Dampak DAU terhadap Ketimpangan Pendapatan

menarik investasi. Investasi tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah daerah maupun swasta. Metode penelitian dalam mengestimasi dampak DAU terhadap ketimpangan pendapatan yang membedakan antara daerah Pantai Barat dan Pantai Timur menggunakan menggunakan adalah metode panel dinamis. Pengujian spesifikasi model panel data dinamis dalam penelitian ini menggunakan uji Sargan atau yang lebih dikenal dengan Sargan Test of Overidentifying Restriction. Uji Sargan ini digunakan untuk melihat validitas instrumen yang digunakan di dalam model. Hasil uji Sargan terhadap model persamaan panel data dinamis dapat disimpulkan bahwa instrumenmodel yang digunakan adalah valid pada tingkat kepercayaan 10 persen. Kesimpulan tersebut didasarkan pada nilai p-value pada model persamaan yang digunakan. Nilai p-value pada model pengaruh dana alokasi umum terhadap ketimpangan adalah 0.1455. Hasil tersebut merujuk pada kesimpulan bahwa tidak cukup bukti secara statistik untuk menolak Ho, sehingga disimpulkan bahwa instrumenmodel valid secara statistik. Tabel 26 Hasil estimasi dampak DAU, pendapatan perkapita , populasi, dan D DAU terhadap Gini Ratio dengan SYS-GMM Parameters Coefficient P-Vaue Sargan Test ABm1 ABm2 LnGini i,t-1 0.653242 0.000 0.1455 0.0072 0.4768 LnDAU -0.068485 0.000 LnPDRBP -0.104207 0.000 LnPOP -0.067294 0.000 D LnDAU 0.0459678 0.014 C 0.5056212 0.001 Implied ? 42.60 Sumber : data diolah Model estimasi dampak dana alokasi umum antara daerah Pantai Barat dengan Pantai Timur terhadap ketimpangan pendapatan dapat digambarkan sebagai berikut : LnGini i,t = a i + ß LnGini i,t-1 +ß 1 LnDAU i,t +ß 2 LnPDRBP i,t +ß 3 LnPOP i,t +ß 4 D LnDAU i,t + e it ……….....5.3 LnGini i,t = a i +0.653242LnGini i,t-1 – 0.068485LnPDRBP i,t –0.104207LnPOP i,t . +0.0459878D LnDAU i,t ……………..5.4 Model SYS-GMM dengan koefisien lag yaitu 0.653242 berada diantara koefisien lag fixed effect yaitu 0.6464583 dengan koefisien lag oedinary least square OLS dengan nilai 0.8353062, maka model SYS-GMM ini tidak bias. Hasil lengkap di Lampiran 7. Interpretasi model diatas menyebutkan bahwa : 1 nila koefisien lag gini yang kurang dari 1 menunjukan adanya proses konvergensi, sedangkan yang lebih dari 1 menunjukan bahwa ketimpangan pendapatan kabupatenkota persisten. Model panel dinamis SYS-GMM menunjukan koefisien Gini t-1 adalah 0.653242 mengindikasikan adanya konvergensi ketimpangan pendapatan di antara kabupatenkota di Provinsi Aceh, dengan konvergensi sebesar 42.60 persen. 2 setiap kenaikan 1 persen pendapatan perkapita akan menurunkan ketimpangan sebesar 0.06848 persen. Jika dihubungkan dengan hipotesis kuznets yang menjelaskan bahwa pada awal proses pembangunan maka peningkatan pendapatan akan meningkatkan ketimpangan pendapatan, namum seiring dengan proses pembangunan maka peningkatan pendapatan perkapita menurunkan ketimpangan karena adanya spillover hasil pembangunan. Jika dilihat dari persamaan diatas, maka proses pembangunan di Provinsi Aceh sudah sampai tahap jangka panjang karena dengan peningkatan pendapatan perkapita menurunkan ketimpangan pendapatan. Variabel interaksi dummy daerah Pantai Barat dan Pantai Timur juga berpengaruh signifikan. Dampak rasio dana alokasi umum daerah Pantai Barat terhadap penurunan ketimpangan sebesar -0.104207 artinya setiap kenaikan 1 persen rasio DAUAPBD akan menurunkan ketimpangan sebesar 0.104207 persen, sedangkan daerah Pantai Timur dampak rasio DAUAPBD terhadap ketimpangan sebesar -0.02251 artinya setiap kenaikan 1 persen rasio DAUAPBD akan menurunkan ketimpangan sebesar 0.02251 persen ketimpangan. Penelitian ini menunjukan bahwa dampak dana alokasi umum terhadap penurunan ketimpangan lebih besar daerah Pantai Barat dibanding dengan Pantai Timur. Hal ini terjadi karena secara rata-rata porsi penerimaan dana alokasi umum terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah di Pantai Barat lebih besar, sehingga dapat menutupi celah fiskal daerahnya. Implikasi lainnya adalah dengan dengan penerimaan yang memadai terhadap belanja daerah, maka proses pembangunan dapat dijalankan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai tambah ekonomi yang pada akhirnya menurunkan ketimpangan pendapatan. Rata- rata rasio dana alokasi umum terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah Pantai Barat meningkat dari tahun 2004 sebesar 0.62 menjadi 0.67. Sumber : BPS diolah Gambar 25 Rata-rata rasio DAUAPBD daerah Pantai Barat dan Pantai Timur tahun 2004-2009 Sementara itu jika dilihat dari kegiatan perekonomian di Pantai Barat mulai semakin meningkat. Hal ini terlihat dari share PDRB daerah Pantai Barat yang menunjukan kemajuan terhadap pembentukan total PDRB Provinsi Aceh. Sumber : BPS diolah Gambar 26 Share PDRB wilayah Pantai Barat dan Pantai Timur terhadap pembentukan PDRB Provinsi Aceh tahun 2004-2009 Persentase. Pada Gambar 26 tahun 2004 kontribusi daerah Pantai Barat terhadap pembentukan nilai tambah Provinsi Aceh sebesar 16.82 persen meningkat menjadi 26.32 persen pada tahun 2009. Peningkatan kontribusi daerah Pantai Barat disebabkan mulai banyaknya perkebunan yang beroperasi kembali pasca perdamaian Helsinki. Selain itu pada saat ini semakin banyak pertambangan emas baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun pihak swasta di daerah Pantai Barat. Selain itu perbaikan infrastrukstur pendukung proses perekonomian sudah mulai membaik. Hal ini tidak terlepas dari peran serta lembaga asing dalam memberikan bantuan dalam proses rekontruksi dan rehabilitasi pasca tsunami. Perbaikan distribusi ekonomi juga diikuti dengan peningkatan pendapatan perkapita. Rata-rata pendapatan perkapita yang tergabung dengan Pantai Barat menunjukan peningkatan dan hampir menyamai dengan rata-rata pendapatan perkapita daerah Pantai Timur. Rata-rata pendapatan perkapita tahun 2004 daerah Pantai Barat sebesar Rp 4.75 juta sedangkan daerah Pantai Timur sebesar Rp. 12.98 juta. Pada tahun 2009 rata-rata pendapatan perkapita daerah Pantai Barat Rp. 5.38 juta sedangkan daerah Pantai Timur menurun menjadi Rp 9.51 juta lihat Gambar 27. Sumber : BPS diolah Gambar 27 Rata-rata pendapatan perkapita migas Pantai Barat dan Pantai Timur tahun 2004-2009 Juta Rupiah Penurunan rata-rata pendapatan perkapita daerah Pantai Timur disebabkan oleh menurunnya kontribusi nilai tambah sektor migas di Kabupaten Aceh Utara 49 42 35 28 21 14 7 2004 2006 2009 PDRB Perkapita Juta Rupiah Bar at Timu r Kab Ko ta dan industri pengolahan di Kota Lhoksumawe akibat semakin menipis cadangan minyak bumi dan gas pada daerah tersebut. Penurunan pendapatan perkapita tertinggi pada Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2004 sebesar Rp. 29.85 juta menjadi Rp. 8.04 juta. Penurunan ini disebabkan oleh tidak beroperasi maksimal PT Pupuk Iskandar Muda karena pasokan gas yang tidak mencukupi dari PT Arun LNG karena cadangan yang semakin menipis. Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2004 mencapai Rp 12.05 milyar dan terus menurun menjadi Rp 1.56 milyar pada tahun 2009. Sementara itu sumbangan sektor industri pengolahan di Kota Lhoksumawe pada tahun 2004 sebesar Rp 6.11 milyar terus menurun menjadi Rp 2.46 milyar pada tahun 2009. Sementara itu jika pendapatan perkapita seluruh kabupatenkota digabung, maka terlihat pada digram dotplot pendapatan perkapita dengan migas di Provinsi Aceh juga menunjukkan kearah pemerataan. Hal ini dapat dilihat dari nilai standar deviasi pendapatan perkapita kabupatenkota pada tahun 2004 sebesar 11.56 menurun menjadi 5.23 pada tahun 2009. Ini mengindikasikan bahwa perbedaan pendapatan perkapita antar kabupatenkota semakin rendah. 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 8.87 7.60 7.65 7.40 7.47 7.44 Stad Dev 11.56 7.80 6.83 5.96 5.84 5.23 Sumber : Data PDRB kabupatenkota berbagai tahun diolah Gambar 28 Diagram dotplot PDRB perkapita kabupatenkota dengan migas di Provinsi Aceh tahun 2004-2009. Pertumbuhan ekonomi yang baik adalah apabila pertumbuhan tersebut dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakatnya. Stimulus pengeluaran pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dengan memberikan porsi pengeluaran yang lebih besar terhadap sektor-sektor yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi, seperti pengeluaran infrastruktur. Selain itu dalam menunjang perekonomian dibutuhkan tenaga sumber daya manusia yang handal, oleh karena itu pengeluaran pemerintah daerah pada sektor kesehatan dan pendidikan perlu ditingkatkan terhadap total pengeluaran daerah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lihat Gambar 28. Semakin meratanya distribusi ekonomi yang semakin baik antar daerah di Provinsi Aceh juga terlihat juga dari nilai indeks theil yang semakin rendah. Nilai Indeks Theil PDRB perkapita digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan wilayah, semakin rendah nilai indeks theil maka semakin rendah ketimpangan pendapatan di wilayah tersebut. Tabel 27 Indeks theil PDRB perkapita Provinsi Aceh tahun 2004-2009 Tahun Nilai 2004 0.49 2005 0.32 2006 0.27 2007 0.21 2008 0.19 2009 0.17 Sumber : PDRB kabkota tahun 2004-2009 diolah Pada tahun 2004 nilai indeks theil sebesar 0.49 kemudian terus menurun menjadi 0.17 pada tahun 2009. Nilai indeks theil yang semakin menurun selaras dengan peningkatan kontribusi pembentukan nilai tambah pada daerah Pantai Barat dan peningkatan pendapatan perkapita pada daerah tersebut. Sementara itu kontribusi nilai tambah daerah Pantai Timur yang semakin menurun yang diikuti dengan menurunya pendapatan perkapita pada daerah Pantai Timur.

