17
Subangkit 2009, menyatakan bahwa strategi promosi produk Natural Handmade Soap
yang menjadi prioritas utama adalah penjualan pribadi personal selling
. Kegiatan promosi melalui personal selling dilakukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat lebih mengenal pelanggan secara langsung, sehingga
berdampak pada terkumpulnya informasi motif pembelian dan keinginan konsumen. Dengan demikian, hal ini memungkinkan feedback langsung dari
konsumen dalam bentuk pertanyaan dan memberikan informasi yang kompleks mengenai karakteristik produk.
2.2.4. Alat Analisis yang Sesuai untuk Merumuskan dan Menganalisis Alternatif Strategi Promosi
Perumusan dan analisis alternatif strategi promosi yang sesuai bagi perusahaan dilakukan dengan menggunakan alat analisis berupa Proses Hirarki
Analitik PHA atau Analytic Hierarchy Process AHP yang dipilih dengan pertimbangan mampu mengatasi permasalahan yang kompleks, melalui
pengukuran skor secara kuantitatif. Skor tersebut didapatkan berdasarkan perbandingan berpasangan pairwise comparison antarfaktor yang digunakan
untuk mendapatkan tingkat kepentingan relatif pada tiap faktor. Skor perbandingan berpasangan ini menggunakan skala Likert. Penggunaan alat
analisis PHA ini terdapat dalam penelitian Subangkit 2009, Syavriani 2009, Simorangkir 2009, Rentiana 2009 dan Sisilia 2010.
2.2.5. Keunggulan dan Kelemahan Penelitian Terdahulu
Keunggulan penelitian Sisilia 2010 dan Subangkit 2009, adalah menjelaskan dan menganalisis setiap bauran promosi yang terkait dengan
permasalahan di perusahaan. Selain itu, mengevaluasi aktivitas-aktivitas promosi yang dapat mempengaruhi penentuan alternatif strategi promosinya. Penelitian
Simorangkir 2009, Subangkit 2009, Rentiana 2009 dan Syavriani 2009, menyatakan faktor-faktor yang dipertimbangkan berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan karena berbentuk strategi promosi yang aplikatif. Kelemahan penelitian Sisilia 2010 adalah identifikasi faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam merumuskan alternatif strategi promosi belum
18
menjelaskan dasar alasannya yang dapat menyebabkan hasil alternatif strategi promosinya dapat menjadi bias. Sebaiknya, peneliti menjelaskan bahwa
identifikasi faktor-faktor tersebut berdasarkan analisa kondisi faktor internal dan eksternal perusahaan. Penelitian Simorangkir 2009, tidak menjelaskan strategi
bauran pemasaran selain promosi, sehingga informasinya tidak berhubungan dengan permasalahan penelitian. Penelitian Subangkit 2009, tidak menjelaskan
teori perilaku konsumen dalam kerangka pemikiran teoritis, sedangkan pembahasan evaluasi aktivitas promosi membutuhkan teori tersebut; dan ruang
lingkup penelitian dalam bab pendahuluan tidak dibahas padahal pada umumnya setiap penelitian memiliki keterbatasan tertentu. Penelitian Syavriani 2009,
menyatakan bahwa dalam evaluasi kegiatan promosi penjualan peneliti menyebutkan adanya pemberian voucher kepada konsumen yang membeli lebih
dari 200 ribu rupiah untuk dapat ditukarkan kembali, namun peneliti tidak menjelaskan voucher yang dimaksud seperti apa.
Penelitian yang akan dilakukan di restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor berkaitan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Subangkit
2009, Syavriani 2009, Simorangkir 2009, Rentiana 2009 dan Sisilia 2010. Kaitan tersebut berupa perumusan alternatif strategi bauran promosi dengan
menggunakan alat analisis Proses Hirarki Analitik PHA atau Analytic Hierarchy Process
AHP yang tepat untuk dijalankan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Namun, yang membedakan dari penelitian sebelumnya adalah
objek atau perusahaannya. Dalam hal ini adalah salah satu restoran waralaba yang terdapat di Kota Bogor.
19
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis