 2 ataupun hierarki 3. Nilai
IPK hierarki 1 berkisar 114,04-75,85. Hierarki 2 memiliki selang nilai IPK kurang dari rataan +2xSt Dev IPK
namun masih di atas rata-rata nilai IPK, nilai IPK hirarki 2 berkisar 68,85-41,16. Kecamatan ini memiliki ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas pelayanan
umum relatif lebih rendah dibandingkan dengan kecamatan pada hierarki 1. Hierarki 3 merupakan kecamatan yang memiliki nilai IPK paling rendah dan
dibawah rata-rata IPK. Hal ini berarti bahwa kecamatan yang tergolong dalam hierarki 3 belum memiliki ketersedian sarana-prasarana yang memadai di
bandingkan dengan kecamatan lain, dan atau jarak menuju tempat sarana- prasarana tersebut jauh. Nilai hirarki 3 pada analisis ini berkisar 34,49-17,31
Berikut adalah Tabel 15 yang menyajikan secara ringkas jumlah dan persentase hierarki kecamatan berdasarkan hasil analisis skalogram.
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Hirarki Kecamatan Kabupaten Perbatasan
HIERARKI Keseluruhan
Kecamatan Kecamatan Perbatasan
Jumlah Persen
Jumlah Persen
1 5 5,56
0 0 2 30
33,33 5 38,46
3 55 61,11
8 61,54 Jumlah
90 100
13 100
Sumber: Hasil Analisis PODES
Sebaran hierarki kecamatan di kabupaten perbatasan masih didominasi oleh hierarki 2 sebesar 33,33 dan hierarki 3 sebesar 61,11, sedangkan hierarki
1 hanya sebesar 5,56 atau sebanyak 5 kecamatan dari 90 jumlah keseluruhan kecamatan di 5 kabupaten perbatasan. Kecamatan yang termasuk dalam hierarki 1
diantaranya terdiri dari kecamatan yang merupakan ibukota kabupaten seperti Kecamatan Sintang ibu kota Kabupaten Sintang, Kecamatan Bengkayang ibukota
Kabupaten Bengkayang, dan Kecamatan Putussibau Selatan yang merupakan ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan ibukota kabupaten yang memiliki
sarana-prasarana yang lebih memadai dibandingkan dengan kecamatan lainnya merupakan suatu hal yang wajar karena merupakan pusat pemerintahan bagi tiap
kabupaten. Pada Kabupaten Sambas kecamatan yang menempati hierarki 1 adalah
Kecamatan Pemangkat dan Sungai Raya, kedua kecamatan tersebut memiliki hierarki yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Sambas yang
merupakan ibukota kabupaten. Kedua kecamatan tersebut lebih berkembang dikarenakan dari segi akses yang lebih dekat dari Kota Pontianak dan memiliki
sektor pariwisata pantai yang menjadi tujuan wisata bagi masyarakat di Kalimantan Barat. Kecamatan Pemangkat dan Kecamatan Sungai Raya memiliki
jumlah maupun jumlah jenis fasilitas yang lebih banyak dibandingkan dengan Kecamatan Sambas, selain itu faktor jarak menuju Kecamatan Sambas yang lebih
jauh menyebabkan Kecamatan Sambas menempati hierarki 2. Pada Kabupaten Sanggau, tidak satupun kecamatannya yang menempati
hierarki 1 meskipun Kecamatan Kapuas yang merupakan ibukota Kabupaten. Ini menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, Kabupaten
Sanggau memiliki tingkat perkembangan wilayah yang relatif rendah, ditandai dengan ibukota kabupatennya sendiri memiliki jumlah maupun jumlah jenis
fasilitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan kecamatan lain. Kecamatan Entikong yang merupakan kecamatan perbatasan merupakan kecamatan yang
memiliki hierarki tertinggi di Kabupaten Sanggau, yaitu hierarki 2. Berdasarkan ketersediaan sarana-prasarana wilayah tingkat perkembangan
kecamatan yang terdapat di 5 kabupaten perbatasan masih relatif rendah dan bahkan kurang berkembang karena sarana-prasarana yang masih belum memadai.
Hal ini tidak hanya terjadi di kecamatan perbatasan tetapi juga di kecamatan non- perbatasan.
Dari 30 kecamatan yang termasuk kedalam hierarki 2, 5 kecamatan diantara merupakan kecamatan perbatasan yang berbatasan langsung dengan
Serawak-Malaysia. Kecamatan perbatasan tersebut adalah Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, Kecamatan Putussibau Utara, Kecamatan Batang
Lupar Kabupaten Kapuas Hulu, Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau.
Kecamatan Sajingan besar tergolong kedalam hierarki 2 karena di kecamatan tersebut terdapat Pos Pemeriksaan Lintas Batas PPLB untuk
Kabupaten Sambas sehingga mengalami percepatan pembangunan terutama dari segi sarana-prasarana pendukung PPLB, begitu juga dengan Kecamatan Entikong
yang terdapat keberadaan lokasi PPLB untuk Kabupaten Sanggau. Kecamatan lain seperti Kecamatan Putussibau Utara, dan Kecamatan Batang Lupar juga tergolong
kedalam hierarki 2 dikarenakan letak kecamatan perbatasan tersebut paling dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten, dan kecamatan Puttusibau Utara
merupakan pemekaran dari ibukota Kabupaten yaitu Kecamatan Putussibau Selatan.
Hierarki 3 merupakan hierarki yang paling mendominasi di kecamatan kabupaten perbatasan dengan persentase sebesar 61,11 atau sebanyak 55
kecamatan dari 90 keseluruhan kecamatan di 5 kabupaten perbatasan. Terdapat 8 kecamatan perbatasan dari berbagai kabupaten yang tergolong kedalam hierarki 3.
Kecamatan tersebut diantaranya adalah Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas, Kecamatan Jadoi Babang, Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang,
Kecamatan Ketungau Tengah, Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang Kecamatan Puring Kencana, Kecamatan Embaloh Hulu, Kecamatan Badau
Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan Jagoi Babang di Kabupaten Bengkayang, Kecamatan
Ketungau Hulu di Kabupaten Sintang dan Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kecamatan dimana tempat dibangunnya PPLB. Namun
dari segi sarana-prasarana masih relatif rendah di bandingkan dengan Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Entikong.
Hasil analisis skalogram secara spasial dapat dilihat pada Gambar 11 Peta Sebaran Hierarki Kecamatan. Warna Hijau menunjukkan kecamatan yang tingkat
perkembangan wilayahnya paling tinggi atau hierarki 1, warna kuning yang menunjukkan hierarki 2, sedangkan warna merah menunjukkan tingkat
perkembangan wilayah paling rendah yaitu hierarki 3. Berdasarkan hasil analisis tingkat perkembangan wilayah kecamatan di
kabupaten perbatasan, tidak dapat dikatakan bahwa kecamatan-kecamatan perbatasan memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih rendah
dibandingkan dengan kecamatan non-perbatasan. Beberapa kecamatan non- perbatasan bahkan memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih rendah
dibandingkan dengan kecamatan perbatasan. Peta sebaran hierarki kecamatan di kabupaten perbatasan memperlihatkan
bahwa, pola sebaran hierarki 2 maupun hierarki 3 tersebar pada kecamatan yang lokasinya jauh dari masing-masing ibukota kabupaten, namun pengecualian untuk
kecamatan perbatasan yang menjadi lokasi dibangunnya PPLB. Pada kecamatan tempat lokasi PPLB dibangun, cenderung memiliki hierarki yang lebih tinggi
meskipun terletak jauh dari ibukota kabupatennya. Hal ini terjadi karena pada Kecamatan tersebut terjadi pecepatan pembangunan terutama dalam hal sarana-
prasarana untuk menunjang PPLB. Keseluruhan hasil analisis analisis skalogram terhadap kecamatan yang terdapat di 5 kabupaten perbatasan dapat disimpulkan
bahwa sarana-prasarana di kecamatan kabupaten perbatasan belum memadai, terlebih lagi di kecamatan yang lokasinya jauh dari pusat ibukota kabupaten.
Pembangunan sarana-prasarana berupa jalan sangat penting untuk menciptakan interkasi antar kecamatan di kabupaten perbatasan dan membuka
keterisolasian beberapa kecamatan yang tertinggal. Penelitian terbaru di Cina yang dilakukan oleh Fan dan Zhang 2004 telah menunjukkan bahwa investasi
dalam bentuk pembangunan infrastruktur publik memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan produktivitas pedesaan, dan lebih lanjut menyatakan bahwa
investasi di jalan pedesaan memiliki keuntungan yang lebih tinggi dari investasi jalan raya. Menurut Fan et al. 2004 jika pemerintah ingin mengelola
ketidaksetaraan daerah yang tumbuh di Cina, maka investasi dalam infrastruktur publik di daerah tertinggal harus menjadi prioritas kebijakan penting.
Pembangunan sarana-prasarana infrastruktur terutama jalan sangat penting bagi kecamatan di kabupaten perbatasan yang sebagian besar masih tertinggal.
Peranan sarana-prasarana maupun jalan tidak hanya dapat membuka keterisolasian daerah yang masih tertinggal tetapi juga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan kemajuan wilayah.
5.2. Identifikasi Sektor Unggulan