Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Disparitas

berpengaruh terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya. Sebagian besar wilayah kecamatan perbatasan masih cenderung berorientasi pada perekonomian Serawak, sehingga pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan harus ditingkatkan. Tabel 27. Nilai Parameter Estimates dan Koefisien ß Model Ekonometrika Spasial R = 0,902877 R 2 = 0,815188 Adjusted R² = 0,643576 Variabel Param. Std.Err t p_level Beta ß St.Err.ß Intercept 1,8160 3,691945 0,49188 0,626640 Kpdtn_pddk -0,3765 0,615604 -0,61155 0,545767 -0,2983 0,487757 Jml_Pddk -0,5829 0,342877 -1,70003 0,100210 -0,5506 0,323904 Luas 0,4430 0,616613 0,71852 0,478393 0,3633 0,505630 IPK -0,1022 0,193877 -0,52737 0,602088 -0,0855 0,162099 Jml_Jns 0,0837 0,290584 0,28797 0,775491 0,0657 0,228315 PDRB 0,6111 0,136877 4,46466 0,000120 0,6297 0,141046 Hutan LKP 0,2978 0,693974 0,42906 0,671164 0,2319 0,540495 Hutan LKS -0,1342 0,284672 -0,47128 0,641090 -0,1223 0,259538 Hutan RP -0,4113 0,491649 -0,83653 0,409942 -0,2748 0,328515 Hutan RP -0,1321 0,176592 -0,74829 0,460526 -0,1403 0,187450 Pemukiman 0,3568 0,191819 1,86025 0,073384 0,3471 0,186605 Perkebunan -0,0630 0,132539 -0,47530 0,638259 -0,0818 0,172168 Pertambangan -0,0566 0,131561 -0,42986 0,670589 -0,0598 0,139103 W_Kpdtn_pddk 5,7985 7,239847 0,80091 0,429925 7,5685 9,449861 W_Jml_Pddk -6,5660 6,433793 -1,02055 0,316205 -9,5218 9,330099 W_IPK -1,4264 1,524392 -0,93574 0,357408 -2,0396 2,179674 W_Jml_Jns 5,7647 5,749543 1,00263 0,324624 8,2124 8,190837 W_PDRB 6,1182 2,768785 2,20969 0,035473 9,0993 4,117911 W_DISPARITAS -4,3580 1,356950 -3,21164 0,003306 -6,1374 1,910979 W_Hutan LKP -12,8671 9,400364 -1,36879 0,181947 -12,6029 9,207344 W_Hutan LKS -1,8985 1,846256 -1,02829 0,312617 -2,1812 2,121167 W_Hutan RP -0,9063 4,378868 -0,20698 0,837525 -0,9201 4,445503 W_Hutan RS -2,2722 3,450784 -0,65846 0,515620 -3,2337 4,911004 W_Pemukiman 12,1700 8,190797 1,48582 0,148501 10,9172 7,347641 W_Perkebunan -0,6283 1,168899 -0,53748 0,595184 -0,9424 1,753331 W_Pertambangan -0,3513 0,529646 -0,66321 0,512618 -0,3683 0,555269 Sumber: Hasil Analisis Keterangan : Berpengaruh nyata pada p 0,05 Keterangan: Kpdtn_pddk : Kepadatan Penduduk Jml_Pddk : Jumlah Penduduk Luas : Lluas Kecamatan IPK : Indeks Perkembangan Kecamatan Jml_Jns : Jumlah Kenis Fasilitas PDRB : Nilai PDRB Hutan LKP : Hutan Lahan Kering Primer Hutan LKS : Hutan Lahan Kering Sekunder Keterangan: Hutan RP : Hutan Rawa Primer Hutan RP : Hutan Rawa Sekunder Pemukiman : Luas Pemukiman Perkebunan : Luas Perkebunan Pertambangan : Luas Penutupan Lahan Pertambangan W_ : Nilai Variabel yang sama namun diwilayah sekitarnya Pertumbuhan ekonomi yang baik dipicu oleh adanya keterkaitan antara sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer merupakan sektor yang berbasis sumberdaya, yaitu berupa sektor pertanian dan pertambangan. sektor sekunder merupakan kegiatan sektor ditandai dengan adanya kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil sektor pertanian maupun pertambangan. Sektor sekunder diantaranya berupa sektor industri pengolahan, listrik, bangunan, dan perdagangan. Berkembangnya sektor industri pengolahan maka akan memacu pertumbuhan sektor sekunder lainnya seperti listrik, bangunan serta perdagangan yang menunjang kegiatan industri pengolahan, dan tentunya akan meningkatkan lapangan pekerjaan. Sektor tersier berupa sektor pengangkutan, keuangan, dan jasa. Pertumbuhan nilai PDRB sampai pada unit kecamatan di kabupaten perbatasan sudah cukup baik Keterkaitan ketiga sektor tersebut di kecamatan kabupaten perbatasan belum terlihat. Sektor yang menjadi unggulan di di kecamatan kabupaten perbatasan berupa sektor primer dan sektor tersier, sedangkan sektor sekunder belum berkembang. Hal ini dapat mengindikasikan adanya pengurasan sumberdaya atau kebocoran regional pada kabupaten perbatasan dengan bertumpu pada sektor tertentu saja terutama pertanian. Kekayaan sumberdaya alam yang besar pada sektor pertanian maupun pertambangan belum mampu menggerakkan sektor-sektor lain. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap disparitas antar kecamataan di wilayah perbatasan adalah besarnya nilai disparitas yang terjadi di kecamatan sekitar W_DISPARITAS dengan nilai koefisien beta ß sebesar -6,1374. Korelasi negatif dari nilai koefisien tersebut dapat diinterpretasikan bahwa besarnya total nilai disparitas yang terjadi di wilayah perbatasan dapat diturunkan dengan memfokuskan pada daerah yang menyumbangkan memiliki nilai disparitas yang besar terutama kecamatan yang tertinggal baik dari segi sarana- prasaran maupun dari segi perekonomian daerahnya. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Mukok dan Kecamatan Meliau dengan nilai Indeks Williamson berturut-turut sebesar 3,27 dan 1,93. Hasil analisis skalogram juga menggolongkan kedua kecamatan tersebut kedalam kecamatan masih tertinggal dari segi sarana-prasarana wilayahnya, dengan menempati hierarki 3. Sejalan dengan apa yang dihasilkan dari analisis Indeks Theil Entropy bahwa ketimpangan yang terjadi lebih diakibatkan oleh adanya kesenjangan dalam kelompok kecamatan perbatasan bukan kesenjangan antar kecamatan perbatasan dengan non perbatasan. Sejauh ini kecamatan perbatasan yang mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah kecamatan yang merupakan lokasi tempat dibangunnya pos pemeriksaan lintas batas saja seperti di Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Kecamatan Entikong di Kabupaten Sanggau, serta Kecamatan Sajingan Besar di Kabupaten Sambas, sedangkan kecamatan perbatasan lainnya masih tertinggal baik dari segi ketersediaan sarana-prasarana, maupun perekonomiannya berdasarkan sumbangan PDRB kecamatan terhadap PDRB kabupaten. Selain dari ketiga faktor tersebut diatas, faktor lain yang juga dapat dikatakan memiliki peran yang cukup nyata terhadap terjadi disparitas, adalah faktor permukiman di wilayah kecamatan itu sendiri meskipun nilai p-level 0,05 yaitu sebesar 0,07. Dibandingkan dengan variabel lain yang memiliki p-level 0,1 bahkan sampai 0,8, pemukiman memiliki p-levelnya yang jauh lebih kecil. Hal ini mengindikasikan apabila di masa yang akan datang terjadi peningkatan pangsa luas pemukiman wilayah, bukan tidak mungkin faktor pemukiman ini menjadi faktor yang berpengaruh nyata terhadap disparitas wilayah perbatasan. Banyaknya pemukiman di suatu wilayah kecamatan merupakan faktor yang berkorelasi positif terhadap meningkatnya disparitas wilayah, apabila terjadi peningkatan pangsa luas pemukiman disuatu wilayah kecamatan akan mengakibatkan disparitas antar wilayah kecamatan semakin besar. Luas pemukiman menandakan bahwa populasi penduduk di suatu kecamatan semakin meningkat, jika tidak terjadi pemerataan sebaran penduduk,maka disparitas akan semakin tinggi. Luas pemukiman tentunya akan semakin bertambah dengan pesat terutama pada kecamatan yang lebih maju, karena penduduk akan cenderung bertempat tinggal di tempat yang yang memiliki fasilitas sarana-prasarana yang lebih memadai. Hal ini menyebabkan daerah tertinggal di wilayah perbatasan semakin ditinggalkan sehingga mengalami penurunan jumlah penduduk dari tahun ketahun.