5.4 Implikasi Kebijakan

Ketimpangan pendapatan yang merupakan ekses dari ketimpangan pembangunan karena pemerintah tidak memiliki sumber daya yang cukup baik dari sisi fiskal maupun sisi ketersediaan sumber ekonomi untuk mendorong perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, apabila terus dibiarkan akan menimbulkan masalah sosial. Peranan pemerintah daerah sejak dilaksanakanya otonomi daerah semakin dominan, sebagai implikasi dari pemberian kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah, daerah dituntut untuk dapat mandiri melaksanakan pembangunan, baik sisi perencanaan maupun sisi pelaksanaannya sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi daerah. Sejalan dengan esensi otonomi daerah,maka besarnya dana yang diterima daerah juga diikuti dengan deskresi yang luas untuk membelanjakan sesuai dengan kebutuhan daerah. Diharapkan agar local government spending akan benar-benar bermanfaat dan menjadi stimulus fiskal bagi perekonomian di daerah dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu keberhasilan pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat tergantung dari pengalokasian belanja daerah terutama pada program atau kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat kepentingan publik, sehingga dapat mendorong perekonomian dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan menurunkan penduduk miskin. Kebijakan yang lebih efektif yang sangat diperlukan untuk mengatasi ketimpangan pendapatan di aceh adalah : 1. Meningkatkan akses wilayah terhadap terhadap fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi. Pembangunan infrastruktur yang merata akan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan perekonomian. 2. Pemerintah kabupatenkota harus melengkapi kerangka hukum untuk memastikan bahwa sumber daya mereka alokasikan secara strategis, bertanggung jawab dan transparan. Pemerintah kabupatenkota harus menetapkan kerangka kerja peraturan dan mekanisme perencanaan partisipatif yang sesuai serta prosedur pembukuan dan pelaporan yang akurat dan tepat waktu. Di samping itu, mereka harus mempersiapkan dan melaksanakan mekanisme pemantauan dan pengawasan yang independen dan transparan 3. Investasi untuk aparat administratif secara nyata harus menghasilkan peningkatan efisiensi yang selayaknya. Apabila peningkatan efisiensi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah di Provinsi Aceh

1 50 99

Analisis Dampak Program Alokasi Dana Kampung Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kampung di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh

7 61 130

Analisis dampak dana alokasi umum terhadap ketimpangan pendapatan di provinsi Aceh tahun 2004 2009

0 17 149

Desentralisasi fiskal dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Yogyakarta

1 12 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Pegawai (Studi Emipis Terhadap Kabupaten/Kota Di Provinsi J

0 2 18

ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL TAHUN Analisis Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Tahun Anggaran 2011-2014(Studi E

0 3 15

PENGARUH ALOKASI DANA PERIMBANGAN TERHADAP KETIMPANGAN EKONOMI REGIONAL DI PROVINSI JAMBI.

1 4 12

DANA ALOKASI UMUM, DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI BALI.

0 0 17

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH

0 0 7