Visi dan Misi Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Kesimpulan

54 jalan raya sehingga terkesan sederhana. Lokasi yang terletak di daerah Pajajaran Kota Bogor tersebut, memberikan nilai plus tersendiri bagi restoran ini karena tempatnya yang strategis dan merupakan jalur yang menghubungkan kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Sukabumi, Tangerang dan Depok sehingga mudah dilihat oleh pengunjung dari luar Kota Bogor. Produk olahan mie yang disajikan merupakan olahan sendiri. Menu Mie Jogja yang disajikan dilengkapi dengan pilihan rasa daging ayam atau sapi. Aneka olahan mie ini disajikan dalam bentuk menu yang berupa mie godhok, mie goreng dan bihun godhok. Selain menyajikan menu mie, restoran Mie Jogja juga menyediakan nasi goreng dan ayam penyet Surabaya untuk menambah variasi menunya. Total menu makanan yang disajikan adalah sebanyak 35 jenis, sedangkan minumannya sebanyak 16 macam, seperti teh manis, es jeruk, minuman dalam kemasan teh dalam botol dan lainnya. Keunikan restoran Mie Jogja ini dapat dilihat dari menu mie yang memiliki kelezatan rasa dari racikan bumbu dan rempah yang tepat ditambah dengan perpaduan rasa daging ayam atau sapi. Juru masaknya sendiri sembilan puluh persen orang Jogjakarta yang sudah terlatih, dan selebihnya berasal dari masyarakat Kota Bogor.

5.2. Visi dan Misi Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor

Adapun yang menjadi visi dari Restoran Mie Jogja Cabang Bogor adalah mengenalkan budaya dari Jogjakarta melalui makanan agar dikenal oleh masyarakat luas khususnya di Daerah Kota Bogor. Dan Misinya adalah memberikan dan menciptakan suatu produk yang khas yang dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat. Dilihat dari visi dan misi tersebut, tampak bahwa restoran tersebut fokus terhadap pengembangan produk yang khas dari Jogjakarta dengan menampilkan berbagai variasi yang baru. Restoran Mie Jogja Cabang Bogor ini juga selalu tanggap terhadap respon yang diberikan konsumen pengunjungnya melalui kritik dan saran guna memperoleh produk yang sesuai dengan keinginan konsumennya. 55 VI. EVALUASI PROMOSI RESTORAN WARALABA MIE JOGJA CABANG BOGOR

6.1. Evaluasi Aktivitas Promosi Restoran Mie Jogja Cabang Bogor

Evaluasi akivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini dilakukan dengan mengamati karakteristik konsumenpelanggan yang menjadi responden sehingga dapat membentuk segmen-segmen pasar berdasarkan setiap karakteristik responden. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner diinterpretasikan untuk mengetahui kemampuan respon konsumenpelanggan terhadap aktivitas promosi yang dilakukan oleh Mie Jogja Cabang Bogor.

6.1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi tempat tinggal di Kota Bogor, usia, status, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata perbulan, cara mengetahui produk, dan pengeluaran rata-rata untuk membeli makanan di restoran Mie Jogja Cabang Bogor. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 orang yang merupakan konsumenpelanggan restoran Mie Jogja Cabang Bogor. 1. Jenis Kelamin Responden yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut digunakan untuk mengevaluasi aktivitas promosi Mie Jogja Cabang Bogor berdasarkan ketidak- setaraan pola gender antara laki-laki dan perempuan. Meskipun saat ini emansipasi perempuan semakin kuat, namun perilaku kedua kelompok gender tersebut berbeda terutama dalam memutuskan kunjungan untuk makan di restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki selama pemilihan sampel adalah 14 orang atau 47 persen dari total responden; sedangkan responden perempuan berjumlah 16 orang atau 53 persen dari total responden. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pengunjung yang datang untuk makan di restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor lebih banyak berjenis kelamin perempuan. Perbedaan proporsi jenis kelamin tersebut dapat dilihat dalam Tabel 10. 56 Tabel 10. Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase Laki-Laki 14 47 Perempuan 16 53 Total 30 100 Perbedaan tersebut disebabkan karena keputusan pembelian makanan dalam keluargarumah tangga yang sering memberi pengaruh adalah ibu-ibu perempuan. Selain itu, perempuan juga cenderung lebih sering berbelanja dan memiliki perhatian yang lebih terhadap makanan. Selisih responden berdasarkan jenis kelamin tersebut kecil, karena produk olahan mie banyak disukai oleh laki- laki dan perempuan. Disamping itu, menu mie Jogja yang disajikan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor diposisikan sebagai hidangan yang bernuansakan santai, pada umumnya baik laki-laki maupun perempuan menyukai nuansa tersebut. Dengan demikian perbedaan proporsi antara laki-laki dan perempuan tergolong kecil. 2. Lokasi Tempat Tinggal Perbedaan lokasi tempat tinggal merupakan perbedaan geografi yang biasa digunakan dalam memahami karakterisik konsumen terutama dalam melaksanakan program promosi. Program promosi selalu dilaksanakan di dalam unit-unit geografis lokasi tempat tinggal. Media iklan seperti televise, radio, dan surat kabar biasanya disediakan berdasarkan keadaan geografi. Oleh karena itu, lokasi tempat tinggal menjadi bagian dari karakteristik responden yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Responden yang dipilih dalam mengisi kuesioner penelitian ini adalah konsumenpelanggan yang tinggal di Kota Bogor, dengan pertimbangan bahwa konsumenpelanggan tersebut memahami keadaan geografis Kota Bogor. Selain itu, segmentasi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini adalah Kota Bogor. Daerah yang menjadi tempat tinggal responden adalah Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara dan Tanah Sareal. Responden yang 57 tinggal di Kecamatan Bogor Selatan berjumlah 9 orang atau sebesar 30 persen; di Kecamatan Bogor Tengah berjumlah 5 orang atau sebesar 17 persen; di Kecamatan Bogor Timur, Utara, dan Barat masing-masing berjumlah 3 orang atau sebesar 10 persen; dan di Kecamatan Tanah Sareal berjumlah 7 orang atau sebesar 23 persen. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Proporsi Responden Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal Lokasi Tempat Tinggal Jumlah Responden Persentase Bogor Selatan 9 30 Bogor Tengah 5 17 Bogor Timur 3 10 Bogor Barat 3 10 Bogor Utara 3 10 Tanah Sareal 7 23 Total 30 100 Proporsi responden yang tinggal di Kecamatan Bogor Selatan memiliki jumlah terbesar dibandingkan Kecamatan lainnya. Hal tersebut disebabkan karena responden tersebut sudah mengenal mie Jogja dengan baik, sebab sebagian responden di Kecamatan tesebut bekerja di Daerah Jakarta. Keberadaan mie Jogja di Daerah Jakarta sudah dikenal baik karena kantor pusatnya atau pemberi waralaba franchisor terdapat di Kota Jakarta. Namun, perbedaan jumlah responden tersebut terlihat kecil atau proporsinya menyebar, karena sarana masing-masing kecamatan untuk berkunjung ke restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini mudah dan terletak di jalan utama Padjajaran yang menghubungkan kota-kota besar. 3. Usia Perbedaan usia menunjukkan tahapan perkembangan manusia yang membedakan sikap dan pelakunya dan berkaitan dengan pengambilan keputusan konsumsi seseorang. Oleh karena itu, usia menjadi salah satu karakteristik yang 58 dipertimbangkan dalam mengevaluasi aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Usia para responden dibedakan dalam skala interval antara lain usia 17-25, 26-45, 46-55, 56-65, dan lebih dari 65 tahun. Kelompok usia 17-25 tahun merupakan kelompok usia masa awal yang rata-rata masih menjalani jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Atas SMA hingga perguruan tinggi. Kelompok usia ini telah meninggalkan masa kanak-kanaknya dengan atau tanpa disadari mengalami kematangan pribadi dan jasmani sehingga cenderung lebih memiliki rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal-hal baru. Kelompok usia 26-45 tahun dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan manusia pada rentang usia tersebut termasuk dalam kategori masa dewasa menengah yang produktif, dan rata-rata telah berkeluarga serta tanggungannya bertambah setelah memiliki anak dan istrisuami. Batas usia 45 tahun pada kelompok usia ini dipilih dengan asumsi jika menikah pada usia 26 tahun maka pertumbuhan dan pendidikan anak masih menjadi tanggungan kelompok ini hingga anaknya berusia sekitar 19 tahun setelah lulus dari SMA, SMK dan sekolah sederajat lainnya. Hal tersebut dapat memicu peningkatan kebutuhan dan perhatian yang lebih banyak kepada keluarganya termasuk kesehatan keluarganya. Kelompok usia 46-55 tahun dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelompok usia ini termasuk dalam masa dewasa akhir yang produktif dimana rata- rata dari mereka mulai melepaskan anaknya karena anaknya mulai melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi atau langsung bekerja. Hasil dari bekal pendidikan yang telah diberikan oleh mereka kepada anaknya selama sekitar 19 tahun lalu mulai tampak pada kelompok usia ini. Rentang usia 56-65 tahun ditetapkan dengan pertimbangan bahwa usia ini termasuk usia yang mulai memasuki tahap penuaan, dimana rata-rata dari kelompok ini mulai memasuki masa pensiunan pada usia 56 tahun. Pembatasan rentang hingga usia 65 tahun dilakukan dengan pertimbangan bahwa meskipun telah pensiun tetapi hingga usia 65 tahun mereka masih termasuk ke dalam kelompok usia produktif. Untuk pengelompokan usia lebih dari 65 tahun, 59 dipertimbangkan bahwa usia tersebut termasuk lanjut usia dan merupakan usia yang tidak produktif. Proporsi responden berdasarkan usia pada penelitian ini persentasinya berbeda. Responden pada kelompok usia 17-25 tahun sebanyak 19 orang atau sebesar 63 persen. Responden pada kelompok usia 26-45 tahun sebanyak 6 orang atau sebesar 20 persen. Responden pada kelompok usia 46-55 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 17 persen. Sedangkan pada responden kelompok usia 56-65 tahun dan lebih dari 65 tahun tidak ada. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Proporsi Responden Berdasarkan Usia Kelompok Usia Jumlah Responden Persentase 17-25 tahun 19 63 26-45 tahun 6 20 46-55 tahun 5 17 56-65 tahun Lebih dari 65 tahun Total 30 100 Persentase dan jumlah responden berdasarkan kelompok usia 17-25 tahun menjadi dominan tersebut disebabkan karena menu yang disajikan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor merupakan menu yang umumnya disukai oleh kalangan usia tersebut seperti mie ghodok, mie goreng, ayam penyet Surabaya dan lain sebagainya. Selain itu didukung oleh rasa keingintahuan akan produk makanan baru yang berciri khas daerah ini, cukup tinggi pada kelompok usia seperti ini. Disamping itu, segmentasi demografis yang diarahkan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor adalah usia muda pada kalangan menengah keatas. Dalam hal ini adalah pada usia 17-25 tahun, yang dinilai bahwa tingkat konsumsi terhadap produk-produk olahan mie sangat tinggi, karena kelompok tersebut mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya luar seperti China dan Jepang yang sudah terbiasa mengkonsumsi mie sebagai makanan pokok. 60 3. Status Pernikahan Status pernikahan dari seluruh responden penelitian terdiri atas responden yang telah dan belum menikah. Pada dasarnya, status pernikahan menunjukkan perbedaan tingkat kebutuhan dan perhatian dimana orang yang telah menikah memiliki tanggungan tambahan yakni anak dan suamiistri. Sedangkan orang yang belum menikah, belum memiliki tanggungan tambahan sehingga masih memiliki kebebasan yang cenderung lebih besar untuk mengambil keputusan pengeluaran dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa tertentu dibandingkan orang yang telah menikah pada umumnya. Oleh karena itu, perbedaan status pernikahan menajdi bagian dari karakteristik responden untuk mengevaluasi aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Proporsi antara kedua kelompok responden menurut status pernikahannya dalam penelitian ini tampak berbeda. Responden yang telah menikah sebanyak 12 orang atau sebesar 40 persen. Sedangkan responden yang belum menikah sebanyak 18 orang atau sebesar 60 persen. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Proporsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Jumlah Responden Persentase Belum Menikah 18 60 Menikah 12 40 Total 30 100 Perbedaan proporsi tersebut didominasi dari responden yang belum menikah. Responden yang belum menikah dalam hal ini, proses penentuan keputusan pembeliannya dilakukan secara bebas dan pada umumnya memiliki keinginan lebih besar untuk mencoba hal-hal baru. Produk makanan mie Jogja merupakan produk yang khas dari Jogjakarta, sehingga bagi konsumen yang belum menikah tertarik untuk mengunjunginya berdasarkan gaya hidup akan kebebasannya dalam memutuskan pembelian. Sedangkan responden yang telah menikah melakukan keputusan pembelian tidak hanya dengan pertimbangan membeli untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk keluarganya. 61 6. Jenis Pekerjaan Orang yang telah berpenghasilan cenderung lebih memiliki kebebasan pengeluaran lebih besar dibandingkan orang yang produktif. Namun bagi yang belum berpenghasilan atau orang yang telah tidak produktif untuk berpenghasilan, memiliki banyak keterbatasan dalam hal melakukan pengeluaran kebutuhan hidupnya. Hal tersebut akan mempengaruhi keputusan konsumsinya terhadap suatu barang atau jasa tertentu khusus produk makanan mie Jogja. Responden dalam penelitian ini, memiliki jenis pekerjaan yang berbeda- beda antara lain belum bekerja, pegawaikaryawan, berwiraswasta, buruh lepas dan pensiunan. Pembedaan kelompok jenis pekerjaan tersebut didasarkan kepada kebebasan finansialnya, dimana orang yang bermatapencaharian sebagai karyawanpegawai memiliki ketergantungan penghasilan terhadap instansinya masing-masing. Sedangkan orang yang berwiraswasta, cenderung memiliki kebebasan finansial yang lebih besar bahkan mampu memberikan penghasilan kepada orang lain. Kelompok yang belum bekerja adalah mereka yang masih mengikuti jenjang pendidikan atau belum memiliki penghasilan sendiri yang kontinu. Kelompok buruh lepas adalah mereka yang memiliki penghasilan dari pekerjaan buruh harian yang tergantung pada proyek tertentu. Sedangkan kelompok pensiunan adalah mereka yang telah dipensiunkan secara resmi dari instansinya masing-masing, biasanya berusia lebih dari 56 tahun. Proporsi responden dari masing-masing jenis pekerjaan tampak berbeda. Kelompok responden yang belum bekerja berjumlah 9 orang atau sebesar 30 persen; kelompok responden pegawaikaryawan berjumlah 6 orang atau sebesar 20 persen; kelompok responden yang berwiraswasta berjumlah 15 orang atau sebesar 50 persen; sedangkan kelompok responden pensiunan dan buruh lepas tidak ada. Perbedaan proporsi masing-masing tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. 62 Tabel 14. Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah Responden Persentase Wiraswasta 15 50 PegawaiKaryawan 6 20 Belum Bekerja 9 30 Pensiunan Buruh Lepas Total 30 100 Proporsi pada kelompok responden yang berwiraswasta tampak menjadi mayoritas. Hal ini disebabkan harga menu yang disajikan adalah untuk kalangan menengah keatas, pada umumnya berprofesi sebagai wiraswasta dan pegawaikaryawan yang memiliki rata-rata pendapatan cukup tinggi. Harga rata- rata menu per porsi seperti mie godhok dan mie goreng baik rasa sapi atau ayam adalah sebesar Rp 18.000. Pada umumnya pengunjung yang datang tidak hanya membeli pilihan menu utamanya saja, namun membeli makanan lainnya seperti sayur olahan, tahu tempe goreng dan lainnya untuk pilihan menu ayam penyet Surabaya serta minumannya. Sedangkan yang belum bekerja mereka termasuk ibu rumah tangga atau sedang mengikuti jenjang pendidikan yang masih ditanggung oleh keluarganya. Dalam hal ini, mereka yang belum bekerja masih berada pada lingkup pengasilan dari keluarganya masing-masing baik berwiraswasta maupun pegawaikaryawan. 6. Pendidikan Terakhir. Pendidikan terakhir ini merupakan pendidikan formal terakhir yang telah dijalani responden. Pendidikan terakhir ditetapkan sebagai bagian dari karakteristik responden yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi akivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor dengan pertimbangan bahwa manusia merupakan makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Selain itu, pendidikan dipahami sebagai ikhtisar pembudayaan yang mendasari sejarah perkembangan peradaban manusia. 63 Pendidikan terakhir dari para responden terdiri atas responden yang telah tamat Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas SMA, Diploma, dan Sarjana. Responden yang tamat SMA menduduki peringkat tertinggi yang mendominasi populasi sampel yakni 24 orang atau sebesar 80 persen. Responden yang tamat Diploma dan Sarjana masing- masing berjumlah 3 orang atau sebesar 10 persen. Sedangkan untuk responden yang tamat SD dan SMP tidak ada. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Proporsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase SD SMP SMA 24 80 Diploma 3 10 Sarjana 3 10 Total 30 100 Responden tamatan SMA didominasi oleh responden berusia 17-25 tahun atau mereka yang memiliki penghasilan sebagai wiraswasta yang hanya tamat SMA. Pada usia 17-25 tahun kecenderungan untuk mengkonsumsi produk olahan mie yang baru dan khas lebih tinggi, seperti menu yang disajikan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Disamping itu, berpenghasilan sebagai wiraswasta pada umumnya minimal bertamatan SMA, karena pada tamatan tersebut dinilai mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan secara umum sudah cukup luas dalam menjalankan usahanya. Dengan berprofesi sebagai wiraswasta, biasanya mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi. Sehingga, tingkat pendapatan yang diperoleh tersebut dapat menjangkau pembelian makanan yang sajikan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor, khususnya pada mereka yang memiliki penghasilan lebih yakni kalangan menengah keatas. 64 7. Pendapatan Rata-Rata per Bulan. Pendapatan rata-rata seseorang per bulan pada umumnya menggambarkan gaya hidup terutama kesanggupannya dalam mengkonsumsi suatu produk tertentu. Batas pendapatan rata-rata minimum tenaga kerja di suatu Negara tertentu menjadi cerminan dari kesejahteraan ekonomi di Negara tersebut, dimana kesejahteraan ekonomi tersebut berhubungan langsung dengan kuantitas dan jenis barang yang diputuskan untuk dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu, pendapatan rata-rata perbulan menjadi bagian dari karakteristik responden yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Responden dalam kegiatan ini dibedakan ke dalam enam kategori pendapatan rata-rata per bulan, antara lain responden dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000; Rp 500.000 – Rp 1.499.999; Rp 1.500.000 – Rp 2.499.999; Rp 2.500.000 – Rp 3.499.999; Rp 3.500.000 – Rp 4.499.999; dan lebih besar dari Rp 4.500.000. Responden yang telah mengisi kuesioner memiliki rentang pendapatan antara 0 sampai lebih dari Rp4.500.000, dimana rentang ini mendasari pembagian kategori pendapatan untuk melihat target konsumen yang ditetapkan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Pertimbangan berikutnya dilihat dari Upah Minimum Regional tahun 2010 di Jawa Barat Lampiran 5, untuk daerah Kota Bogor adalah sebesar Rp 971.200, sehingga rentang Upah Minimum Regional tersebut dimulai dari kalangan yang berpendapatan menengah-kemenengah hingga Rp 1.500.000; kalangan menengah-keatas hingga Rp 2.500.000; kalangan atas-kebawah hingga Rp 3.500.000; kalangan atas-kemenengah hingga Rp 4.500.000; dan kalangan atas-keatas yang memiliki lebih besar dari Rp 4.500.000. Ukuran proporsi dari setiap kategori pendapatan tampak berbeda. Responden dengan pendapatan Rp 2.500.000 – Rp 3.499.999 menjadi mayoritas responden dengan jumlah 9 orang atau sebesar 41 persen; responden dengan pendapatan Rp 500.000 – Rp 1.499.999 berjumlah 6 orang atau sebesar 27 persen; responden dengan pendapatan Rp 1.500.000 – Rp 2.499.999 berjumlah 4 orang atau sebesar 18 persen; responden dengan pendapatan lebih besar Rp4.500.000 berjumlah 2 orang atau sebesar 9 persen; responden dengan pendapatan lebih kecil 65 dari Rp 500.000 berjumlah 1 orang atau sebesar 5 persen; sedangkan responden dengan pendapatan Rp 3.500.000 – Rp 4.499.999 tidak ada. Ukuran proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Proporsi Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata per Bulan Pendapatan Rata-Rata per Bulan Jumlah Responden Persentase Kurang dari Rp 500.000 Rp 500.000 – Rp 1.499.999 6 27 Rp 1.500.000 – Rp 2.499.999 4 18 Rp 2.500.000 – Rp 3.499.999 9 41 Rp 3.500.000 – Rp 4.499.999 Lebih dari Rp 4.500.000 2 9 Total 30 100 Proporsi responden dengan pendapatan Rp 2.500.000 – Rp 3.499.999 relatif lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa restoran waralaba Mie Jogja ini lebih mampu dijangkau oleh masyarakat ekonomi menengah ke atas. Untuk itu, restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor menetapkan kalangan ekonomi menengah ke atas sebagai target pasarnya. Umumnya konsumen yang berkunjung ke restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini memiliki pendapatan rata-rata diatas nilai UMR Kota Bogor. sehingga harga-harga menu yang ditawarkan disesuaikan dengan target pasarnya. 8. Asal Mengetahui Restoran Asal responden mengetahui restoran dalam hal ini adalah darimana responden pertama kali mengetahui restoran. Asal mengetahui restoran dipertimbangkan dalam mengevaluasi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor karena dapat dijadikan sebagai media promosi. Selain itu, kesan pertama seseorang terhadap sesuatu hal cenderung membentuk persepsinya terhadap hal tersebut. Persepsi positif atau negatif yang terbentuk akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi produk tertentu. 66 Responden yang dipilih telah mengetahui restoran pertama kali dari kerabatteman, iklan Koranmajalah, brosurleafleat, spandukpapan nama dan internet. Responden yang mengetahui restoran pertama kali dari spandukpapan nama menjadi mayoritas dengan jumlah 16 orang atau sebesar 53 persen; responden yang mengetahui restoran pertama kali dari kerabatteman berjumlah 10 orang atau sebesar 34 persen; responden yang mengetahui restoran pertama kali dari brosurleafleat berjumlah 4 orang atau sebesar 13 persen; sedangkan responden yang mengetahui restoran pertama kali dari iklan Koranmajalah dan internet tidak ada. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Proporsi Responden Berdasarkan Asal Mengetahui Restoran Asal Mengetahui Restoran Jumlah Responden Persentase KerabatTeman 10 34 Iklan KoranMajalah BrosurLeafleat 4 13 SpandukPapan Nama 16 53 Internet Total 30 100 Proporsi mayoritas responden yang mengetahui restoran dari spandukpapan nama ini terjadi karena di lokasi restoran terpampang papan nama dengan tulisan “Mie Jogja Pak Karso” yang sangat jelas terlihat bagi masyarakat yang melewati restoran tersebut. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi restoran atau sebagai media promosi untuk menginformasikan produknya bagi masyarakat terutama yang melewati restoran tersebut. Responden yang mengetahui restoran pertama kali dari kerabatteman akibat dari hubungan pertemanan atau kekerabatan untuk saling menceritakan, sehingga memberikan pengaruh untuk melakukan promosi person to person baik disadari maupun tidak. Sedangkan responden yang mengetahui restoran dari brosurleaflet ini terjadi pada saat konsumenpelanggan yang akan beranjak pulang biasanya diberikan leaflet pada saat pembayaran di kasir, selanjutnya konsumen tersebut menginformasikan ke 67 kerabattemannya. Sehingga pengaruh promosi lewat brosurleafleat dapat juga berasal dari konsumenpelanggan yang telah berkunjung sebelumnya. 9. Rata-Rata Pengeluaran per Bulan untuk Membeli Makanan di Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Rata-rata pengeluaran responden per bulan tersebut bagian karakteristik yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor karena dapat menggambarkan tingkat rutinitas atau kontinuitas konsumsi makanan di restoran ini. Pengeluaran ini terhitung dalam satu bulan untuk mengetahui berapa penganggaran yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli setiap bulannya. Selain itu, dapat mengetahui kepuasan konsumen yang dapat dilihat dari anggaran pembeliannya. Rata-rata pengeluaran per bulan untuk membeli makanan di restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini terbagi atas rata-rata pengeluaran dengan rata-rata kurang dari Rp 50.000, antara Rp 50.000 – Rp 100.000, dan lebih dari Rp100.000. Pembagian kategori responden ini dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan konsumsi setiap responden. Kategori pengeluaran kurang dari Rp 50.000 mengindikasikan perilaku responden yang mengkonsumsi tetapi tidak membeli karena keinginan untuk mencoba makanannya. Kategori pengeluaran antara Rp 50.000 – Rp 100.000 menunjukkan perilaku responden yang membeli untuk dikonsumsi sendiri maupun keluarganya, dan mengkonsumsi tidak hanya karena keinginan tetapi juga membutuhkannya. Kategori pengeluaran yang lebih dari Rp 100.000 mengindikasikan perilaku responden yang benar- benar membutuhkan makanan baik untuk dikonsumsi sendiri maupun keluarganya, dan cenderung loyal terhadap makanan maupun restoran ini. Proporsi responden yang membeli makanan di restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor dengan pengeluaran Rp 50.000 – Rp 100.000 per bulan berjumlah 12 orang atau sebesar 40 persen; responden dengan pengeluaran lebih kecil Rp 50.000 per bulan berjumlah 11 orang atau sebesar 37 persen; sedangkan responden dengan pengeluaran lebih besar dari Rp100.000 per bulan berjumlah 7 orang atau sebesar 23 persen. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. 68 Tabel 18. Proporsi Responden Berdasarkan Rata-Rata Pengeluaran per Bulan untuk Membeli Makanan Di Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Rata-Rata Pengeluaran per Bulan Jumlah Responden Persentase Kurang dari Rp 50.000 11 37 Rp 50.000 – Rp 100.000 12 40 Lebih dari Rp100.000 7 23 Total 30 100 Proporsi responden berdasarkan rata-rata pengeluaran per bulan masing- masing selisihnya tampak berbeda kecil. Mayoritas responden membeli dengan rata-rata pengeluaran antara Rp 50.000 – Rp 100.000 per bulan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata konsumen butuh akan produk makanan dari restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor, karena menu yang disajikan adalah manu olahan mie yang khas daerah Jogjakarta yang pada umumnya konsumen menyukai produk olahan mie yang memiliki khas tertentu. Responden yang membeli dengan rata-rata pengeluaran lebih kurang dari Rp 50.000 disebabkan oleh responden yang cenderung memiliki ketertarikan konsumsi untuk mencoba makan di restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Sedangkan responden yang membeli dengan rata-rata pengeluaran lebih dari Rp 100.000 menunjukkan responden tersebut sudah memperoleh kepuasan dalam mengkonsumsi makanan di restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. 6.1.2. Analisis Deskriptif dalam Mengevaluasi Aktivitas Promosi Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Hasil pengisian kuesioner penelitian dari responden, selanjutnya dievaluasi berdasarkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Hal-hal yang dievaluasi meliputi pernyataan persetujuan dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Dari hasil jawaban pertanyaan yang diberikan, terdapat beragam hasilnya sesuai dengan karakteristik respondennya. Penilaian responden terhadap tepattidaknya aktivitas promosi ini dilakukan dengan memperhatikan aspek kualitas pelayanannya. Kualitas 69 pelayanan tersebut dapat meliputi keterandalan, kecepatan, jaminan, empati, dan nyata. Responden dapat menilai secara umum berdasarkan kriteria tersebut. Responden akan bersediatidaknya menjadi konsumen restoran setelah memperhatikan aktivitas promosi restoran tersebut, dengan mempertimbangkan keputusan pembelian ke restoran ataupun tujuan responden dalam mengunjungi ke sebuah restoran. Jika responden memutuskan membeli karena kebutuhan, maka responden tersebut cenderung bersedia menjadi konsumen untuk mengunjungi ke restoran tersebut secara kontinu pada jangka waktu tertentu. Sedangkan jika setelah restoran menjalankan aktivitas promosinya, terdapat responden yang memutuskan tidak membeli tetapi mencoba mengkonsumsi dari makanan yang dibeli oleh kerabat atau keluarganya, maka responden tersebut cenderung belum bersedia untuk menjadi konsumen restoran. Responden menilai menariktidaknya aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini dilihat dari kreativitas restoran tersebut dalam merancang dan menerapkan aktivitas promosinya sedemikian rupa hingga menarik perhatian sasarannya. Kreativitas tersebut berupa kreasi atau daya cipta pada atribut-atribut promosi seperti atribut fisik restoran, pelayanan yang diberikan, dan atmosfir restoran. Atribut tersebut juga dapat menggambarkan bagian interior dan eksterior restoran yang penting untuk diperhatikan. Penilaian responden terhadap aktivitas promosi produk makanan restoran tersebut dalam membuat responden menyukai produk tersebut, dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian antara pesan yang disampaikan dalam aktivitas promosi produk dengan respon dari responden setelah mengkonsumsi produk. Jika terdapat kesesuaian yang membuat responden tertarik untuk mengkonsumsinya dalam jangka waktu tertentu, maka responden cenderung menyukai produk makanan tersebut. Sedangkan jika tidak terdapat kesesuaian antara keduanya yang membuat responden kurang tertarik untuk mengkonsumsinya, maka responden cenderung tidak menyukai produk makanan restoran tersebut. Penilaian responden secara umum adalah menyatakan setuju yang artinya butuh beberapa kali untuk dapat mengevaluasi promosi restoran waralaba Mie 70 Jogja Cabang Bogor ini dengan jumlah 14 orang atau sebesar 47 persen; menyatakan sangat setuju sebanyak 6 orang atau sebesar 19 persen, dimana responden dapat sangat mudah menilai evaluasi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor sejak pertama kali mengunjunginya; menyatakan ragu-ragu berjumlah 5 orang atau sebesar 16 persen, dimana responden masih sulit menilai aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor meskipun berulang kali mengunjunginya; menyatakan tidak setuju sebanyak 4 orang atau sebesar 13 persen, responden sulit untuk menilai aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor; dan menyatakan tidak sangat setuju sebanyak 1 orang atau sebesar 3 persen, dimana responden tidak memiliki kemampuan untuk menilai aktivitas promosi yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Penilaian responden secara umum tersebut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Proporsi Jawaban Responden dalam Menilai Akivitas Promosi Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Penilaian Responden Jumlah Responden Persentase Sangat Setuju 6 19 Setuju 14 47 Ragu-Ragu 5 16 Tidak Setuju 4 13 Tidak Sangat Setuju 1 3 Total 30 100 Responden menilai mayoritas menjawab setuju berjumlah 14 orang atau sebesar 47 persen, dimana dibutuhkan sejumlah waktu untuk menilai aktivitas promosi yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor adalah tepat dan dapat mempengaruhi konsumen. Waktu yang dimaksud adalah ketertarikan konsumen untuk menilai promosi restoran tersebut. Sehingga konsumen tidak langsung tertarik terhadap aktivitas promosi yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Proporsi responden yang menjawab setuju tersebut menjelaskan bahwa responden baru menjadi konsumen setelah beberapa kali melihat aktivitas promosi 71 yang telah dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Dengan demikian konsumen merasa butuh untuk mengkonsumsi makanan tersebut karena didalamnya terdapat keunggulan yang tidak dimiliki oleh restoran lain yang sejenis setelah melihat papan nama atau leaflet di lokasi restoran tersebut. Selain itu, restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor memposisikan produk makanannya sebagai makanan atau hidangan santai yang umumnya dinikmati pada sore hingga malam hari, sehingga membuat konsumen butuh untuk terus mengkonsumsinya dalam jangka waktu tertentu. Proporsi jawaban mayoritas setuju tersebut disebabkan menu yang disajikan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor fokus pada produk olahan mie, seperti mie godhok, mie goreng, dan bihun godhok dengan variasi rasa daging atau ayam. Aktivitas promosi yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor selalu mengunggulkan produk olahan mie tersebut dibanding dengan menu tambahan lannya seperti nasi goreng, ayam penyet Surabaya dan lainnya dalam bentuk media brosurleafleat dan spanduk.

6.2. Bauran Promosi yang Dilakukan oleh Restoran Waralaba Mie Jogja

Cabang Bogor Restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor perlu untuk menginformasikan produk makanannya melalui bauran promosi yang telah dirancang. Bauran promosi tersebut meliputi periklanan, promosi penjualan, publisitas, pemasaran langsung, dan penjualan pribadi.

6.2.1. Periklanan

Bauran promosi periklanan yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor adalah iklan lini bawah yang tidak menggunakan pembayaran komisi. Bentuk periklanan tersebut antara lain: brosurleaflet, menu harga, dan spandukpapan nama. Brosurleafleat yang digunakan satu lembar kertas kertas B5 dengan lipatan tanpa dijilid dan dicetak bolak-balik. Brosurleafleat tersebut berisi foto makanan dengan variasi rasa serta informasi harganya. Pada bagian cover berisi merek restoran, layanan pesan antar delivery order, waktu layanan, nomor telepon dan handphone, serta alamat lokasi restoran waralaba Mie Jogja Cabang 72 Bogor. Brosurleafleat ini dibagikan kepada konsumennya ketika konsumen akan beranjak pulang dengan jumlah tertentu. Selain itu bagi konsumen yang memesan, brosurleafleat ini dimasukkan dalam bungkusan kemasan makanan. Bagi layanan pesan antar delivery order, biasanya karyawan restoran sendiri yang memberikan langsung kepada konsumen yang memesan. Contoh bentuk brosurleafleat dapat dilihat pada Lampiran 6. Menu harga dapat ditemukan oleh konsumen, ketika konsumen tersebut datang ke lokasi restoran. Menu harga yang diberikan terbagi dalam dua jenis, yakni menu harga untuk dimeja restoran dan menu harga untuk pemesanan. Menu harga berukuran kertas A4 yang telah dilaminasi dalam bentuk lembaran. Didalamnya berisi daftar menu beserta harganya. Sedangkan menu harga untuk pemesanan berupa kertas ukuran A4 dalam bentuk 3 potongan. Menu harga tersebut diberikan ketika konsumen ingin memesan makanan dan sekaligus perhitungan bagi kasir. Spandukpapan nama ini berada pada eksterior restoran. Dimana konsumen akan melihat spandukpapan nama tersebut ketika akan masuk ke lokasi. Spandukpapan nama ini berupa papan nama yang bertuliskan merek restoran. Papan nama tersebut terbuat dari campuran aluminium dan seng berukuran 3 x 2 meter, yang ditempatkan di atas atap restoran. Sebagian papan nama lainnya terbuat dari seng beserta tiangnya dari besi, yang posisinya menghadap kearah pintu masuk parkir. Spanduk dipasang pada saat-saat tertentu, biasanya pada hari-hari besar. Spanduk tersebut berisikan informasi tentang merek dan foto produk makanan restoran. Penempatan spandukpapan nama ini cukup menarik perhatian bagi masyarakat yang melewati restoran tersebut, karena berukuran besar dan posisinya sangat jelas menghadap ke jalan raya Padjajaran Lampiran 6.

6.2.2. Promosi Penjualan

Restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor melakukan promosi penjualan berupa potongan harga discount pada hari-hari tertentu. Potongan harga tersebut biasanya dilakukan pada hari-hari besar seperti lebaran, natal dan lainnya. Potongan harga yang diberikan tidak lebih dari 10 persen dengan porsi minimal. 73 Porsi minimal yang ditetapkan saat ini belum diputuskan secara tetap, karena harus menyesuaikan biaya produksinya. Jumlah porsi minimal yang sudah pernah ditetapkan minimal 3 porsi. Tujuan promosi ini diharapkan agar konsumen termotivasi untuk membeli dalam jumlah banyak.

6.2.3. Hubungan Masyarakat dan Publisitas

Bauran promosi hubungan masyarakat dan publisitas yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor terdiri atas lobi kepada perhotelan dan penyelenggara acara-acara seminarpelatihan. Tujuan dari promosi ini adalah tidak hanya sekedar mempromosikan produk, namun lebih kepada publisitas yang layak dan menarik untuk diinformasikan kepada publik berdasarkan keunggulan produknya. Negosiasi dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor kepada pihak perhotelan saat ini memang belum berhasil, karena pihak perhotelan harus memperoleh informasi yang lengkap dari pemberi waralaba restoran Mie Jogja. Namun, upaya restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor tetap terus dilakukan agar produknya dapat diterima diperhotelan tertentu, khususnya di Kota Bogor. Penyelenggara acara-acara seminarpelatihan yang terdapat di Kota Bogor, merupakan bentuk publisitas yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor untuk menginformasikan produknya kepada publik, dalam hal ini adalah pesertanya. Pemesanan dilakukan biasanya minimal satu hari sebelum pelaksanaan pelatihanseminar, untuk menyediakan input produksi makanan restoran tersebut. Pihak manajemen restoran terus berupaya, melakukan kerjasama kepada pihak penyelenggara acara-acara seminarpelatihan yang terdapat di Kota Bogor.

6.2.4. Pemasaran Langsung

Bauran promosi pemasaran langsung yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor, saat ini berupa metode pemasaran tanpa melalui perantara yakni promosi dalam rangka menawarkan produk secara langsung yang dilakukan oleh perusahaan lewat telepon atau handphone. Metode 74 ini bertujuan untuk mengingatkan pelanggan akan adanya potongan harga pada hari-hari tertentu. Selain itu, melakukan komunikasi dalam upaya kerjasama kepada pihak perhotelan atau penyelenggara seminarpelatihan. Konsumenpelanggan yang pernah melakukan pemesanan lewat layanan pesan antar delivery order, nomor pelanggan tersebut akan di data dan disimpan untuk proses penginformasian berikutnya. Hal tersebut bertujuan untuk menjangkau konsumen lainnya melalui informasi dari konsumenpelanggan yang pernah melakukan pemesanan lewat layanan pesan antar, karena sampai saat ini target layanan tersebut belum tercapai.

6.2.5. Penjualan Pribadi

Bauran promosi penjualan pribadi yang dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor, yakni promosi yang dilakukan sambil menjual dan melayani pembelinya. Pembelian ini tidak hanya dilokasi restoran namun melalui layanan pesan antar delivery order. Karyawan ditugaskan untuk senantiasa bersikap melayani dengan baik kepada pembeli atau calon pembelinya. Selain itu, hubungan kerjasama dengan pihak-pihak penyelenggara acara seminarpelatihan merupakan salah satu bagian penjualan pribadi yang membutuhkan pengaruh secara pribadi. Pada layanan pesan antar delivery order, karyawan yang ditugaskan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor menjadi seorang tenaga penjual yang tidak hanya mengantarkan produknya saja, namun mampu berkomunikasi dengan konsumenpelanggannya. Hal tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan personal yang lebih dekat dengan konsumennya, karena konsumen telah memiliki kepercayaan kepada restoran sehingga bersedia agar produk yang ditawarkan oleh restoran diantar langsung ke tempatnya.

6.3. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Strategi

Promosi Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Strategi promosi yang direncanakan, disusun dan diterapkan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor yang dipertimbangkan tersebut antara lain meningkatkan image positif 75 restoran, meningkatkan penjualan, memberikan informasi keberadaan produk, memperluas pangsa pasar, dan menghadapi pesaing.

6.3.1. Faktor Meningkatkan Image Positif Restoran

Meningkatkan image positif restoran merupakan upaya promosi dalam meningkatkan citra positif brand restaurant merek restoran sehingga akan turut membentuk pula citra brand product merek produk. Alternatif strategi promosi produk makanan yang dipilih sebaiknya mampu meningkatkan image positif restoran.

6.3.2. Faktor Meningkatkan Penjualan

Meningkatkan penjualan merupakan upaya promosi dalam meningkatkan penjualan sehingga semakin tinggi hasil penjualan memungkinkan restoran semakin meningkatkan alokasi dana promosi produk. Alternatif strategi promosi produk makanan yang dipilih oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor sebaiknya mampu meningkatkan penjualan.

