Produktivitas Kerja Sektoral Analisis Pasar Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi

127 ekonomi kurang responsif terhadap pertumbuhan tenaga kerja total di Sulawesi Selatan, mengingat lebih dari 50 persen tenaga kerja yang ada di Sulawesi Selatan menggantungkan hidupnya di sektor ini terutama di sektor pertanian di wilayah pedesaan. Untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian yang cukup berarti, maka haruslah berbasiskan pada pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hal ini dilihat dari tingkat signifikansi dan besarnya nilai elastisitas variabel ini terhadap nilai tambah sektor yakni sekitar 0.7961 yang artinya apabila produktivitas tenaga kerja meningkat 10 persen, maka pertumbuhan nilai tambah pertanian dapat meningkat sekitar 7.96 persen. Peningkatan produktivitas ini dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani atau melalui peningkatan modal dan teknologi.

5.4.5. Produktivitas Kerja Sektoral

Model analisis pada persamaan produktivitas tenaga kerja sektoral dibangun dengan asumsi bahwa produktivitas tenaga kerja sektoral di pengaruhi oleh tingkat upah riil sektoral, jumlah pekerja sektoral, nilai tambah sektoral output serta kemajuan teknologi pada masing- masing sektor. Berdasarkan hasil pendugaan pada persamaan-persamaan ini, menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R 2 pada masing- masing persamaan berkisar antara 0.9735 hingga 0.9965, yang berarti bahwa perilaku dari produktivitas tenaga kerja sektoral dapat dijelaskan oleh peubah penjelas secara baik. Hasil estimasi nilai F-statistik juga menunjukkan bahwa peubah-peubah penjelas pada setiap persamaan berpengaruh secara signifikan hingga tarap nyata a = 0.01. Nilai DW-statistik pada persamaan ini berkisar antara 1.1167 hingga 1.4739. Meskipun nilai DW-statistik sedikit rendah, namun hal ini, tidak berarti mengandung masalah korelasi serial positif, karena berdasarkan hasil uji korelasi serial metode Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Tes, diperoleh nilai probability ObsR-squared berkisar antara 0.2522 hingga 0.5224 yang berarti semua persamaan tidak mengandung masalah korelasi serial. Hasil pendugaan parameter peubah penjelas pada setiap persamaan produktivtas tenaga kerja, menunjukkan bahwa, secara konsisten variabel jumlah 128 tenaga kerja dan nilai tambah sektora berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tena ga kerja sektoral pada taraf a = 0.01, sedangkan variabel residual total factor productivity pada sektor industri dan sektor lainnya berpengaruh pada a = 0.15 dan 0.20, sementara variabel input rasidual di sektor pertanian tidak memberi pengaruh pada produktivitas di sektornya. Selanjutnya pada setiap persamaan produktivitas tenaga kerja sektoral ini hanya upah yang secara konsisten tidak memberi pengaruh nyata terhadap variabel endogen. Produktivitas tenaga kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai output per tenaga kerja, yang secara matematis dihitung dari ratio antara PDRB dengan jumlah tenaga kerja. Pengertian ini tentu memang dapat menggambarkan nilai output per tenaga kerja, namun tentunya tidak menggambarkan rata-rata nilai produksi yang dapat diciptakan oleh setiap pekerja dalam satu satu waktu atau biaya tertentu. Barangkali tidak signifikannya upah riil dan TFP sebagai ukuran kemajuan teknologi, khususnya di sektor pertanian, berkaitan dengan cara pengukuran produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Karena secara faktual, maupun secara teori peningkatan upah riil dapat menjadi motivasi tersendiri untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, demikian pula teknologi dalam banyak hal telah menunjukkan kemampuannya dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Faktor lain yang kemungkinan menyebabkan sehingga input residual TFPP di sektor pertanian tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja pertanian adalah berkaitan dari pertumbuhan TFPP itu sendiri yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami kemerosotan serius, khususnya sejak krisis ekonomi, sehingga dengan kondisi yang merosot ini tidak mampu memberi kontribusi yang signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pertanian, atau berkaitan dengan sifat sektor pertanian itu sendiri yang dikenal sangat lamban dalam mengadopsi teknologi, sehingga peningkatan produktivitasnya sangat ditentukan oleh nilai outpunya saja dan bukan bersumber dari tindakan efisiensi yang dilakukan petani. Hasil persamaan produktivitas tenaga kerja pertanian seperti yang telah diuraikan Tabel 14 memberikan implikasi bahwa cara lain untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian ini adalah melakukan realokasi 129 tenaga kerja pertanian ke sektor lain yang mungkin lebih produktif. Hal ini di dasarkan dari nilai elastisitas jumlah tenaga kerja yang bersifat elastis dalam jangka pendek dengan koefisien korelasi yang negatif. Tabel 14 Hasil estimasi parameter persamaan produktivitas tenaga kerja sektoral di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 Elastisitas PEUBAH Dugaan Parameter Probability t -Statistik JK Pendek JK Panjang PKP Pruktivitas TK Pertanian Intersept 5733352 0.0000 a Upah Riil Pert WP 0.028065 0.9673 0.0003 n.a K.Kerja Pertanian KP -3.577818 0.0000 a -1.0174 n.a Nilai Tambah Pert NTBP 0.620485 0.0000 a 1.0252 n.a TFP Pertanian TFPP 4389.611 0.2915 0.0762 n.a R 2 = 0.9965; F-Hitung 738.8730 a; DW = 1.1167 PKI Pruktivitas TK Industri Intersept 18325641 0.0000 a Upah Riil Industri WI 8.726343 0.7726 0.0455 n.a K.Kerja Industri KI -98.37857 0.0000 a -1.0492 n.a Nilai Tambah Industri NTBI 5.415742 0.0000 a 0.9201 n.a TFP Industri TFPI 93518.04 0.1746 0.5536 n.a R 2 = 0.9745; F-Hitung = 124.2844 a; DW = 0.9376 PKL Pruktivitas TK S.Lain Intersept 12748364 0.0000 a Upah Riil S.Lain WL 4.842927 0.4976 0.0408 0.0413 K.Kerja S.Lain KL -12.57173 0.0000 a -0.9133 -0.9226 Nilai Tambah S.Lain NTBL 1.012843 0.0000 a 0.9847 0.9947 TFP S.Lain TFPL 10852.07 0.1221 0.0820 0.0828 Lag Endogen Lag PKL 0.010346 0.9010 0.0100 0.0101 R 2 = 0.9842 ; F-Hitung = 149.3972 a; DW = 1.3132 Sumber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Hasil perhitungan nilai elastisitas dari masig- masing variabel juga menunjukkan bahwa respon perubahan nilai produktivitas tenaga kerja atas perubahan nilai upah riil maupun perubahan pertumbuhana teknologi pada masing- masing sektor bersifat in-elastis. Gambaran ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai dari variabel ini hanya berdampak kecil terhadap perubahan nilai produktivitas tenaga kerja. Sedangkan nilai elastisitas dari variabel jumlah tenaga kerja sektoral dan variabel nilai tambah bruto sektoral yang mendekati nilai satu, menunjukkan bahwa sifat dari elastisitas ini mendekati sifat unitary-elastis, yang artinya bahwa ketika variabel ini mengalami perubahan sebesar satu persen, maka produktivitas tenaga kerja juga akan berespon secara proporsional sesuai arah korelasinya. 130

5.4.6. Angkatan Kerja Perkotaan dan Pedesaan