Analisis Disparitas Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN

terkecil bagi kabupaten Sanggau, bahkan Kecamatan Mukok tidak memiliki satupun sektor unggulan. Berdasarkan tingkat perkembangan wilayah, Kecamatan Mukok termasuk kecamatan yang belum berkembang dengan menempati hierarki 3.

5.3.2. Indeks Theil

Entropy Analisis Indeks Theil Entropy ini dilakukan untuk melihat disparitasketimpangan yang terjadi antar kelompok kecamatan di kabupaten perbatasan. Nilai disparitas yang diperoleh dari analisis Indeks Theil Entropy menunjukkan bahwa disparitas antar kelompok kecamatan di kabupaten perbatasan diakibatkan oleh ketimpangan dalam masing-masing kelompok kecamatan WKNP dan WKP. Hasil analisis Indeks Theil Entropy dapat dilihat pada Lampiran 4. Hal ini dibenarkan dengan kenyataan di lapang bahwa ada beberapa kecamatan perbatasan yang lebih maju dibandingkan dengan kecamatan perbatasan lainnya, seperti Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau, Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, Kecamatan Badau Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan tersebut dinilai lebih maju dibandingkan dengan kecamatan perbatasan lainnya dikarenakan adanya PPLB masing-masing kabupaten sehingga mengalami percepatan pembangunan terutama sarana- prasarana dalam mendukung PPLB. Ketimpangan yang terjadi pada kelompok WKNP dikontribusikan oleh Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Sambas, dan Kecamatan Teluk Keramat di Kabupaten Sambas, Kecamatan Meliau, Kecamatan Kapuas, dan Kecamatan Mukok pada Kabupaten Sanggau, dan Kecamatan Putussibau Selatan pada Kabupaten Kapuas Hulu. Ketimpangan yang terjadi di dalam kelompok WKNP terjadi karena adanya ketimpangan yang sangat nyata antara kecamatan yang merupakan ibukota kabupaten dan memiliki nilai PDRB yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Kecamatan yang menyumbangkan nilai PDRB yang besar terhadap total PDRB kabupaten dan dan merupakan ibukota kabupaten adalah Kecamatan Sambas, Kecamatan Kapuas, dan Kecamatan Putussibau Selatan. Sebaliknya pada WKNP yang memberikan sumbangan yang relatif kecil terhadap kabupaten perbatasan juga menyebabkan meningkatkan disparitas dalam kelompok WKNP. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Teluk Keramat, Kecamatan Meliau, dan Kecamatan Mukok.

5.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Disparitas

Pembangunan Wilayah Perbatasan Analisis faktor yang diduga berpengaruh terhadap disparitas pembangunan wilayah perbatasan adalah dengan menggunakan model ekonometrika spasial. Model ekonometrika dengan tehnik analisis Genelar Linear Model GLM lebih baik dibandingkan dengan Multiple Regression karena pada model GLM memperhatikan adanya keterkaitan spasial antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Secara prinsip model ekonometrika ini dibangun dengan matrik contiguity keterkaitan antar wilayah berdasarkan jarak geografis, dalam hal ini matrik contiguity dibangun berdasarkan jarak centroid. Matriks ini akan menjadi pembobot variabel sehingga dapat dilihat sejauh mana suatu variabel di suatu lokasi berpengaruh terhadap disparitas dilokasi lainnya. Variabel indikator yang digunakan dipilih berdasarkan aspek yang diduga menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya disparitas di wilayah perbatasan. Variabel tersebut diantaranya adalah variabel jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas wilayah, nilai indeks perkembangan kecamatan IPK yang diperoleh dari hasil analisis skalogram, nilai disparitas kecamatan yang diperoleh dari indeks Williamson, jumlah jenis fasilitas, total PRBD, serta pangsa luasan beberapa penutupan lahan yang terdapat di masing-masing kecamatan. Landasan dalam memilih variabel-variabel tersebut didasarkan pada studi literatur yang mengkaji tentang penyebab terjadinya disparitas suatu wilayah. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap disparitas antar wilayah kecamatan di kabupaten perbatasan dilakukan dengan menguji 1 variabel tujuan dependent variable y yaitu nilai disparitas, dengan 26 variabel penjelas explanatory variables x termasuk didalamnya variabel yang diboboti dengan matrik kontiguitas kedekatan jarak centroid. Hasil pendugaan variabel penyebab terjadinya disparitas dengan menggunakan metode ekonometrika spasial pada Tabel 26 menghasilkan nilai R 2 sebesar 0,8152 atau sebesar 81,52. Persentase nilai koefisien determinasi R 2 mampu menunjukkan besarnya pengaruh keterkaitan spasial antar wilayah terhadap disparitas yang terjadi di wilayah perbatasan, dan juga menjelaskan keberagaman variabel-variabel penjelas yang digunakan untuk menggambarkan variabel tujuan yang sudah cukup baik. Tabel 26. Hasil Nilai R 2 dan Uji F Model Ekonometrika Spasial Multiple - R Multiple - R² Adjusted - R² SS - Model df - Model MS - Model F P Disparitas 0,902877 0,815188 0,643576 12,85479 26 0,494415 4,750192 0,000055 Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan hasil analisis metode ekonometrika spasial pada Tabel 27. secara statistik variabel yang diduga sebagai faktor penyebab terjadinya disparitas di wilayah perbatasan memiliki nilai p-level 0,05 diantaranya ada faktor yaitu nilai PDRB di kecamatan itu sendiri PDRB , serta nilai PDRB di wilayah sekitarnya W_ PDRB dan disparitas atau ketimpangan yang terjadi di daerah sekitar W_DISPARITAS . PDRB merupakan salah satu indikator yang paling sering digunakan untuk menilai pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah. Pada analisis ini faktor nilai PDRB disutu daerah PDRB maupun faktor nilai PDRB di wilayah sekitar W_PDRB merupakan faktor yang secara signifikan berpengaruh nyata terhadap disparitas yang terjadi di 3 kabupaten perbatasan Provinsi Kalimantan Barat. Koefisien nilai Beta ß yang positif pada faktor PDRB dan W_PDRB dapat diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah itu sendiri maupun di wilayah sekitarnya dapat meningkatkan disparitas antar diwilayah perbatasan. Peningkatan disparitas yang terjadi di suatu daerah disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi didaerahnya sendiri, maupun karena adanya pertumbuhan ekonomi daerah sekitarnya. Pertumbuhan ekonomi belum mampu menekan maupun menurunkan tingkat disparitas suatu wilayah, bahkan menjadi penyebab meningkatnya disparitas atau dapat dikatakan sebagai pertumbuhan yang tidak berkualitas, karena tidak diikuti dengan pemerataan. Namun bukan berarti bahwa pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dari nilai PDRB tidak penting. Pertumbuhan ekonomi diharapkan terus meningkat dan diikuti dengan pemerataan dan meningkatkan kegiatan ekonomi berbasis lokal. Secara umum pertumbuhan ekonomi khususnya bagi wilayah perbatasan kurang berpengaruh terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya. Sebagian besar wilayah kecamatan perbatasan masih cenderung berorientasi pada perekonomian Serawak, sehingga pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan harus ditingkatkan. Tabel 27. Nilai Parameter Estimates dan Koefisien ß Model Ekonometrika Spasial R = 0,902877 R 2 = 0,815188 Adjusted R² = 0,643576 Variabel Param. Std.Err t p_level Beta ß St.Err.ß Intercept 1,8160 3,691945 0,49188 0,626640 Kpdtn_pddk -0,3765 0,615604 -0,61155 0,545767 -0,2983 0,487757 Jml_Pddk -0,5829 0,342877 -1,70003 0,100210 -0,5506 0,323904 Luas 0,4430 0,616613 0,71852 0,478393 0,3633 0,505630 IPK -0,1022 0,193877 -0,52737 0,602088 -0,0855 0,162099 Jml_Jns 0,0837 0,290584 0,28797 0,775491 0,0657 0,228315 PDRB 0,6111 0,136877 4,46466 0,000120 0,6297 0,141046 Hutan LKP 0,2978 0,693974 0,42906 0,671164 0,2319 0,540495 Hutan LKS -0,1342 0,284672 -0,47128 0,641090 -0,1223 0,259538 Hutan RP -0,4113 0,491649 -0,83653 0,409942 -0,2748 0,328515 Hutan RP -0,1321 0,176592 -0,74829 0,460526 -0,1403 0,187450 Pemukiman 0,3568 0,191819 1,86025 0,073384 0,3471 0,186605 Perkebunan -0,0630 0,132539 -0,47530 0,638259 -0,0818 0,172168 Pertambangan -0,0566 0,131561 -0,42986 0,670589 -0,0598 0,139103 W_Kpdtn_pddk 5,7985 7,239847 0,80091 0,429925 7,5685 9,449861 W_Jml_Pddk -6,5660 6,433793 -1,02055 0,316205 -9,5218 9,330099 W_IPK -1,4264 1,524392 -0,93574 0,357408 -2,0396 2,179674 W_Jml_Jns 5,7647 5,749543 1,00263 0,324624 8,2124 8,190837 W_PDRB 6,1182 2,768785 2,20969 0,035473 9,0993 4,117911 W_DISPARITAS -4,3580 1,356950 -3,21164 0,003306 -6,1374 1,910979 W_Hutan LKP -12,8671 9,400364 -1,36879 0,181947 -12,6029 9,207344 W_Hutan LKS -1,8985 1,846256 -1,02829 0,312617 -2,1812 2,121167 W_Hutan RP -0,9063 4,378868 -0,20698 0,837525 -0,9201 4,445503 W_Hutan RS -2,2722 3,450784 -0,65846 0,515620 -3,2337 4,911004 W_Pemukiman 12,1700 8,190797 1,48582 0,148501 10,9172 7,347641 W_Perkebunan -0,6283 1,168899 -0,53748 0,595184 -0,9424 1,753331 W_Pertambangan -0,3513 0,529646 -0,66321 0,512618 -0,3683 0,555269 Sumber: Hasil Analisis Keterangan : Berpengaruh nyata pada p 0,05 Keterangan: Kpdtn_pddk : Kepadatan Penduduk Jml_Pddk : Jumlah Penduduk Luas : Lluas Kecamatan IPK : Indeks Perkembangan Kecamatan Jml_Jns : Jumlah Kenis Fasilitas PDRB : Nilai PDRB Hutan LKP : Hutan Lahan Kering Primer Hutan LKS : Hutan Lahan Kering Sekunder