Tabel 16 Panjang jalan kabupatenkota menurut kondisi jalan di Provinsi Aceh tahun 2008 Km
KabupatenKota Baik
Sedang Rusak
Jumlah
1. Simeulue 17.50
136.41 228.24
382.15 2. Aceh Singkil
30.00 151.60
218.70 400.30
3. Aceh Selatan 148.00
560.05 215.65
923.70 4. Aceh Tenggara
140.55 352.30
218.30 711.15
5. Aceh Timur 24.10
599.01 83.30
706.91 6. Aceh Tengah
247.78 141.83
384.86 774.47
7. Aceh Barat 66.55
229.60 364.30
660.45 8. Aceh Besar
205.90 973.10
144.50 1,323.50
9. Pi d i e 444.52
248.45 344.32
1,037.29 10. Bireuen
64.80 491.65
231.20 787.65
11. Aceh Utara 366.92
1,440.66 484.95
2,292.53 12. Aceh Barat Daya
113.45 178.31
226.94 518.70
13. Gayo Lues 64.00
193.95 266.75
524.70 14. Aceh Tamiang
147.85 608.99
11.40 768.24
15. Nagan Raya -
8.00 102.20
110.20 16. Aceh Jaya
- 26.80
333.20 360.00
17. Bener Meriah 174.35
61.11 119.87
355.33 18. Banda Aceh
30.73 244.70
55.94 331.37
19. Sabang 25.45
101.52 9.43
135.92 20. Langsa
29.97 140.52
82.66 253.15
21. Lhokseumawe 66.18
155.20 2.50
223.88
Jumlah 2,408.60
7,043.28 4,129.71
13,581.59
Sumber : BPS 2010
Panjang jalan yang baik merupakan indikator kemajuan bagi suatu daerah. Panjang jalan negara di Provinsi Aceh adalah 1,782.78 km sedangkan panjang jalan
provinsi 1,681.82 km dan panjang jalan kabupaten 13,581.59 km. Panjang jalan kabupaten yang rusak mencapai 30.40 persen, sedangkan dalam kondisi baik
mencapai 17.73 persen. Sementara itu panjang jalan provinsi yang rusak mencapai 36.78 persen pada tahun 2008 dan dalam kondisi baik hanya 26.31 persen
65.25 26.31
17.73 17.16
36.93 51.86
17.59 36.76
30.41
20 40
60 80
100
Negara Provinsi
Kabupaten Baik
Sedang Rusak
Gambar 8 menunjukan kondisi jalan menurut jenis di Provinsi Aceh
Sumber : BPS data diolah
Gambar 8 Kondisi jalan di Provinsi Aceh tahun 2008
4.3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh cenderung negatif dari tahun 2005 - 2009. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian
mengalami pertumbuhan negatif karena jumlah produksi minyak dan gas alam di aceh semakin menurun. Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Aceh yaitu -10.12
persen dan cenderung membaik walaupun masih tetapi negatif. Pada tahun 2005 dimana awal-awal gempa dan tsunami di Aceh, hampir
semua sektor mengalami pertumbuhan negatif yang paling terimbas oleh peristiwa tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan
dimana pertumbuhan masing-masing adalah -22.62 persen dan -22.30 persen. Pada tahun tersebut hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan
dan komunikasi serta sektor jasa-jasa yang mencapai pertumbuhan positif. Semakin banyaknya bantuan yang datang dalam upaya proses rekontruksi dan
rehabiltasi gempa dan tsunami memberikan dampak yang positif pada pertumbuhan beberapa sektor terutama sektor pengangkutan dan komunikasi yang pada tahun
2009 mencapai 4,86 persen. Selain itu sektor yang cukup berperan dan semakin banyak berkembang di Provinsi Aceh adalah perdagangan, hotel dan restoran yang
mencapai 3,28 persen.
Sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan juga terus mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini terlihat semakin banyaknya jasa keuangan rakyat
yang dibentuk oleh pemerintah daerah maupun lembaga asing untuk membantu perekonomian masyarakat. Pada tahun 2009 mencapai pertumbuhan 9.61 persen
bertolak belakang pada awal-awal gempa yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 9.53 persen.
Tabel 17 Pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha tahun 2005-2009 Persentase
LAPANGAN USAHA Pertumbuhan
2005 2006
2007 2008
2009
1. Pertanian -3.89
1.52 3.62
0.81 3.09
2. Pertambangan dan penggalian -22.62
-2.58 -21.10
-27.31 -49.24
3. Industri pengolahan -22.30
-13.80 -10.10
-7.73 -6.06
4. Listrik, gas dan air bersih -1.95
12.06 23.70
12.73 27.07
5. Bangunan -16.14
48.41 13.93
-0.85 3.16
6. Perdagangan, hotel dan Restoran
6.64 7.41
1.70 4.59
3.28 7. Pengangkutan dan
Komunikasi 14.39
10.99 10.95
1.38 4.86
8. Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
-9.53 11.77
6.02 5.16
9.61 9. Jasa-jasa
9.65 4.41
14.30 1.21
4.68
PDRB Migas -10.12
1.56 -2,36
-5.27 -5.58
Sumber : BPS Provinsi Aceh 2009
Jika dilihat pertumbuhan per kabupatenkota, pertumbuhan ekonomi cukup bervariasi. Daerah yang terkena langsung dampak tsunami tahun 2004 pertumbuhan
ekonominya pada tahun 2005 bernilai negatif. Hal ini disebabkan rusaknya perekonomian daerah tersebut. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi tanpa migas
kabupatenkota mulai mengalami perbaikan, akan tetapi pertumbuhan ekonomi dengan migas mengalami pertumbuhan negatif.
Pada tahun 2007 dimana semakin banyak kegiatan proses rekontruksi dan rehabilitasi di beberapa kabupatenkota memberikan dampak yang positif terhadap
pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terdapat di Kota Banda Aceh yang mencapai 19.00 persen, kemudian disusul oleh Kota Lhoksumawe
dengan 18.33 persen tanpa migas. Seiring dengan berakhirnya masa proses rekontruksi dan rehabilitasi pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi di beberapa
daerah mengalami kontraksi seperti Kota Banda Aceh yang hanya mencapai 6.24