Penawaran Tenaga Kerja Perkotaan dan Pedesaan

89

5.2.2. Penawaran Tenaga Kerja Perkotaan dan Pedesaan

Dalam kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja, jumlah permintaan dan penawaran tenaga kerja akan sama pada tingkat upah tertentu. Akan tetapi kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja yang demikian tidak pernah wujud, karena selalu ada kelompok pengangguran yang tidak dapat dihindari. Kelompok pengangguran ini disebut pengangguran alamiah atau oleh Mankiw 2003 disebut sebagai pengangguran friksional. Pengangguran seperti ini tidak dapat dihindari, karena para penganggur memerlukan waktu untuk mencari pekerjaan. Besarnya jumlah pengangguran tidak lain adalah excess supply dalam pasar tenaga kerja atau sisa dari penawaran tenaga kerja yang tidak dapat terserap dalam pasar tenaga kerja Gambar 10. Berdasarkan pada konsep pasar tenaga kerja tersebut, maka penawaran tenaga kerja tidak lain adalah jumlah tenaga kerja yang terserap di pasar tenaga kerja ditambah jumlah excess supply atau pencari kerja pengangguran, dengan kata lain penawaran tenaga kerja = Employment + Unemployment. Dalam data statistik ketenaga kerjaan di Indonesia Sakernas, variabel yang menjumlahkan antara tenaga kerja yang bekerja employment dengan pencari kerja unemployment di sebut angkatan kerja. Karena itu, konsep penawaran tenaga kerja dalam tukisan ini tidak lain adalah jumlah angkatan kerja labor force. Ruby 2003 menjelaskan bahwa dalam analisa agregat, penawaran tenaga kerja selain ditentukan oleh tingkat upah, juga dipengaruhi oleh perubahan populasi, tingkat partisipasi angkatan kerja dan arus migrasi. Karakteristik pertumbuhan penawaran tenaga kerja angkatan kerja di Sulawesi Selatan termasuk berbagai faktor determinannya dapat dilihat pada Tabel 7. 90 Tabel 7. Pertumbuhan jumlah penduduk, penduduk usia kerja, angkatan kerja, bukan angkatan kerja dan migrasi masuk di Sulawesi Selatan, tahun 1985-2004 Jumlah Penduduk, PUK, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja N0. Uraian 1985 1990 1999 2004 Pertumbuhan Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa 1 Jumlah Penduduk 6,407,720 6,895,670 7,802,732 8,396,784 1.50 2 Penduduk Usia Kerja 4,803,747 5,318,670 5,450,441 5,737,240 1.16 a. Kota 19.69 20.23 31.75 31.53 3.47 b. Desa 80.31 79.77 68.25 68.47 0.58 3 Angkatan Kerja 2,058,748 2,618,888 3,275,815 3,786,872 3.78 a. Kota 17.35 16.03 28.91 29.11 6.91 b. Desa 82.65 83.97 71.09 70.89 3.19 4 Penduduk Bekerja 2,004,606 2,556,736 3,062,630 3,183,652 2.50 a. Kota Jiwa, 334,370 16.68 390,785 15.28 816,870 26.67 875,136 27.49 5.64 b. Desa Jiwa, 1,670,236 83.32 2,165,951 84.72 2,245,760 73.33 2,308,516 72.52 2.30 5 Mencari Kerja 54,142 62,152 213,185 603,220 22.18 a. Kota Jiwa 22,894 42.29 28,988 46.64 130,113 61.03 227,264 37.68 19.67 b. Desa Jiwa 31,248 57.71 33,164 53.36 83,072 38.97 375,956 62.32 29.49 6 Bukan Angkatan Kerja 2,744,999 2,699,782 2,174,626 1,950,368 1.52 a. Kota 21.43 24.30 36.03 36.22 0.83 b. Desa 78.57 75.70 63.97 63.78 2.24 c. Menurut kegiatan Sekolah 42.29 41.69 18.52 19.22 3.04 Mengurus RT 39.37 40.89 59.52 70.24 1.17 Lainnya 18.34 17.42 21.96 10.54 4.18 7 TPAK Kota+Desa 42.86 49.24 60.10 66.01 a. TPAK Kota 37.78 40.13 54.72 60.95 b. TPAK Desa 44.10 51.39 62.60 68.33 8. Migrasi Masuk Jiwa 4,520 a 16,364 a 34,296 27,789 13.27 Sumber : Diolah dari data Sakernas 1985-2004 dan data kependudukan Provinsi Sulawesi Selatan 1993-2004 Keterangan : a Data proyeksi dengan metode trend linear Penawaran tenaga kerja angkatan kerja di Sulawesi Selatan dalam dua dekade terakhir 1985-2004 mengalami pertumbuhan yang cukup besar yakni sekitar 3.47 persen. Pertumbuha n angkatan kerja ini lebih tinggi dari pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhnan penduduk usia kerja yang masing- masing hanya tumbuh sekitar 1.50 persen dan 1.16 persen per tahun. Gambaran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan penawaran tenaga kerja di Sula wesi Selatan tidak hanya disebabkan faktor alamia dari pertumbuhan penduduk, tetapi juga di sebabkan oleh faktor lain seperti tingginya arus migrasi masuk yang tumbuh sekitar 13.27 persen pertahun. Selain itu pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi 91 ini juga disebabkan oleh adanya pergeseran dalam struktur usia kerja, dimana ada kecenderungan dari penduduk usia kerja yang berada pada kelompok bukan angkatan kerja mengalami penurunan baik secara relatif, maupun secara absolut yang ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhannya sebesar –1.52 persen pertahun. Tabel 7 juga memperlihatkan bahwa, meskipun proporsi angkatan kerja perkotaan jauh lebih kecil dari proporsi angkatan kerja pedesaan, namun dari segi pertumbuhan angkatan kerja perkotaan meningkat lebih cepat yakni dengan pertumbuhan sekitar 6.91 persen pertahun, sementara di pedesaan hanya tumbuh sekitar 3.19 persen pertahun. Pertumbuhan angkatan kerja perkotaan ini di duga didorong oleh arus migrasi masuk yang lebih banyak ke wilayah perkotaan, sehingga pertumbuhan penduduk usia kerja di perkotaan meningkat lebih cepat di bandingkan penduduk usia kerja pedesaa. Hanya saja pertumbuhan angkatan kerja wilayah perkotaan yang tinggi ini tidak diimbangi oleh tingkat penyerapan tenaga kerja yang sebanding, sehingga diwilayah perkotaan juga memiliki tingkat pengangguran yang lebih besar di bandingkan di wilayah pedesaan.

5.3. Total Faktor Productivity