6.3.3. Faktor Memberikan Informasi Keberadaan Produk

Memberikan informasi keberadaan produk merupakan upaya promosi dalam memberikan informasi keberadaan produk makanan sehingga produk dan mereknya semakin dikenal, diingat, dan dibutuhkan oleh masyarakat. Alternatif strategi promosi produk makanan yang dipilih oleh restoran sebaiknya mampu memberikan informasi keberadaan produk.

6.3.4. Faktor Memperluas Pangsa Pasar

Memperluas pangsa pasar merupakan upaya promosi dalam memperluas pangsa pasar sehingga semakin luas pangsa pasar memungkinkan restoran untuk semakin mudah dalam menjangkau konsumen sasarannya. Alternatif strategi promosi produk makanan yang dipilih oleh perusahaan sebaiknya mampu memperluas pangsa pasar.

6.3.5. Faktor Menghadapi Pesaing

Menghadapi pesaing merupakan upaya promosi dalam menghadapi pesaing sehingga semakin handal restoran dalam menentukan aktivitas promosi 76 yang tepat dalam menghadapi para pesaingnya memungkin restoran untuk dapat tumbuh dalam kondisi persaingan yang semakin kuat. Alternatif strategi promosi produk makanan yang dipilih oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor sebaiknya mampu menghadapi pesaing. 77 VII. PERUMUSAN DAN ANALISIS ALTERNATIF STRATEGI PROMOSI RESTORAN MIE JOGJA CABANG BOGOR 7.1. Urutan Tingkatan Model Hirarki Keputusan dalam Perumusan Alternatif Strategi Promosi Restoran Model hirarki keputusan dalam perumusan alternatif strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor terbagi atas empat tingkatan. Tingkat pertama sebagai fokus, yaitu merumuskan dan menganalisis alternatif strategi promosi yang tepat untuk produk makanan restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Tingkat kedua adalah menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mempengaruhi perumusan alternatif strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor meliputi faktor tujuan promosi, faktor karakteristik produk, faktor konsumen, faktor karakteristik pasar, faktor distribusi, dan faktor sumberdaya manusia. Tingkat ketiga adalah subfaktor dari masing-masing faktor yang dipertimbangkan memberikan pengaruh dalam perumusan alternatif strategi promosi yang berkaitan dengan tingkat kedua. Dan tingkat keempat adalah alternatif strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Keseluruhan tingkatan tersebut menggambarkan model struktur hirarki keputusan strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Lampiran 3. 7.2. Faktor yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Strategi Promosi Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Tahapan perumusan strategi promosi berdasarkan prioritas meliputi analisis faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam merumuskan alternatif strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor dan analisis alternatif strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Perumusan prioritas strategi promosi yang dipertimbangkan antara lain faktor meningkatkan image positif restoran, faktor meningkatkan penjualan, faktor memberi informasi keberadaan produk, faktor memperluas pangsa pasar, dan faktor menghadapi pesaing. Keseluruhan faktor tersebut diberikan bobot dalam menentukan prioritas faktor yang paling dipertimbangkan sebagai prioritas pertama, hingga yang kurang dipertimbangkan sebagai prioritas terakhir. Keseluruhan prioritas dari faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 20. 78 Tabel 20. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Strategi Promosi Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Faktor Pertimbangan Bobot Prioritas Meningkatkan image positif restoran 0,144 4 Meningkatkan penjualan 0,325 1 Memberi informasi keberadaan produk 0,241 3 Memperluas pangsa pasar 0,244 2 Menghadapi pesaing 0,046 5 Rasio Inkonsistensi 0,09 Nilai rasio inkonsistensi pada pembobotan prioritas faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam merumuskan strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor adalah 0,09 atau sebesar sembilan persen. Nilai tersebut menunjukkan konsistensi dengan batas lebih kecil atau sama dengan 10 persen, dimana setiap faktor telah dikelompokkan menurut homogenitas dan relevansinya, serta intensitas relasi antarfaktor yang didasarkan pada kriterianya masing-masing saling membenarkan secara logis. Restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor lebih memprioritaskan faktor meningkatkan penjualan sebagai faktor yang paling dipertimbangkan dalam merumuskan alternatif promosi produk makanan restoran tersebut. Adapun bobot dari faktor tersebut adalah sebesar 0,325. Faktor meningkatkan penjualan yang dipertimbangkan menjadi prioritas pertama karena saat ini restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor sedang pada tahap perkenalan, yang belum memenuhi target penjualannya sehingga perlu menginformasikan produk makanannya kepada masyarakat Kota Bogor secara luas. Indikator yang menunjukkan restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini berada tahap perkenalan adalah dari kebaruan keberadaan restoran ini di Kota Bogor. Selain itu, target yang ditetapkan oleh restoran ini belum ditetapkan secara stabil, yakni masih mempertimbangkan perkembangan potensi pasarnya. Tahap perkenalan ini merupakan tahap yang banyak membutuhkan promosi agar produk 79 makanan restoran tersebut dapat dikenal, diingat, dan diposisikan dalam benak konsumen sasarannya menjadi restoran yang menyediakan hidangan menu-munu makanan santai sehingga target penjualannya meningkat dan terpenuhi. Bauran promosi yang sesuai adalah periklanan, promosi penjualan, dan pemasaran langsung; karena dapat memberikan pengaruh yang cepat untuk mendapatkan konsumen baru. Faktor memperluas pangsa pasar menjadi prioritas kedua dengan bobot 0,244 karena restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor mengharapkan produk makanan khas dari daerah Jogjakarta ini dapat diterima khususnya di Kota Bogor. Produk makanan yang berkultur jawa ini, diharapkan menjadi menu makanan pilihan masyarakat sunda pada umumnya. Dalam memperluas pangsa pasarnya restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini menetapkan target pasarnya. Target pasar yang ditetapkan oleh restoran ini adalah kalangan menengah keatas. Dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor merupakan kota wisata, yang para pengunjung baik lokal maupun interlokal pada umumnya merupakan kalangan menengah keatas. Bauran promosi yang sesuai adalah periklanan, humas dan publisitas, serta penjualan pribadi; karena dapat menjangkau konsumen secara luas khususnya di daerah Kota Bogor. Faktor memberikan informasi keberadaan restoran menjadi prioritas ketiga dengan bobot 0,241 karena restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor mengharapkan produk makanan dan mereknya semakin dikenal, diingat, dan di cari oleh masyarakat, khususnya di daerah Kota Bogor. Dengan semakin dikenal dan dicari oleh masyarakat maka akan mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen. Dengan demikian, penjualan restoran secara bertahap akan terus meningkat. Bauran promosi yang sesuai adalah periklanan, humas dan publisitas, pemasaran langsung, dan penjualan pribadi; karena mampu menjangkau konsumen secara luas dan dapat menciptakan hubungan dan komunikasi langsung antara restoran dan konsumen. Faktor meningkatkan image positif restoran menjadi prioritas keempat dengan bobot 0,144 karena restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor menginginkan posisi restoran didalam benak konsumen adalah restoran yang 80 menyediakan hidangan menu makanan santai dan berbeda dengan restoran lain yang sejenis. Dalam mengupayakan hal tersebut, keunggulan produk makanan dan pelayanan karyawannya selalu diperhatikan. Periklanan dan promosi penjualan merupakan bauran promosi yang sesuai untuk meningkatkan image positif restoran; karena konsumen akan merasa senang dengan potongan harga dan iklan yang menarik. Selanjutnya, prioritas terakhir adalah faktor menghadapi pesaing dengan bobot sebesar 0,046, karena restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor mengharapkan menjadi mahir dalam menentukan aktivitas promosi yang tepat dalam menghadapi para pesaingnya, sehingga dapat bertahan dalam kondisi persaingan yang semakin ketat. Periklanan dan humas serta publisitas merupakan bauran promosi yang tepat karena memiliki pengaruh yang kuat dan luas terhadap konsumen. 7.3. Alternatif Strategi Promosi yang Sesuai untuk Dijalankan oleh Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor Setiap subfaktor dari seluruh faktor yang dipertimbangkan selanjutnya disesuaikan dengan masing-masing alternatif promosi. Prioritas alternatif strategi promosi dilakukan dengan pembobotan, yang dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Alternatif Strategi Promosi Restoran Waralaba Mie Jogja Cabang Bogor yang Sesuai untuk Dijalankan Alternatif Strategi Promosi Bobot Prioritas Fokus Periklanan 0,343 1 Fokus Promosi Penjualan 0,215 2 Fokus Humas dan Publisitas 0,143 5 Fokus Pemasaran Langsung 0,151 3 Fokus Penjualan Pribadi 0,148 4 Rasio Inkonsistensi 0, 06 Fokus periklanan dipilih menjadi prioritas pertama dengan bobot 0,343 karena bauran promosi ini dinilai efektif dan memberikan dampak positif dalam peningkatan penjualan produk makanan restoran waralaba Mie Jogja Cabang 81 Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa restoran ini memanfaatkan periklanan pada lini bawah dalam mayoritas aktivitas promosinya. Periklanan lini bawah tersebut berupa spandukpapan nama yang terletak di lokasi restoran, brosurleaflet, dan daftar menu harga. Berdasarkan ketiga bentuk periklanan tersebut yang dapat memberikan pengaruh terbesar untuk mendapatkan konsumen baru adalah penggunaan spandukpapan nama, karena penempatannya strategis dan mudah dilihat bagi setiap masyarakat yang melewati lokasi restoran tersebut. Bentuk periklanan lini bawah berikutnya berupa brosur yang berisi foto produk beserta harganya. Brosur tersebut sengaja dibagikan oleh restoran setelah pengunjung beranjak pulang agar dapat dilihat kepada temankerabat pengunjung tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat mendatangkan calon konsumen baru berikutnya. Prioritas kedua adalah promosi penjualan dengan bobot sebesar 0,215. Bauran ini menjadi prioritas kedua karena memiliki dampak baik terhadap peningkatan penjualan terutama pada hari-hari besar. Promosi penjualan yang dilakukan selama ini hanya pada hari-hari tertentu seperti lebaran, natal, tahun baru dan lain sebagainya. Promosi penjualan yang dilakukan adalah berupa potongan harga sebesar 10 persen, minimal tiga porsi. Namun, potongan harga tidak diberlakukan pada layanan pesan antar. Hal ini karena mempertimbangkan biaya transportasinya, sedangkan harga menu makanannya adalah sama dengan yang makan di lokasi restoran. Jumlah minimal order pada layanan pesan antar delivery order tersebut adalah lima porsi. Prioritas ketiga adalah pemasaran langsung dengan bobot sebesar 0,151. Bauran promosi pemasaran langsung direct marketing ini menjadi prioritas ketiga karena dapat menciptakan hubungan langsung dengan konsumen sasarannya. Pemasaran langsung yang dilakukan adalah melalui telepon, email dan pos. Ketiga bentuk tersebut yang paling berpengaruh adalah telepon atau lewat handphone karena lebih mudah dan cepat aksesnya. Pasar yang dituju melalui pemasaran langsung ini adalah konsumen yang pernah malakukan pemesanan pada layanan pesan antar delivery order. 82 Prioritas keempat adalah penjualan pribadi dengan bobot sebesar 0,148. Prioritas ini kurang diperhatikan karena keterbatasan jumlah sumberdaya manusia yang di miliki oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Sumberdaya manusia yang terdapat pada restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor hanya menyediakan untuk karyawan layanan pesan antar dan bagian pemasaran umum. Namun, karyawan yang bertugas sebagai pengantar makanan ini juga bertindak sebagai penjualan pribadi, yakni memasarkan ke konsumen lainnya sambil mengantarkan produk ke pemesan. Alternatif strategi yang menjadi prioritas kelima adalah humas dan publisitas dengan bobot sebesar 0,143. Bauran promosi humas dan publisitas ini dapat memberikan dampak positif terhadap penjualan produk makanan restoran karena jika terdapat pameran tentang wisata kuliner, order pemesanan makanan akan meningkat. Namun pameran wisata kuliner saat ini sering diadakan di Kota Jakarta. Sehingga tidak dapat memberi pengaruh terhadap restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor. Oleh karena itu, humas dan publisitas ini kurang diprioritaskan. Nilai rasio inkonsistensi pada pembobotan prioritas alternatif strategi promosi tersebut adalah 0,06 atau sebesar enam persen. Nilai tersebut kurang dari 10 persen, artinya pembobotan tersebut memiliki konsistensi yang logis. 83 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi aktivitas promosi secara umum adalah menjawab setuju, yang artinya butuh beberapa kali responden untuk merespon aktivitas promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor ini. Hal ini berdampak pada lambatnya tingkat penjualan yang disebabkan lambatnya respon konsumen, yang mengakibatkan proses keputusan pembelian menjadi tertunda dan memungkinkan konsumen membatalkan pembeliannya. 2. Bauran promosi yang telah dilakukan oleh restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor menunjukkan bahwa restoran ini telah melakukan periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung dan penjualan pribadi. 3. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam merumuskan strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor adalah faktor meningkatkan penjualan sebagai prioritas pertama, selanjutnya adalah faktor meningkatkan image positif restoran, faktor memberi informasi keberadaan produk, faktor memperluas pangsa pasar, dan faktor menghadapi pesaing. 4. Analisis alternatif strategi promosi restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor yang sesuai untuk dijalankan adalah fokus periklanan, karena dinilai efektif dan memberikan dampak positif dalam peningkatan penjualan produk makanan restoran waralaba Mie Jogja Cabang Bogor.

8.2. Saran