5.5 Pembahasan Umum

Kondisi disparitaskesenjangan pembangunan antar wilayah dapat dilihat dari sebaran tingkat perkembangan wilayah dan aktivitas sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Tingkat perkembangan wilayah dalam analisis ini ditunjukkan oleh perbedaan sarana-prasarana sosial-ekonomi seperti sarana pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi, sanitasi dan lain-lain. Kesenjangan pembangunan khususnya pembangunan sarana-prasarana berdasarkan hierarki wilayahnya, terlihat sangat nyata antara 5 kecamatan dengan 85 kecamatan lainnya. Kelima kecamatan tersebut diantaranya berupa ibukota kabupaten sebagai pusat pemerintahan dari masing-masing kabupaten dan kecamatan lainnya dikarenakan faktor lokasi yang lebih mudah dijangkau sehingga wajar apabila kecamatan tersebut menjadi kecamatan yang paling berkembang dari segi sarana-prasarana yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan hasil analisis disparitas wilayah bahwa kesenjangan yang terjadi adalah kesenjangan didalam masing-masing kelompok kecamatan. 5 kecamatan tersebut menyebabkan kesenjangan dalam kelompok Wilayah Kecamatan Non-Perbatasan WKNP. Pada 85 kecamatan lainnya tingkat perkembangan wilayah terdiri dari relatif rendah sebanyak 55 kecamatan, sedangkan tingkat perkembangan wilayah 30 kecamatan lainnya tergolong relatif sedang. Tingkat perkembangan kecamatan yang didominasi dengan tingkat perkembangan wilayah sedang dan rendah mengindikasikan bahwa kecamatan-kecamatan yang terdapat di kabupaten perbatasan Kalimantan Barat merata namun dalam artian merata kurang dan bahkan secara merata belum berkembang, termasuk didalamnya adalah kecamatan perbatasan. Kecamatan perbatasan dengan tingkat perkembangan sedang merupakan kecamatan yang dijadikan sebagai lokasi tempat Pos Pemeriksaan Lintas Batas PPLB tiap kabupaten, sehingga pembangunan sarana-prasarana lebih memadai untuk menunjang PPLB tersebut. Upaya peningkatan pembangunan sarana-prasarana pada tiap wilayah kecamatan merupakan hal yang sangat penting, namun disisi lain membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan perlu didukung dengan kebijakan pemerintah untuk lebih memprioritaskan pembangunan daerah perbatasan. Disparitas pembangunan antar wilayah juga terlihat dari aktivitas sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Sektor yang diharapkan dapat menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi bagi kabupaten perbatasan adalah sektor unggulan masing-masing kabupaten maupun sektor unggulan kecamatan. Sektor unggulan di kecamatan kabupaten perbatasan adalah sektor primer yang berbasis pada sumberdaya alam sektor pertanian dan sektor tersier sektor pengangkutan, sektor keuangan, dan sektor jasa. Pertumbuhan ekonomi yang baik bagi suatu wilayah apabila pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya keterkaitan antar sektor primer pertanian dan pertambangan, dengan sektor sekunder industri pengolahan, listrik, bangunan, dan perdagangan serta sektor tersier pengangkutan, keuangan, dan jasa. Keterkaitan antar sektor dapat menghasilkan multiplier effect dari suatu sektor terhadap sektor lainnya untuk menggerakkan roda perekonomian. Sektor sekunder yang diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah dari hasil sumberdaya alam tidak berkembang di kecamatan-kecamatan kabupaten perbatasan. Pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada sektor tertentu saja seperti sektor primer yaitu pertanian akan menyebabkan pengurasan sumberdaya alam yang nantinya akan habis tanpa adanya kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah terhadap hasil pertanian. Begitu juga halnya dengan sektor tersier, berkembangnya sektor tersier dan menjadi sektor unggulan di kecamatan- kecamatan perbatasan mengindikasikan adanya kemungkinan kebocoran regional pada kabupaten perbatasan dan dimanfaatkan oleh kecamatan lain termasuk kabupaten non-perbatasan. Pengembangan sektor ekonomi disuatu wilayah tertentu akan lebih efektif dan efisien jika didasari dengan pertimbangan keterkaitan seluruh sektor ekonomi dalam menggerakkan perekonomian secara menyeluruh, baik di kabupaten perbatasan maupun kabupaten sekitarnya. Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah tergantung pada arahan kebijakan yang diterapkan pada wilayah yang bersangkutan. Arahan kebijakan pembangunan yang dapat dilakukan terhadap wilayah perbatasan adalah dengan berupaya memberdayakan aktivitas yang mampu meningkatkan perekonomian lokal wilayah yang berbasis pada masing-masing sektor unggulan dan potensi yang dimiliki. Hal yang tidak kalah penting adalah menciptakan keterkaitan antar sektor, misalnya keterkaitan sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan untuk mengolah hasil pertanian sehingga meningkatkan nilai jualnya. Keterkaitan seperti ini diharapkan dapat terjadi pula pada sektor-sektor lain di tiap kecamatan. Namun masalah yang paling mendasar agar dapat menggerakkan aktivitas sektor dan menciptakan keterkaitan antar sektor adalah dengan membangun sarana- prasarana dasar guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta meningkatkan aksesibilitas. Adanya aksesibilitas yang baik diharapkan dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di wilayah perbatasan yang memiliki sumberdaya yang potensial. Kebijakan pembangunan diharapkan dapat mengurangi perbedaan dalam tingkat perkembangan atau pembangunan dan kemakmuran antara kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lain, dan menjadikan kecamatan perbatasan sebagai beranda depan bagi Indonesia terhadap Serawak-Malaysia.