Skala Likert Evaluasi Aktivitas Promosi Mie Jogja

32 Menurut Hariyani dan Serfianto 2011, terdapat enam kriteria yang harus dimiliki sebuah usaha agar dapat digolongkan sebagai waralaba antara lain : 1 waralaba harus memiliki ciri khas usaha, 2 waralaba harus terbukti sudah memberikan keuntungan, 3 waralaba harus memiliki standar pelayanan dan standar produk yang dibuat secara tertulis atau dikenal sebagai Standard Operational Procedure SOP, 4 sistem bisnis waralaba harus mudah diajarkan dan diaplikasikan, 5 pemberi waralaba harus berkomitmen untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan kepada penerima waralaba, dan 6 pemberi waralaba harus memiliki HAKI yang telah terdaftar. Dengan demikian, waralaba merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan jasa yang telah terbuki berhasil dan dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan.

3.1.5. Evaluasi Aktivitas Promosi Mie Jogja

Penilaian konsumen terhadap aktivitas promosi yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor penting untuk dipertimbangkan. Pertimbangan tersebut merupakan salah satu solusi untuk membantu restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor dalam memperkenalkan produk mienya kepada masyarakat Kota Bogor. Untuk memperoleh penilaian konsumen tersebut digunakan kuisioner evaluasi konsumen mie Jogja sebagai respondennya. Hasil akhir dari evaluasi aktivitas adalah berupa kesimpulan secara umum atas jawaban dari penilaian responden yang diajukan dalam kuisioner dengan menggunakan perhitungan operasi statistik seperti rata-rata.

3.1.5.1. Skala Likert

Skala Likert ini dikembangkan oleh Rensis Likert untuk mengukur sikap masyarakat pada tahun 1932. Menurut Hasan 2002, skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian fenomena sosial spesifik seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang. Variabel penelitian yang diukur dengan skala Likert ini dijabarkan menjadi 33 indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item- item instrumen, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen ini memiliki gradasi dari tertinggi sangat positif sampai pada terendah sangat negatif yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata yaitu: sangat baik, cukup baik, sedang, kurang baik dan ssangat tidak baik; bentuk kata-kata tersebut disesuaikan dengan situasi yang sedang diteliti. Skala yang digunakan dalam riset pemasaran adalah skala pembanding dan skala bukan pembanding. Skala pembanding bertujuan untuk membandingkan secara langsung terhadap pilihan suatu produk. Dalam penelitian evaluasi aktivitas promosi ini tidak menggunakan skala pembanding karena hanya meneliti terhadap satu merek perusahaan yaitu restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Skala yang digunakan adalah skala bukan pembanding. Menurut Istijianto 2005, salah satu jenis skala pembanding adalah skala Likert yang dapat mengahasilkan skala interval dengan tingkat intensitas sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Menurut Umar 1998 dalam Hasan 2002, untuk membuat skala Likert dapat digunakan dengan mengikuti langkah-langkah: 1 mengumpulkan sejumlah yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan dapat diidentifikasikan dengan jelas positif atau tidak positif; 2 memberikan pernyataan-pernyataan kepada sekelompok responden untuk diisi dengan benar; 3 merespon dari setiap pernyataan yang dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka setiap pernyataan sedemikian rupa, sehingga respon yang berada pada posisi yang sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama; 4 mencari pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian tidak lengkap dan tidak menunjukkan korelasi; 5 pernyataan-pernyataan berdasarkan hasil saringan akhir akan membentuk skala Likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta menjadi kuisioner untuk pengumpulan data berikutnya.

3.1.5.2. Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen