Total Factor Productivity Pasar Tenaga Kerja

40 komoditi-komoditi pertanian, kemampuan ekspor, dan relatif sedikit komponen bahan baku impornya. Dasril 1993 dalam Juanda 2001 menganalisis sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan dan perubahan keterkaitan antar sektor, baik dalam kebijakan subsidi impor 1971-1985 maupun orientasi ekspor 1985-1990, dengan menggunakan Tabel Input-Output Indonesia. Dasril menggunakan metode dekomposisi sumber pertumbuhan untuk mengukur sumber-sumber pertumbuhan yang terdiri atas permintaan dalam negeri, perdagangan internasional dan perubahan teknologi. Noor 1991 meneliti mengenai perubahan struktur produksi yang menyertai pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Noor, mengkaji perubahan yang terjadi antara daerah provinsi dengan menggunakan model yang pernah digunakan Chanary dan Syrquin 1975 ketika mereka melakukan penelitian di sejumlah negara berkembang mengenai pergeseran struktur ekonominya selama kurun waktu 1950-1970. Model tersebut diduga dengan multiple regression analysis. Noor, menyimpulkan bahwa hanya sebagian daerah provinsi di Indonesia yang menerima hipotesis Fisher, yaitu terdapat hubungan yang negatif antara pergeseran sektor primer dengan pertumbuhan pendapatan nasional atau pendapatan perkapita.

2.5.2. Total Factor Productivity

Margono 2005 dalam studinya mengenai Analisis kritis terhadap masalah ketenaga kerjaan suatu pendekatan makro- mikro ekonomi, dimana salah satu tujuan utamanya adalah menghitung total factor productivity TFP Indonesia, TFP sektor pertanian, industri dan sektor jasa di Indonesia. Metode yang digunakan dalam menghitung TFP adalah direct accounting. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa TFP Indonesia sebesar -0.53. TFP sektor pertanian dan industri sejak tahun 1972 – 2002 juga bertanda minus yakni masing -2.56 untuk pertanian dan -1.47 untuk industri, sedangkan TFP sektor jasa positif yakni 0.48. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemajuan teknologi di Indonesaia selama periode analisis tidak banyak bermakna dalam peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. 41 Mathias 2004 yang mengkaji mengenai tingkat upah dan produktivitas tenaga kerja di Provinsi DKI Jakarta. Telah menghitung TFP DKI juga dengang menggunakan metode direct accounting yang diturunkan dari fungsi Cobb- Douglas. Menyimpulkan bahwa TFP untuk DKI selama periode 1997-2003 bernilai sebesar -0.39. Rendahnya TFP untuk DKI pada periode tersebut menurutnya karena dampak krisis ekonomi yang masih terus melanda DKI Jakarta sampai dengan tahun 2003.

2.5.3. Pasar Tenaga Kerja

Sukwika 2003 yang meneliti mengenai pasar tenaga kerja dan migrasi di Kabupaten Bogor dikaitkan dengan perubahan struktur dan perkembangan wilayah. Analisa pasar tenaga kerja yang dilakukan dengan menggunakan persamaan sumultan dengan disagregasi terhadap tenaga kerja terdidik dan tidak terdidi. Studi ini kemudian melanjutkan dengan menggunakan analisa komponen utama Pricipal Component Analysis dan analisa gerombol Cluster Analysis untuk menduga model perwilayah struktur ekonomi. Dari hasil studi ini disimpulkan bahwa peningkatan ankatan kerja terdidik dan tidak terdidik lebih responsif terhadap pertumbuhan penduduk, sedangkan kesempatan kerja lebih responsif terhadap investasi, pendapatan regional dan jumlah pengangguran, baik di sektor pertanian maupun disektor industri. Disimpulkan pula bahwa otonomi daerah tidak menurunkan pengangguran di Kabupaten Bogor. Hadi 2002 mengkaji mengenai dampak kebijakan pemerintah terhadap keragaan pasar kerja dan migrasi pada periode krisis dan sebelum krisis ekonomi di Indonesia. Studi ini juga menggunakan persamaan simultan yang diduga dengan menggunakan Two Stage Least Square 2SLS. Studi ini menyimpulkan bahwa peningkatan partisipasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan, jenis kelamin dan wilayah responsif terhadap jumlah penduduk baik pada uasia produktif maupun pada usia belum produktif dan tingkat partisipasi kerja, upah bukan merupakan faktor utama yang mendorong peningkatan partisipasi angkatan kerja. Sedangkan kesempatan kerja sektoral ditentukan oleh perubahan pendapatan regional sektoral, program dana pembangunan. Kombinasi peningkatan Program Dana Padat Karya, Program Dana Pembangunan, Konsumsi Kalori dan Investasi 42 Sektoral memberikan dampak paling baik terhadap keragaan pasar kerja dan migrasi pada periode krisis dan sebelum krisis ekonomi di Indonesia. Studi mengenai ketenaga kerjaan di Sulawesi Selatan, diteliti oleh Fudjaja 2002. Studi ini mengkaji dinamika kesempatan kerja sektor pertanian dan industri di Sulawesi Selatan. Model analisisnya juga menggunakan persamaan simultan yang diduga dengan metode 2SLS. Studi ini menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah dan perubahan faktor ekonomi berpengaruh terhadap dinamika kesempatan kerja sektor pertanian dan industri di Sulawesi Selatan. Peningkatan upah memberi dampak positif terhadap kesempatan kerja demikian pula terhadap PDRB sektoral. Peningkatan investasi sektoral berdampak negatif terhadap kesempatan kerja sektor indus tri, akan tetapi berdampak positif terhadap PDRB sektoral. Sebaliknya penurunan investasi sektoral memberikan dampak negatif terhadap PDRB sektoral, baik peningkatan maupun penurunannya tidak memberikan pengaruh terhadap kesempatan kerja.

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Dalam rangka upaya pemulihan ekonomi dari terpaan krisis ekonomi serta upaya untuk menurunkan angka pengangguran di Indonesia pada umumnya dan di Sulawesi Selatan khususnya yang dari tahun ke tahun semakin meningkat dan semakin memprihatinkan, maka arah pembangunan ekonomi kedepan diharapkan tidak hanya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tapi juga mampu mendorong perluasan kesempatan kerja yang tinggi menurunkan angka pengangguran, sehingga pada akhirnya kesenjangan secara sektoral maupun secara regional dapat di tekan. Guna mencapai sasaran tersebut maka persoalan ketenaga kerjaan dan pertumbuhan ekonomi harus dikaji sebagai satu kesatuan, karena keduanya terkait erat dan mempengaruhi satu sama lain secara timbal balik. Pengaruh output atau pertumbuhan ekonomi terhadap tenaga kerja dapat dilihat baik dari sisi permintaan output agregat, maupun dari sisi penawarannya. Dari sisi permintaan, perubahan konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor- impor dapat mendorong peningkatan kesempatan kerja. Demikian pula dari sisi penawaran agregat, Ruby 2003 menyebutkan bahwa pertambahan modal maupun kemajuan teknologi dapat mendorong peningkatan produktifitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi sekaligus menggeser kurva permintaan tenaga kerja memperluas kesempatan kerja.