3.4 Tehnik Analisis Data
3.4.1 Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah
Analisis tingkat perkembangan wilayah dilakukan untuk menentukan hierarki relatif tiap wilayah kecamatan di kabupaten perbatasan. Data yang
digunakan adalah data Potensi Desa Provinsi Kalimantan Barat tahun 2008. Parameter yang diukur meliputi jumlah dan jumlah jenis fasilitas bidang
pendidikan, kesehatan, perekonomian dan jarak menuju lokasi fasilitas yang terdapat pada masing-masing desa di 5 kabupaten perbatasan Kabupaten Sambas,
Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu. Data jumlah maupun jumlah jenis parameter yang dimiliki tiap
desa kemudian dilakukan agregasi atau penjumlahan terhadap kecamatan yang sama agar didapat hierarki kecamatan. Jumlah keseluruhan kecamatan di 5
kabupaten perbatasan tersebut adalah sebanyak 90 kecamatan, yang terdiri dari 77 kecamatan non-perbatasan dan 13 kecamatan perbatasan.
Analisis ini menggunakan metode skalogram berbobot, secara terinci prosedur kerja penyusunan hierarki relatif suatu wilayah menggunakan Skalogram
berbobot adalah sebagai berikut: a.
Dilakukan pemilihan terhadap data Potensi Desa di 5 Kabupaten sehingga yang tinggal hanya data yang bersifat kuantitatif, yang kemudian diseleksi
berdasarkan parameter yang relevan untuk digunakan. b.
Dilakukan agregasipenjumlahan terhadap desa-desa yang terdapat dalam satu kecamatan yang sama, sehingga yang didapat adalah hierarki relatif
kecamatan; c.
Memisahkan antara data jarak dengan data jumlah fasilitas, hal ini karena antara data jarak dengan jumlah fasilitas bersifat berbanding terbalik.
d. Rasionalisasi data dilakukan terhadap data jarak dan fasilitas. Data jarak
diinverskan dengan rumus: y= 1x
ij
, dimana y adalah variabel baru dan x
ij
adalah data jarak j di wilayah i. Untuk nilai y yang tidak terdefinisikan x
ij
= 0, maka nilai y dicari dengan persamaan: y = x
ij
max + simpangan baku jarak j
. Selanjutnya data fasilitas diubah menjadi data kapasitas dengan cara data jumlah fasilitas j di wilayah i dibagi dengan jumlah penduduk di wilayah
i .
e. Pembobotan dilakukan terhadap data kapasitas dengan cara data kapasitas j
dibagi dengan bobot fasilitas j, dimana bobot fasilitas j = jumlah total kapasitas j dibagi dengan jumlah wilayah yang memiliki fasilitas j.
f. Standardisasi data dilakukan terhadap variabel-variabel baru dari data jarak
dan fasilitas berbobot dengan menggunakan rumus: =
dimana:
yij = variabel baru untuk wilayah ke-i dan jenis fasilitas atau jarak ke-j.
xij = jumlah sarana untuk wilayah ke-i dan jenis sarana atau jarak ke-j.
Minxj = nilai minimum untuk jenis sarana atau jarak ke-j.
sj = simpangan baku untuk jenis sarana atau jarak ke-j.
g. Indeks Perkembangan Kecamatan IPK
ditentukan dengan cara menghitung jumlah hasil standarisasi sarana dan aksesibilitas pada suatu wilayah.
Kemudian nilai IPK diurutkan nilainya dari yang terbesar sampai terkecil untuk ditentukan kelas hirarkinya.
h. Pada penelitian ini, IPK dikelompokkan ke dalam tiga kelas hierarki, yaitu
hierarki I tinggi, hierarki II sedang, dan hierarki III rendah. Penentuan kelas hierarki didasarkan pada nilai standar deviasi St Dev IPK dan nilai
rataannya, seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Selang Hierarki IPK
Hierarki Nilai Selang X
Tingkat Perkembangan
I X [rataan +2St Dev
IPK] Tinggi
II rataan ≤ X ≤ 2St Dev
Sedang III
X rataan Rendah
Dari hasil analisis skalogram berupa tingkatan hierarki, maka data tersebut diinput kedalam peta spasial sehingga diperoleh peta sebaran hierarki
kecamatan di kabupaten perbatasan.
3.4.2 Identifikasi Sektor Unggulan
Analisis sektor unggulan merupakan analisis untuk mengetahui sektor unggulan didalam unit kecamatan kabupaten perbatasan berdasarkan
sumbangannya terhadap aktivitas ekonomi yang digambarkan oleh nilai PDRB
kecamatan. Analisis ini dilakukan dengan mengkombinasikan hasil analisis
Location Quotient LQ dengan hasil Shift Share Analysis SSA kecamatan pada