147
15000 20000
25000 30000
35000 40000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
DWLD,2 Accumula ted R esponse of DWLD,2 to Cholesky
One S.D. DWLD ,2 Innovation
R e
s p
o n
U p
a h
R iil
S e
k to
r L
a in
d i
P e
d e
s a
a n
Gambar 28 Respon dinamis upah riil sektor lain pedesaan terhadap guncangan permintaan tenaga kerja sektor lain pedesaan
5.5.2. Respon Permintaan Tenaga Kerja Terhadap Perubahan Upah Riil
Menurut Taylor dan Chanery dalam Kasliwal 1995, bahwa salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan pasar, adalah karena agen
ekonomi merespon secara lambat terhadap perubahan harga. Berdasarkan pada pandangan tersebut, maka studi ini, juga ditujukan untuk mengukur kelambanan
respon pengusaha dalam pasar tenaga kerja, dimana kelambanan respon tersebut dicerminkan dari kelambana respon permintaan tenaga kerja kesempatan kerja
ketika terjadi shock upah riil. Kelambanan respon permintaan tenaga kerja ini, juga diukur dengan menggunakan metode persamaan ECM.
Hasil pendugaan parameter ECM untuk persamaan respon permintaan tenaga kerja dari guncangan upah riil, menunjukkan bahwa upah riil rata-rata,
maupun upah riil perkotaan dan pedesaan dapat direspon secara signifikan oleh permintaan tenaga kerja pada tingkat kesalahan a = 0.01 dan 0.05. Demikian
pula error term residual pada setiap persamaan berpengaruh signifikan hingga tarap nyata 95 persen.
Selanjutnya di lihat dari koefisien korelasi dari variabel ECM residual pada setiap persamaan bersifat negatif. Gambaran ini menunjukkan bahwa pada
periode awal permintaan tenaga kerja berada diatas keseimbangan jangka panjangnya, sehingga permintaan tenaga kerja ini akan merespon harga untuk
mencapai posisi keseimbangannya kembali. Dibandingkan dengan respon upah
148 riil terhadap permintaan dan penawaran tenaga kerja, seperti yang telah diuraikan
pada bagian terdahulu, maka tampaknya respon kesempatan kerja permintaan tenaga kerja dari perubahan upah riil, bersifat lebih kakuh atau lebih lamban
Tabel 19. Tabel 19 Hasil estimasi parameter ECM persamaan respon kesempatan kerja
perkotaan dan pedesaan terhadap guncangan upah riil di Sulawesi Selatan
Periode Penyesuaian PEUBAH
Parameter Dugaan
Probability t
-Statistik Satuan
Thn Satuan
Bln
DKK
K.Kerja Perkotaan Intersept
5438.97 0.6954
Rata-2 Upah Riil Kota DWK
2.4262 0.0028
ECM14KKWK -1
-0.4991 0.0403
2.0035 24.04
R
2
= 0,319067; F-Hitung = 3,514296 c; DW = 1,538104 DKD
K.Kerja Pedesaan Intersept
9857.13 0.7732
Rata-2 Upah Riil Desa DWD
3.3388 0.0452
ECM15KDWD -1
-0.6867 0.0239
1.4563 17.48
R
2
= 0,461628; F-Hitung = 6,430896 a; DW = 2,012186
Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Dengan membandingkan respon permintaan tenaga kerja perkotaan
dengan respon permintaan tenaga kerja pedesaan dari guncangan upah riil masing- masing, maka tampaknya kesempatan kerja di pedesaan akan merespon lebih
cepat dibandingkan kesempatan kerja di perkotaan. Periode waktu yang dibutuhkan oleh kesempatan kerja perkotaan untuk mencapai keseimbangannya
adalah sekitar dua tahun, sementara di pedesaan hanya membutuhkan sekitar 1.5 tahun.
Lambannya respon kesempatan kerja di perkotaan dibandingkan dengan respon kesempatan kerja di pedesaan, di duga terkait dengan sistem recruitment
tenaga kerja serta spsifikasi tenaga kerja di butuhkan sektor-sektor usaha di perkotaan berbeda dengan di pedesaan. Sektor usaha di perkotaan umumnya
membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan, spesifikasi pendidikan tertentu dan persyaratan lainnya serta dengan sistem perekrutan yang umumnya
menggunaka prosedur formal, demikian pula dalam hal pemutusan hubungan kerja perusahaan diharuskan memenuhi aturan-aturan tertentu, sehingga respon
kesempatan kerja perkotaan ini memerlukan waktu yang cukup panjang untuk mencapai posisi keseimbangannya kembali jika terjadi shock upah riil. Sementara
149 kegiatan produktif di pedesaan yang kebutuhan tenaga kerjanya tidak terlalu
spesifik dan sistem perekrutan tenaga kerjanya pun lebih sederhanan sehingga memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mencapai posisi keseimbangannya
kembali. Respon kesempatan kerja pedesaan yang lebih cepat ini, juga sekaligus menunjukkan bahwa kesempatan kerja pedesaan lebih fleksibel dalam menyerap
para “pencari kerja sementara” jika terjadi penurunan upah. Hasil analisis Impuls Respon Function IRF terhadap persamaan respon
kesempatan kerja total serta kesempatan kerja perkotaan dan pedesaan dari guncangan upah riil, memperlihatkan perilaku respon kesempatan kerja, baik
dalam jangka pendek, maupun perilaku beberapa periode kedepan dalam mencapai keseimbangan jangka panjangnya, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 29 sampai Gambar 30.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
DKK,2 Accumulated Response of DKK,2 to Ch olesky
One S .D. DKK,2 In novation
R e
s p
o n
P e
rm in
ta a
n T
K P
e rk
o ta
a n
Gambar 29 Respon dinamis kersempatan kerja perkotaan terhadap guncangan upah riil perkotaan
40000 80000
120000 160000
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
DKD,2 Accumulated Response of DKD,2 to Cholesky
One S. D. DKD,2 Innovation
R e
s p
o n
P e
rm in
ta a
n T
K P
e d
e sa
a n
Gambar 30 Respon dinamis kersempatan kerja pedesaan terhadap guncangan upah riil pedesaan
150 Gambar diatas menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek kesempatan
kerja perkotaan memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk mencapai posisi keseimbangannya, sedangkan kesempatan kerja pedesaan memerlukan waktu
kurang dari dua tahun. Selain itu dalam jangka panjang guncangan upah riil ini akan berdampak pada fluktuasi kesempatan kerja yang cukup besar hingga sekitar
tahun ke sembilan, sementara di pedesaan fluktuasi kesempatan kerja mulai stabil pada tahun ke enam.
5.6. Analisis Simulasi Kebijakan Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan