Dana Alokasi Umum Konsep dan Definisi .1 Konsep Otonomi

dasar adalah kebutuhan dana daerah untuk membayar gaji dan tunjangan PNS. Secara umum formulasi dasar dari DAU ke suatu daerah adalah sebagai berikut 1 : DAU = CF + AD dimana, DAU = Dana Alokasi Umum CF = Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal AD = Alokasi Dasar Operasionalisasi perhitungan DAU, baik untuk tingkat provinsi maupun tingkat kabupatenkota, didasarkan atas perumusan umum sebagai berikut: Prop DAU Alokasi x Prop CF Prop CF Prop DAU i i KabKota DAU Alokasi x KabKota CF KabKota CF KabKota DAU i i Sedangkan penetapan kebutuhan dan kapasitas fiskal daerah diperoleh melalui perumusan sebagai berikut: Kebutuhan Fiskal = TBDR x kapita per PDRB Indeks á manusia n pembanguna Indeks á konstruksi kemahalan Indeks á wilayah luas Indeks á penduduk jumlah Indeks á 5 4 3 2 1 dimana: TBDR = Total Belanja Daerah Rata-rata = KabKota atau Prop Jmlh B.Modal B.Barang Pegawai B. i = Bobot masing-masing indeks yang didapat dari hasil uji ekonometrika nasional secara penduduk Jumlah daerah penduduk Jumlah Penduduk Jumlah Indeks i i 1 Machfud Sidik; B Raksaka Mahi; Robert Simanjuntak; Bambang Brojonegoro. 2002, Dana Alokasi Umum, Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah , LPEM-UI, Jakarta. nasional secara wilayah Luas daerah wilayah Luas Wilayah Luas Indeks i i nasional secara kemahalan indeks rata - Rata daerah konstruksi kemahalan Indeks Wilayah Konstruksi Kemahalan Indeks i i nasional Manusia Pemb indeks rata - Rata daerah Manusia Pemb Indeks Wilayah Manusia n Pembanguna Indeks i i nasional kapita per PDRB rata - Rata daerah kapita per PDRB Wilayah kapita per PDRB Indeks i i Sedangkan kapasitas fiskal daerah merupakan fungsi penerimaan potensial daerah yang berasal dari sumber-sumber resmi yang telah ditetapkan oleh UU. Adapun perhitungan kapasitas fiskal daerah dapat dirumuskan sebagai berikut: Kapasitas Fiskal = PAD + Dana Bagi Hasil Formulasi dana alokasi umum 2009 di hitung dengan adalah sebagai berikut: Sumber : Kemenkeu 2011 Gambar 2 Formulasi DAU tahun 2009. DAU ALOKASI DASAR = + CELAH FISKAL BELANJA PEGAWAI PNSD KEBUTUHAN FISKAL KAPASITAS FISKAL - INDEKS PENDUDUK 30 INDEKS LUAS WILAYAH 15 INDEKS K K 30 INDEKS P M 10 INDEKS PDRB PER KAPITA 15 PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD 50 DANA BAGI HASIL PAJAK 75 DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM 50 KbF = TBR a 1 IP + a 2 LW + a 3 IKK + a 4 IPM + a 5 PDRB Per Kapita Dana perimbangan lainnya adalah dana alokasi khusus yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah yang ditetapkan dalam APBN. Daerah penerima dana alokasi khusus wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10 sepuluh persen yang dianggarkan dalam APBD. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah : 1. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum. Misalnya kebutuhan kawasan transmigrasi, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer dan drainase primer. 2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional, antara lain proyek yang didanai oleh donor, pembiayaan reboisasi daerah, dan proyek- proyek kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

2.1.4 Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah mengalami perubahan seiring dengan dilaksanakanya desentralisasi fiskal. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah Halim 2007. Peraturan Pemerintah PP 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 1 ayat 5 yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam rangka anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada output, menggunakan konsep nilai uang value for money dengan prinsip tata pemerintahan yang baik. Pendekatan anggaran kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja output dari perencanaan alokasi biaya input yang telah ditetapkan PP. Nomor 105 tahun 2000, pasal 8. Kinerja mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik dan harus berpihak pada kepentingan publik. Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya menyangkut tiga aspek analisis yang saling terkait satu dengan lainya, yang terdiri dari: 1. Analisis penerimaan, yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial dan biaya-biaya dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut. 2. Analisis pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya-biaya dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya- biaya tersebut meningkat. 3. Analisis anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara pendapatan dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan. Dalam konsep yang lebih luas, menurut Mulyana 2006 sistem pengelolaan keuangan daerah terdiri dari aspek-aspek berikut : 1. Pengelolaan optimalisasi dan atau penyeimbangan seluruh sumber- sumber yang mampu memberikan penerimaan, pendapatan dan atau penghematan yang mungkin dilakukan. 2. Ditetapkan oleh badan eksekutif dan badan legislatif, dilaksanakan oleh badan eksekutif serta diawasi oleh badan legislatif dan seluruh komponen masyarakat daerah. 3. Diarahkan untuk kesejahteraan seluruh masyarakatnya. 4. Didasari oleh prinsip-prinsip ekonomis, efisien dan efektif. 5. Dokumentasi, transparansi, dan akuntabilitas. Pada tahun 2001-2002 menggunakan format APBD yang berdasarkan Manual Administrasi Keuangan Daerah MAKUDA 1981. Awal tahun 1980-an dikeluarkan Permendagri Nomor 900099 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah MAKUDA, dan Permendagri Nomor 020-595 tentang Manual Administrasi Barang Daerah, dan Permendagri Nomor 970 Tentang Manual Administrasi Pendapatan Daerah. Secara struktural, penerimaan daerah meliputi sisa anggaran tahun lalu, Pendapatan Asli Daerah PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan, dan pinjaman. Sedangkan belanja daerah dibagi menjadi belanja rutin dan belanja pembangunan Mulyana 2006.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah di Provinsi Aceh

1 50 99

Analisis Dampak Program Alokasi Dana Kampung Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kampung di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh

7 61 130

Analisis dampak dana alokasi umum terhadap ketimpangan pendapatan di provinsi Aceh tahun 2004 2009

0 17 149

Desentralisasi fiskal dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Yogyakarta

1 12 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Pegawai (Studi Emipis Terhadap Kabupaten/Kota Di Provinsi J

0 2 18

ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL TAHUN Analisis Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Tahun Anggaran 2011-2014(Studi E

0 3 15

PENGARUH ALOKASI DANA PERIMBANGAN TERHADAP KETIMPANGAN EKONOMI REGIONAL DI PROVINSI JAMBI.

1 4 12

DANA ALOKASI UMUM, DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI BALI.

0 0 17

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH

0 0 7