e. Pembobotan dilakukan terhadap data kapasitas dengan cara data kapasitas j
dibagi dengan bobot fasilitas j, dimana bobot fasilitas j = jumlah total kapasitas j dibagi dengan jumlah wilayah yang memiliki fasilitas j.
f. Standardisasi data dilakukan terhadap variabel-variabel baru dari data jarak
dan fasilitas berbobot dengan menggunakan rumus: =
dimana:
yij = variabel baru untuk wilayah ke-i dan jenis fasilitas atau jarak ke-j.
xij = jumlah sarana untuk wilayah ke-i dan jenis sarana atau jarak ke-j.
Minxj = nilai minimum untuk jenis sarana atau jarak ke-j.
sj = simpangan baku untuk jenis sarana atau jarak ke-j.
g. Indeks Perkembangan Kecamatan IPK
ditentukan dengan cara menghitung jumlah hasil standarisasi sarana dan aksesibilitas pada suatu wilayah.
Kemudian nilai IPK diurutkan nilainya dari yang terbesar sampai terkecil untuk ditentukan kelas hirarkinya.
h. Pada penelitian ini, IPK dikelompokkan ke dalam tiga kelas hierarki, yaitu
hierarki I tinggi, hierarki II sedang, dan hierarki III rendah. Penentuan kelas hierarki didasarkan pada nilai standar deviasi St Dev IPK dan nilai
rataannya, seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Selang Hierarki IPK
Hierarki Nilai Selang X
Tingkat Perkembangan
I X [rataan +2St Dev
IPK] Tinggi
II rataan ≤ X ≤ 2St Dev
Sedang III
X rataan Rendah
Dari hasil analisis skalogram berupa tingkatan hierarki, maka data tersebut diinput kedalam peta spasial sehingga diperoleh peta sebaran hierarki
kecamatan di kabupaten perbatasan.
3.4.2 Identifikasi Sektor Unggulan
Analisis sektor unggulan merupakan analisis untuk mengetahui sektor unggulan didalam unit kecamatan kabupaten perbatasan berdasarkan
sumbangannya terhadap aktivitas ekonomi yang digambarkan oleh nilai PDRB
kecamatan. Analisis ini dilakukan dengan mengkombinasikan hasil analisis
Location Quotient LQ dengan hasil Shift Share Analysis SSA kecamatan pada
masing-masing kabupaten. Data yang digunakan pada analisis LQ berupa data PDRB kecamatan tahun 2008, sedangkan pada analisis SSA menggunakan data
PDRB kecamatan dua titik tahun yaitu tahun 2007 dan tahun 2008. Suatu sektor dikatakan unggul apabila memiliki sifat komparatif dan
kompetitif di suatu wilayah. Komparatif merupakan kemampuan sektor untuk menjadi sektor basis terhadap sektor-sektor yang lain di wilayah yang sama,
sektor yang memiliki sifat komparatif ditandai dengan nilai LQ1. Kompetitif merupakan kemampuan suatu sektor untuk bersaing dengan sektor yang sama
dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Sifat kompetitif sektor di suatu wilayah ditandai dengan nilai komponen Differential Shift DS pada hasil analisis Shift
Share Analysis SSA yang positif.
Analisis sektor unggulan hanya dapat dilakukan pada tiga kabupaten perbatasan karena ketidaktersediaan data PDRB kecamatan. Kabupaten yang
dianalisis adalah Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Kapuas Hulu. Hasil dari analsis sektor unggulan ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dalam memberikan arahan kebijakan pembangunan daerah perbatasan agar sesuai dengan potensi sektor unggulan yang ada.
3.4.2.1 Location Quotient LQ
Metode LQ digunakan untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas di suatu wilayah dalam cakupan wilayah agregat yang lebih luas dan dapat
mengidentifikasi keungulan komparatif suatu wilayah dengan asumsi 1 kondisi geografis relatif sama, 2 pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan 3 setiap
aktifitas menghasilkan produk yang sama. Rumus umum dari persamaan Location Quotient
adalah sebagai berikut :
LQ
ij
=
X X .
X . X ..
Dimana :
LQij = Nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i Xij
= Nilai aktivitas ke-j di wilayah ke-i Xi.
= Nilai total aktivitas di wilayah ke-i X.j
= Nilai aktivitas ke-j di total wilayah X..
= Nilai total aktivitas di total wilayah
Dari persamaan ini maka nilai LQ yang dihasilkan untuk tiap aktivitas di tiap wilayah beserta interpretasinya adalah sebagai berikut :
• Nilai LQ
ij
1, menunjukkan terjadinya konsentrasipemusatan aktifitas ke-j di wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah
• Nilai LQ
ij
= 1, maka wilayah ke-i mempunyai pangsa aktifitas setara dengan
pangsa total
• Jika nilai LQ
ij
1, maka wilayah ke-i mempunyai pangsa relatif lebih kecil
dibandingkan dengan aktifitas yang ditemukan diseluruh wilayah
Analisis LQ dilakukan terhadap 5 kabupaten perbatasan Kalimantan Barat dengan menggunakan data PDRB Kabupaten tahun 2008, sedangkan analisis LQ
unit kecamatan menggunakan data PDRB Kecamatan tahun 2008 hanya dapat dilakukan terhadap 3 Kabupaten perbatasan saja yaitu Kabupaten Sambas,
Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Kapuas Hulu dengan alasan
ketidaktersediaan data pada 2 kabupaten perbatasan lainnya. 3.4.2.2
Shift Share Analysis SSA
SSA merupakan teknik analisis yang digunakan untuk melihat tingkat keunggulan kompetitif competitiveness suatu wilayah dalam cakupan wilayah
agregat yang lebih luas, berdasarkan kinerja sektor lokal local sector di wilayah tersebut. Teknik analisis SSA bertujuan untuk menganalisa pergeseran kinerja
suatu sektor di suatu wilayah untuk dipilah berdasarkan sumber-sumber penyebab pergeseran, untuk melihat keungulan kompetitif dan mengetahui sektor ataupun
wilayah yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan di wilayah lebih luas.
Ada tiga sumber penyebab pergeseran yaitu : • Komponen regional share, merupakan pertumbuhan total wilayah pada dua
titik tahun yang menunjukkan dinamika total wilayah. • Komponen proportional shift, menunjukkan pertumbuhan total
aktivitassektor secara relatif di wilayah agregat yang lebih luas. • Komponen
differential shift , menunjukkan tingkat kompetisis
competitiveness suatu aktivitassektor tertentu disuatu wilayah.
Apabila komponen
differential shift bernilai positif maka suatu wilayah
dianggap memiliki keunggulan kompetitif aktivitassektor tertentu karena secara