Profil Perekonomian Sulawesi Selatan 1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Perekonomian Sulawesi Selatan 5.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Pertumbuhan ekonomi sering diartikan sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Dengan pengertian ini, maka pertumbuhan ekonomi, selain mencirikan berkembangnya berbagai sektor-sektor usaha dan perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi juga mencirikan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum. Menurut Mankiw 2003, bahwa para ekonom menggunakan data Produk Domestic Bruto PDB atau PDRB, untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Karena data tersebut selain mengukur jumlah output barang dan jasa total suatu daerah, juga mengukur pendapatan total setiap orang dalam perekonomian. Karena itu, dalam tulisan ini pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah pertumbuhan PDRB itu sendiri. Dengan mengamati kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan secara runtun waktu dari tahun 1985 – 2004, tampak bahwa dalam dua dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sebenarnya mencatat suatu kinerja yang tidak terlalu buruk. Selama periode ini perekonomian Sulawesi Selatan rata-rata tumbuh sekitar 5.88 persen per tahun. Kinerja pertumbuhan ekonomi ini, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sekitar 4.70 persen per tahun dalam periode yang sama, demikian pula lebih tinggi dari rata- rata pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia KTI yang tumbuh sekitar 5.25 persen pertahun dala m kurun waktu tersebut Tabel 2 70 5.33 2.80 13.13 14.00 10.00 6.00 2.00 2.00 6.00 10.00 14.00 PDRB Sul-Sel 5.78 7.07 10.00 6.48 6.74 9.53 7.74 7.72 7.40 8.56 8.31 4.30 5.33 2.83 4.89 5.11 4.10 5.25 5.20 PDRB KTI 4.69 3.78 6.74 5.45 7.56 8.13 7.62 5.77 8.50 7.99 9.37 5.25 2.80 1.85 4.91 4.79 3.47 3.36 3.33 PDB Nasional 4.99 4.93 5.78 7.46 7.24 6.95 6.46 6.50 7.54 8.22 7.82 4.70 13.1 0.79 4.90 3.83 4.38 4.88 5.13 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 STDEV Nasional = 4,54 STDEV Sul-Sel = 3,24 STDEV KTI = 2,78 Pertumbuhan Gambar 13 Kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, kawasan timur Indonesia KTI dan nasional, periode 1986-2004 Dalam sejarah panjang perjalanan proses pembangunan Sulawesi Selatan, kinerja pertumbuhan ekonomi daerah ini, sesungguhnya juga mengalami ”pasang- surut”, seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia. Dinamika pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ini, dikaitkan dengan tiga periode penting yang terjadi di Indonesia yakni 1 Periode sebelum krisi ekonomi 1986-1997. Periode ini terkait dengan ”kebijakan industrialisasi” yang diawali pada pertengahan tahun 1980-an dengan sejumlah instrumen insentif bagi sektor industri. 2 Periode krisis ekonomi 1998-2000, dan 3 periode pasca krisis ekonomi 2001-2004. Bagaimana gambaran kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada masing- masing periode ini, akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut Pada periode sebelum krisis ekonomi tahun 1986-1997, perekonomian Sulawesi Selatan tumbuh pesat secara memukau yakni dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7.47 persen pertahun. Kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dalam periode ini bahkan lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sekitar 6.55 persen pertahun, serta lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi KTI, yang secara rata-rata tumbuh sekitar 6.74 persen pertahun. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang tinggi di periode 71 ini, terutama di dorong oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan yang mengalami perkembangan pesat yakni tumbuh sekitar 15.22 persen pertahun. Gambaran ini menunjukkan bahwa, strategi industrialisasi di Indonesia yang diawali pada pertengahan tahun 1980-an, berhasil menciptakan ”loncatan” pertumbuhan sektor industri pengolahan di Sulawesi Selatan Periode krisis ekonomi 1998-2000, pada periode ini, walaupun perekonomian Sulawesi Selatan mengalami guncangan hebat, sehingga tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi KTI, akan tetapi dibandingkan dengan perekonomian nasional, maka perekonomian Sulawesi Selatan memiliki resistensi yang lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional dari guncangan perekonomian global. Resistensinya perekonomian Sulawesi Selatan dari guncangan ekonomi global dibandingkan perekonomian nasional, terkait dengan corak perekonomian Sulawesi Selatan yang masih didominasi oleh sektor pertanian, dengan berbagai komoditi dari sektor ini terutama sub sektor perkebunan memiliki peningkatan daya saing dalam pasaran ekspor di era ini, sementara corak perekonomian nasional sudah bertransforma si ke dominasi sektor industri sejak tahun tahun 1991. Periode pasca krisis 2001-2004. Kinerja pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada periode ini juga memperlihatkan kinerja yang tidak buruk, karena kinerja pertumbuhan ekonominya melampaui kinerja pertumbuhan ekonomi nasional dan KTI yang masing- masing memiliki tingkat rata-rata pertumbuhan sebesar 4.55 persen pertahun untuk nasional dan 3.73 persen pertahun untuk wilayah KTI , sedangkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan mencapai 4.91 dalam periode yang sama. Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan, dilihat dari aspek kestabilan pertumbuhan--diukur berdasarkan standar deviasi pertumbuhan selama tahun 1986-2004 --, seperti terlihat pada Tabel 2, bahwa selama periode 1986-2004 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan ternyata juga lebih stabil dibandingkan stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Akan tetapi kurang stabil bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI. Gambaran ini ditunjukkan oleh nilai standar deviasi pertumbuhan ekonomi masing- masing 72 sebesar 2.85 untuk wilayah KTI, sekitar 3.32 untuk Sulawesi Selatan dan sekitar 4.66 untuk nasional. Dengan mencermati lebih jauh ke struktur perekonomian Sulawesi Selatan, ternyata sektor industri pengolahan yang memiliki instabilitas paling tinggi dibandingkan sektor lainnya, dengan standar deviasi pertumbuhan sebesar 9.00, sementara pertumbuhan sektor pertanian memiliki standar deviasi sekitar 3.22 dan sektora lainnya sekitar 4.34. Bahkan pertumbuhan industri pengolahan di Sulawesi Selatan sangat tidak stabil bila dibandingkan sektor serupa secara nasional. Indikasi ketidakstabilan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang tinggi ini, menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan Sulawesi Selatan sesungguhnya senangtiasa mengalami ”pasang-surut” dari tahun ke tahun, dan hal ini tentunya merupakan kondisi yang kurang baik bagi pengembangan iklim investasi bagi sektor industri itu sendiri. Tabel 2 Pertumbuhan ekonomi PDRB dan PDRB per kapita Sulawesi Selatan, kawasan timur Indonesia KTI dan nasional, tahun 1985-2004 Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita , Tahun 1985-2004 Sebelum krisis Periode Industrialisasi Krisis Ekonomi Pasca Krisis Rata-rata St Dev No. Uraian 86-89 90 - 97 r = 86-97 98-00 01-04 86-04 86-04 A. Pertumbuhan PDRB 1 PDRB Sulsel 7.33 7.54 7.47 0.80 4.91 5.88 3.32 a. Pertanian 6.28 5.73 5.91 0.88 1.39 4.17 3.22 b. Industri Manuf 22.67 11.49 15.22 1.88 5.71 11.11 9.00 c. Lainnya 6.64 8.21 7.69 0.57 7.24 6.47 4.34 2 PDRB KTI 5.17 7.52 6.74 1.32 3.73 5.25 2.85 3 PDB Nasional 5.79 6.93 6.55 2.48 4.55 4.70 4.66 a. Pertanian 3.02 2.81 2.88 1.21 3.93 2.45 