Pertumbuhan Ricardian Model-Model Pertumbuhan Ekonomi

17 ekonomi, tetapi termasuk pertumbuhan bidang sosial, politik, psikologi masyarakat. Kategori kedua menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah termasuk dalam teori ekonomi pembangunan, khususnya dalam mengatasi permasalahan pembangunan ekonomi negara-negara sedang berkembang. Sedangkan kategori ketiga disebut sebagai tori modern dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu termasuk ke dalam model Keynesian. Tidak seperti ke dua kategori sebelumnya maka model keynesian bisa disebutkan sebagai murni teori ekonomi. Sedangkan Kasliwal 1995 membagi dua kategori teori pertumbuhan yakni 1 model pertumbuhan clasik Classical Growth Models dan 2 model pertumbuhan modern Modern Growth Models. Yang termasuk dalam model klasik adalah pertumbuhan Ricardian Ricardian growth dan model Lewis The Lewis Model , sedangkan yang tergolong dalam teori pertumbuhan modern adalah Model Harrod-Domar, Pertumbuhan Model Solow, Pertumbuhan endogenous. Terlepas dari berbagai pengklasifikasian teori pertumbuhan tersebut, maka berikut ini diuraikan beberapa model pertumbuhan sebagai berikut.

2.2.1. Pertumbuhan Ricardian

Model pertumbuhan Ricardian Ricardian Growth adalah model teoritis yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh David Ricardo, Tho mas Malthus, dan Adam Smith di akhir abad kedelapanbelas. Model klasik ini mempunyai dua unsur penting, yakni : 1 Sumber daya alam dianggap sebagai constraint utama untuk pertumbuhan. Teori ini menganggap bahwa produktivitas marjinal tenaga kerja merosot ketika lebih banyak lahan digunakan dalam produksi. 2 Unsur utama lainnya di dasarkan pada gagasan Malthusian bahwa populasi meningkat secara endogen dengan output. Apabila output tumbuh, populasi juga akan meningkat sampai rata-rata konsumsi turun pada tingkat yang subsisten. Implikasi utama dari model pertumbuhan klasik bahwa dari waktu ke waktu, ekspansi output melambat karena produktivitas marjinal yang menurun dari tenaga kerja pada lahan tertentu. Semakin banyak tenaga kerja yang dipekerjakan, maka tambahan output extra output akan terus meningkat hingga mencapai tingkat subsistensi. Akhirnya keuntungan juga tertekan, dengan 18 demikian investasi berhenti. Kondisi ini kemudian disebutkannya sebagai keadaan stationer stationary state, di mana garis konsumsi subsisten dan garis output berpotongan. Ekonomi klasik menganggap bahwa sekalipun kemajuan teknologi berlangsung, perekonomian akan tetap mencapai keadaan stasioner stationary state . Dengan asumsi itu, model Ricardian mempunyai implikasi bahwa dalam jangka panjang, konsumsi per kapita tenaga kerja akan kembali pada tingkat yang subsisten. Ketika permintaan untuk makanan naik bersama populasi, harga pangan akan naik secara relatif untuk harga barang-barang pabrik. Dan karena upah subsisten harus dibelanjakan makanan, laba pabrikasi akan ditekan sampai investasi berhenti. Salah satu kemungkinan untuk keluar dari stagnasi klasik adalah jika pangan dapat diimport pada suatu harga tertentu, sehingga sektor industri dapat berkembang secara esensial. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa, pada hakekatnya, aplikasi model Ricardian hanya untuk perekonomian tertutup, atau bahkan lebih baik, perekonomian besar di mana pengaruh dunia dipastikan kecil. Cara penting lainnya untuk melepaskan tingkat subsistensi dari keadaan stationary adalah menumbuhkan produktivitas pertanian secara terus menerus pada suatu tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari pertumbuhan populasi. Menurut Kasliwal 1995 bahwa model ini menuai banyak kritik dari banyak ahli, terutama pada asumsi Malthusian, bahwa populasi tumbuh secara endogen dengan output. Populasi tidak secara otomatis tumbuh sebagai konsekwensi dari pertumbuhan pendapatan. Selain itu dianggap mengabaikan pengaruh teknologi, karena menganggap bahwa kemajuan seperti itu tidak bisa melebihi langkah perluasan populasi pada jangka panjang.

2.2.2. Model Lewis