BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Konsep Otonomi
Otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Desentralisasi memiliki makna yaitu penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desentralisasi adaalah suatu instrumen yang telah lama di lakukan oleh negara-negara maju untuk mempermudah pengambilan keputusan publik secara
cepat dan tepat dengan demokrasi. Efektifitas dan jangkauan bergantung pada tiga variabel : luas tanggung jawab yang dipikul oleh pemerintah wilayah, cukup
tersedianya sumber-sumber buat mereka, dan derajat kebijakan discretion yang mereka nikmati dalam melaksanakan fungsi-fungsi dan mengalokasikan sumber
daya mereka Davey dalam Lubekran, 2007. Secara umum, desentralisasi mencakup aspek-aspek politik political
decentralization, administratif administrative decentralization, dan fiskal fiscal decentralization Litvack, 1999, dalam Abimanyu et al,2009.
a. Desentralisasi politik, pelimpahan kewenangan yang lebih besar kepada daerah yang menyangkut aspek pengambilan keputusan, termasuk
penetapan standar dan berbagai peraturan. b. Desentralisasi
administrasi, merupakan
pelimpahan kewenangan,
tanggungjawab, dan sumber daya antar berbagai tingkat pemerintahan c. Desentralisasi fiskal, merupakan pemberian kewenangan kepada daerah
untuk menggali sumber-sumber pendapatan, hak untuk menerima transfer dari pemerintah yang lebih tinggi, dan menentukan belanja rutin dan
investasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yang mengatur otonomi daerah pada
pasal 13 dijelaskan mengenai urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah provinsi. Urusan tersebut adalah :
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan 2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. 4. Penyediaan dan sarana dan prasarana umum
5. Penanganan bidang kesehatan. 6. Penyelenggaraan bidang pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
potensial. 7. Penanggulangan masalah sosial lalu lintas kabupatenkota.
8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota 9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
10. Pengendalian lingkungan hidup 11. Pelayanan pertanahan
12. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
14. Pelayanan administrasi penanaman modal 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan
oleh kabupatenkota 16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan. Selain masalah yang telah dijelaskan di atas, pemerintah daerah juga
diberikan kewenangan untuk mengatur yang berpotensi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kekhasan yang dimiliki oleh daerah.
2.1.2 Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi fiskal merupakan salah satu implementasi dari paradigma hubungan pemerintah pusat dan daerah. Kebijakan awal yang dirumuskan dalam
No. 25 tahun 1999 antara lain ditandai dengan dialokasikannya Dana Alokasi Umum DAU sebagai sumber pembiayaan berbagai urusan pemerintahan yang
telah didaerahkan, Dana Bagi Hasil DBH dari ekstraksi sumber daya alam yang berada di daerah yang bersangkutan, dan diberikannya otoritas pajak yang terbatas
kepada pemerintah daerah. Amandemen undang-undang desentralisasi yang dilakukan pada tahun 2004 oleh pemerintah menitikberatkan kepada mekanisme