2.45 b. Industri Manuf 10.03 10.99 10.67 1.32 5.02 8.00 5.79 c. Lainnya 5.62 6.75 6.37 4.34 4.49 4.28 5.54 B Pertumbuhan PDRBKapita a. Sulawesi Selatan 7.16 5.94 6.35 0.47 3.91 4.76 4.49 b. KTI 1.34 3.47 2.76 0.69 2.27 2.33 2.31 c. Nasional 4.17 6.60 5.79 3.55 3.25 3.78 5.01 Sumber : Diolah dari PDRB provinsi-provinsi di Indonesia berbagai penerbitan, tahun 1985-2004 Tabel 2 juga menunjukkan indikator makro penting lainnya, yakni PDRB per kapita. Indikator ini menggambarkan besarnya nilai tambah yang diciptakan pada setiap pend uduk, namun tentunya angka tersebut tidak menunjukkan tingkat 73 penerimaan secara nyata pada seluruh masyarakat di setiap daerah, karena angka tersebut hanya merupakan nilai tambah rata-rata output dari semua sektor produktif. Walaupun demikian indikator PDRB per kapita tetap menjadi indikator makro yang penting untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu perekonomian. Dilihat dari sisi pertumbuhannya selama periode 1985 – 2004, Sulawesi Selatan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita ya ng cukup tinggi 4.76 persen per tahun, bahkan melampaui rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita di wilayah KTI 2.33 persen pertahun dan PDB perkapita nasional 3.78 persen per tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan per kapita atau rata-rata nilai tambah yang diciptakan setiap penduduk di Sulawesi Selatan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakat rata-rata provinsi-provinsi di wilayah KTI, maupun rata-rata provinsi di seluruh Indonesia. Pertumbuhan PDRB Per kapita yang tinggi, umumnya terjadi pada periode sebelum krisis ekonomi 1985-1997. PDRB per kapita Sulawesi Selatan pada era ini tumbuh rata-rata 6.35 persen pertahun, sedangkan wilayah KTI dan nasional masing- masing tumbuh sekitar 2.76 persen per tahun dan 5.79 persen per tahun dalam periode yang sama. Kinerja pertumbuhan PDRB perkapita, tampaknya menyerupai kinerja pertumbuhan ekonomi, dimana pada periode pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan tajam, maka pertumbuhan PDRB juga meningkat tinggi, demikian pula sebaliknya. Gambaran ini sekaligus menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu mekanisme yang dapat melipat gandakan pendapatan perkapita, dengan kecepatan yang berakselerasi, seperti yang dilansir dalam laporan Bank Dunia 2005. Walaupun Sulawesi Selatan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita yang lebih tinggi selama dua dekade terakhir, dibandingkan rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita provinsi lain di wilayah KTI maupun secara nasional, namun besarannya jauh lebih rendah dibandingkan besaran PDRB perkapita rata-rata secara nasional, maupun secara regional di wilayah KTI. PDRB Per kapita masyarakat Sulawesi Selatan pada tahun 2004 hanya sekitar Rp. 4.45 juta per kapita, sementara rata-rata provinsi di KTI memiliki PDRB per kapita sebesar Rp. 6.72 juta per kapita, bahkan secara nasional rata-rata 74 provinsi memiliki PDRB per kapita sebesar Rp. 7.67 juta per kapita. Hal ini berarti bahwa rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Sulawesi Selatan saat ini hanya sekitar 58.03 persen dari rata-rata pendapatan per kapita masyarakat di seluruh Indonesia. Angka ini sesungguhnya sudah jauh lebih bagus bila dibandingkan kondisi pendapatan per kapita masyarakat Sulawesi Selatan pada 20 tahun yang lalu, dimana PDRB per kapita di daerah ini pada tahun 1985, besarannya kurang dari separuh dari rata-rata PDRB per kapita provinsi lain di Indonesia maupun rata-rata provinsi di Wilayah KTI yakni berjumlah sekitar Rp. 1.87 juta per kapita per tahun. Perkembangan PDRB per kapita pertahun di Sulawesi Selatan, wilayah KTI dan nasional dapat dilihat pada Gambar 14. - 1.00

2.00 3.00