33
indikator  variabel  yang kemudian  dijadikan  sebagai  titik  tolak  penyusunan  item- item  instrumen,  bisa  berbentuk  pernyataan  atau pertanyaan.  Jawaban  setiap  item
instrumen ini memiliki gradasi dari tertinggi sangat positif sampai pada terendah sangat negatif yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata yaitu: sangat baik, cukup
baik,  sedang,  kurang  baik  dan  ssangat  tidak  baik;  bentuk  kata-kata  tersebut disesuaikan dengan situasi yang sedang diteliti.
Skala yang digunakan dalam riset pemasaran adalah skala pembanding dan skala  bukan  pembanding.  Skala  pembanding  bertujuan  untuk  membandingkan
secara langsung terhadap pilihan suatu produk. Dalam penelitian evaluasi aktivitas promosi ini tidak menggunakan skala pembanding karena hanya meneliti terhadap
satu  merek  perusahaan  yaitu  restoran  waralaba  Mie  Jogja  Cabang  Bogor.  Skala yang digunakan adalah skala bukan pembanding. Menurut Istijianto 2005, salah
satu jenis skala pembanding adalah skala  Likert yang dapat mengahasilkan skala interval dengan tingkat intensitas sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Menurut  Umar  1998  dalam  Hasan  2002,  untuk  membuat  skala  Likert dapat digunakan dengan mengikuti langkah-langkah: 1 mengumpulkan sejumlah
yang  sesuai  dengan  sikap  yang  akan  diukur  dan  dapat  diidentifikasikan  dengan jelas  positif  atau  tidak  positif;  2  memberikan  pernyataan-pernyataan  kepada
sekelompok  responden  untuk  diisi  dengan  benar;  3  merespon  dari  setiap pernyataan  yang  dihitung  dengan  cara  menjumlahkan  angka-angka  setiap
pernyataan sedemikian rupa, sehingga respon yang berada pada posisi yang sama akan  menerima  secara  konsisten  nilai  angka  yang  selalu  sama;  4  mencari
pernyataan-pernyataan  yang  tidak  dapat  dipakai  dalam  penelitian  tidak  lengkap dan  tidak  menunjukkan  korelasi;  5  pernyataan-pernyataan  berdasarkan  hasil
saringan akhir akan membentuk skala Likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta menjadi kuisioner untuk pengumpulan data berikutnya.
3.1.5.2.  Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Konsep  paling  dasar  yang  melandasi  pemasaran  adalah  kebutuhan manusia.  Kebutuhan  manusia  adalah  pernyataan  dari  perasaan  kekurangan.
Kebutuhan sejalan dengan keinginan untuk memenuhinya. Keinginan merupakan kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian. Manusia sebagai
34
konsumen  pada  umumnya  menentukan  berbagai  pilihan  pembelian.  Pembelian konsumen  secara  kuat  dipengaruhi  oleh  karakteristik  budaya,  sosial,  dan
psikologis  Kotler 2001. Faktor  budaya  adalah  penyebab  paling  mendasar  dari  keinginan  dan
perilaku  seseorang.  Ketika  tumbuh  dalam  suatu  masyarakat,  seseorang  dapat mempelajari  nilai-nilai  dasar,  persepsi,  keinginan,  perilaku  dari  keluarga  dan
institusi  penting  lainnya.  Pengaruh  budaya  pada  perilaku  pembelian  sangat beraneka  ragam  di  setiap  wilayah.  Kegagalan  menyesuaikan  pada  perbedaan-
perbedaan  ini  dapat  mengakibatkan  pemasaran  tidak  efektif  atau  terdapat kesalahan-kesalahan  yang  memalukan.  Setiap  kebudayaan  mengandung
subkebudayaan  yang  lebih  kecil  atau  kelompok  orang-orang  yang  mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama.
Subkebudayaan  meliputi  kewarganegaraan,  agama,  kelompok  ras,  dan  daerah geografis.  Banyak  subkebudayaan  yang  membentuk  segmen  pasar  penting  dan
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka Kotler 2001. Menurut  Kotler  2001,  faktor  sosial  terdiri  dari  kelompok  kecil  dan
keluarga.  Kelompok  kecil  terdiri  dari:  kelompok  primer  yang  memiliki  interaksi regular tetapi informal seperti keluarga, teman-teman, tetangga dan rekan sekerja;
dan  kelompok  skunder  yang  memiliki  interaksi  lebih  formal  atau  organisasi- organisasi  seperti  kelompok  keagamaan,  asosiasi  profesional  dan  serikat  buruh.
Keluarga, yakni keterlibatan anggota keluarga sangat bervariasi menurut kategori
kategori  produk  dalam  proses  pembelian.  Menurut  Lury  1998  dalam  Sisilia 2010,  secara  tipikal,  wanitalah  yang  melakukan  pembelian  sebagian  besar
barang  dan  melakukan  pekerjaan  konsumsi.  Hal  ini  didukung  oleh  peran feminisme yang dimiliki oleh kaum wanita serta kepedulian yang tinggi terhadap
kesehatan. Faktor  psikologis  terdiri  atas  motivasi,  persepsi,  pengetahuan,  keyakinan
dan  sikap.  Motivasi  yang  dikemukan  dalam  hirarki  kebutuhan  maslow  memiliki urutan  kepentingan  yaitu  kebutuhan  fisiologis,  kebutuhan  akan  rasa  aman,
kebutuhan  sosial,  kebutuhan  akan  penghargaan  dan  kebutuhan  aktualisasi  diri. Kebutuhan  fisiologis  merupakan  kebutuhan  yang  paling  berpengaruh  terhadap
35
pembelian untuk memenuhi kelangsungan hidup. Persepsi, adalah proses dimana seseorang  memilih,  mengatur,  dan  menginterpretasikan  informasi  untuk
membentuk  gambaran  yang  berarti.  Seseorang  dapat  membentuk  persepsi- persepsi  yang  berbeda  mengenai  rangsangan  yang  sama  karena  memiliki  tiga
macam  proses  penerimaan  indera  yaitu  perhatian  selektif,  distorsi  selektif  dan retensi  selektif.  Pengetahuan,  ketika  seseorang  melakukan  tindakan  sebenarnya
seseorang  tersebut  sedang  belajar.  Pembelajaran  menggambarkan  perubahan perilaku  individu  yang  muncul  karena  pengalaman.  Hampir  semua  perilaku
manusia  berasal  dari  pembelajaran.  Keyakinan  dan  sikap,  keyakinan  adalah pemikiran
deskriptif seseorang
mengenai sesuatu,
sedangkan sikap
menggambarkan  penilaian,  perasaan  dan  kecenderungan  yang  relatif  konsisten dari seseorang atas sebuah objek atau gagasan Kotler 2001.
Menurut Engel et al 1994, faktor demografi seringkali digunakan dalam mengamati  karakteristik  konsumen.  Karakteristik  yang  digunakan  antara  lain:
usia, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan dan pendidikan. Usia sering digunakan karena  dapat  menentukan  motivasi  dan  minat,  serta  setiap  kelompok  usia  dapat
dijangkau secara tepat dan ekonomis dengan media massa yang ditargetkan secara khusus  untuk  mereka.  Pada  umumnya  mereka  yang  belum  menikah  memiliki
pendapatan bebas yang besar. Mereka cenderung mengikuti trend dan berorientasi pada rekreasi.
3.1.5.3.  Proses Keputusan Pembeli