Desentralisasi Fiskal Konsep dan Definisi .1 Konsep Otonomi
pemantauan oleh pemerintah pusat, dan perbaikan kepada pertanggungjawaban pengeluaran pemerintah daerah Brodjonegoro, 2004. Sisi fiskal, UU No. 33
tahun 2004 memperbesar basis bagi hasil pajak dari sumber daya alam yang dimiliki daerah, maupun dari pajak tingkat nasional lainnya, dan perluasan total
dana yang menjadi sumber DAU. Perubahan kebijakan desentraliasi fiskal itu sendiri merupakan cerminan dari kebutuhan fiskal yang terus membesar di tingkat
daerah, praktek soft budget constraint dari sisi pemerintah pusat yang juga disebabkan oleh lambatnya reformasi pajak daerah.
Desentralisasi fiskal, merupakan salah satu komponen bagi pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahan dan memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. Kebijakan desentralisasi fiskal memperjelas tentang sumber penerimaan daerah, dengan dukungan fiskal maka fungsi pemerintah dapat
dilaksanakan lebih maksimal, adapun fungsi pemerintah yaitu fungsi distribusi, alokasi dan stabilisasi Stiglitz,2000. Fungsi alokasi adalah peran pemerintah
dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi agar tercipta secara efisisen, yaitu adanya peran pemerintah dalam menyediakann barang yang bisa disediakan oleh
pasar. Fungsi distribusi adalah peran pemerintah dalam mempengaruhi distribusi pendapatan dan kekayaan untuk menjamin adanya keadilan dalam mengatur
distribusi pendapatan. Fungsi stabilisasi merujuk pada tindakan pemerintah dalam mempengaruhi keseluruhan tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan
harga. Pelaksanaan desentralisasi fiskal akan berjalan dengan baik jika didukung
oleh faktor-faktor pendukung, sebagai berikut Sidik 2002 dalam Agustina 2010 : Pertama, adanya peran pemerintah pusat yang intensif dalam melakukan
pengawasan dan enforcement. Kedua, terdapat keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, khususnya dalam melakukan pungutan pajak dan retribusi
daerah. Ketiga, stabilitas politik yang kondusif. Keempat, proses pengambilan keputusan di daerah harus demokratis, dimana pengambilan keputusan tentang
manfaat dan biaya harus transparan serta pihak-pihak yang terkait memiliki kesempatan mempengaruhi keputusan-keputusan tersebut. Kelima, desain
kebijakan dari keputusan yang diambil sepenuhnya merupakan tanggung jawab masyarakat setempat dengan dukungan institusidan kapasitas manajerial yang
diinginkan sesuai dengan permintaan daerah. Keenam, kualitas sumber daya manusia yang kapabel dalam menggantikan peran yang sebelumnya pemerintah
pusat. Proses desentralisasi fiskal sesuai dalam Undang-undang No. 33 Tahun
1999 mempunyai tujuan pokok antara lain : 1. Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah
2. Menciptakan sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional transparan, partisipatif, bertanggung jawab, dan pasti.
3. Mewujudkan sistem perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung
jawab yang jelas antara pemerintah pusat dan daerah, mendukung pelaksanaan otonomi daerah dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang transparan, memperhatikan partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat, mengurangi kesenjangan antar
daerah dalam kemampuannya untuk membiayai tanggung jawab otonomnya dan memberikan kepastian sumber keuangan daerah yang
berasal dari wilayah yang bersangkutan. 4. Menjadi acuan dalam alokasi penerimaan negara bagi daerah.
5. Mempertegas sistem pertanggungjawaban keuangan oleh pemerintah daerah.
6. Menjadi pedoman pokok tentang keuangan daerah. Pemberlakuan UU No. 25 Tahun 1999 diperbaharui oleh UU No. 33
Tahun 2004 membuat suatu konsekuensi adanya dana transfer dari pemerintah ke pemerintah daerah. Sebelum masa otonomi daerah transfer dari pemerintah pusat
ke daerah di bagi menurut tiga jenis transfer, yaitu i Subsidi Otonomi Daerah SDO; ii Dana Inpres; iii Daftar Isian Proyek DIP. SDO bertujuan untuk
mendukung anggaran rutin pemerintah daerah untuk menciptakan perimbangan keuangan antar tingkat pemerintah. Sebagian besar SDO digunakan untuk
membiayai gaji pegawai pemerintah di daerah, sebagian kecil lainnya untuk keperluan selain subsidi untuk pembiayaan pelatihan pegawai pemerintah. SDO
dikatagorikan sebagai transfer pusat bersifat khusus, karena daerah tidak memiliki
kewenangan dalam menetapkan penggunaan SDO, namun sudah ditetapkan pemerintah pusat.
Bantuan inpres bertujuan untuk memberikan bantuan pembangunan daerah baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diberikan atas Instruksi
Presiden. Dasar pemberian bantuan adalah adanya penyerahan sebagian urusan kepada daerah dan terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah daerah untuk
membiayai urusan-urusan tersebut. Selain itu, tujuannya adalah untuk mencapai pemerataan, terutama dalam hal kesempatan kerja, partisipasi dalam
pembangunan, distribusi hasil-hasil pembangunan. Sementara itu Daftar Isian Proyek merupakan subsidi dan bantuan yang dapat dikatagorikan sebagai bantuan
antar tingkat pemerintahan, karena menjadi bagian dari anggaran pemerintah daerah.
Setelah terjadinya desentralisasi fiskal, ketiga jenis bantuan tersebut diganti, dimana pemerintah daerah lebih berperan dalam pembangunan daerahnya
yang menjadi prioritas masing-masing dengan mendapatkan dana transfer dari pemerintah pusat selain dari pendapatan asli daerah. Alasan yang menjadikan
perlunya transfer dari pemerintah pusat ke daerah adalah : 1. Untuk mengatasi ketimpangan vertikal
Pemerintah pusat masih menguasai sebagai bersar dari penerimaan pajak yang potensial bagi daerah. Artinya pemerintah daerah hanya diizinkan
memungut pajak lokal, yang mobilitasnya rendah 2. Mengatasi ketimpangan horizontal.
Sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah berbeda-beda. Sehingga apabila transfer dari pemerintah pusat ditiadakan, maka
kesenjangan antar daerah akan semakin lebar. Daerah yang miskin sumber daya tidak akan sanggup mengejar ketertinggalan dengan daerah kaya.
3. Adanya kewajiban untuk menjaga standar pelayanan publik minimum. Peranan distribusi sektor publik akan relatif dan cocok dijalankan oleh
pemerintah daerah. Daerah yang memiliki sedikit sumber daya akan sulit untuk mencapai standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat,maka diperlukannya transfer dari pemerintah pusat untuk meningkatkan pelayanan tersebut.
4. Mengatasi masalah yang timbul akibat menyebarnya efek pelayanan publik.
Beberapa jenis pelayanan publik di suatu daerah dapat menimbulkan efek pada daerah lain, sehingga apabila pemerintah pusat tidak berperan,maka
daerah yang merasakan diuntungkan dengan adanya pelayanan publik yang disediakan oleh daerah lain cenderung untuk tidak mau berinvetasi
atau menjaga pelayanan publik tersebut. Contonhnya jalan. 5. Stabilisasi
Transfer dilakukan oleh pemerintah pusat untuk menjaga stabilisasi, jika terjadi gejolak perubahan yang mempengaruhi perekonomian daerah.
Transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah secara garis besar dibedakan atas bagi hasil revenue sharing dan bantuan grant. Dana grant
dibagi lagi menjadi bantuan blok block grant dan bantuan spesifik specific grant. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 dijelaskan bahwa penerimaan daerah
dalah Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khsusus. Desain sistem atau model suatu transfer tidak terlepas dari tujuan ekonomi yang hendak
dicapai. Ada beberapa model transfer yang banyak dilaksanakan di negara, antara lain :
a. Otonomi. Merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, apakah suatu negara itu berbentuk federal maupun kesatuan. Intinya adalah bahwa
pemerintah daerah harus memiliki independensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas mereka.
b. Penerimaan yang memadai revenue adequency. Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan termasuk di dalamnya transfer yang
cukup untuk menjalankan segala kewajiban dan fungsi yang diembannya. c. Keadilan equity. Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah ini
seyogyanya berhubungan positif dengan kebutuhan fiskal daerah, dan
sebaliknya, berkebalikan dengan besarnya kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan.
d. Transparan dan stabil. Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat di akses masyarakat. Formula tersebut juga seyogyanya dapat digunakan
untuk jangka menengah sekitar tiga sampai lima tahun, agar perencanaan jangka menengah dan panjang dapat dilakukan oleh daerah.
e. Sederhana simplicity. Alokasi dana kepada pemerintah daerah semestinya didasarkan pada faktor-faktor obyektif, dimana unit-unit tidak
memiliki kontrol atau tidak dapat mempengaruhinya. Disamping itu, formula yang dipakai juga seyogyanya relatif mudah untuk dipahami.
f. Insentif. Desain transfer ini harus sedemikian rupa sehingga memberikan semacam insentif bagi daerah dan menangkal praktek-praktek yang tidak
efisien. Dengan demikian, tidak perlu ada transfer khusus untuk membiayai defisit anggaran pemerintah daerah.
Hubungan antara desentralisasi fiskal dengan ketimpangan masih menjadi perdebatan. Desentraliasi fiskal yang memfokuskan terhadap keuntungan efisiensi
memberikan argumen bahwa desentralisasi fiskal akan meningkatkan ketimpangan karena sistem keuangan terpusat dibutuhkan untuk membangun
infrastruktur publik untuk semua wilayah dan mengurangi ketimpangan wilayah, terutama untuk wilayah yang baru berkembang Prud’homme , 1995 dalam Akai,
2005. Sebaliknya teori terbaru menjelaskan ketimpangan wilayah terkait dengan efisiensi dari pelayanan publik, maka dengan dilakukannya desentralisasi fiskal
akan tidak hanya meningkatkan efisiensi tapi juga mengurangi ketimpangan wilayah McKinnon, 1995; Qian dan Weingast,1997 dalam Akai 2005.
Pada sistem sentralistik dimana anggaran daerah diatur dari pusat sering tidak tepat sasaran karena informasi yang diterima pusat tidak menyeluruh sehingga
dana yang disalurkan untuk suatu kegiatan menjadi tidak tepat sasaran. Desentralisasi fiskal memberikan keleluasaan pemerintah daerah untuk mengatur
anggaran sendiri dengan standar tertentu dari pemerintah pusat diharapkan akan mengurangi ketimpangan wilayah.