Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Analisis Obyek Wisata dan Strategi serta Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Berkelanjutan di Kabupaten Wonogiri

2.5 Strategi Pembangunan Pariwisata Daerah

Pembangunan daerah merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang tidak dapat dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah tersebut dibutuhkan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di tiap-tiap daerah tersebut. Menurut Suryono 2004, dalam Primadhany, 2010 strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan : Kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana- prasarana. Strategi selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana kepariwisataan. Strategi pembangunan pariwisata daerah memiliki peluang yang lebih besar apabila didukung oleh partisipasi aktif masyarakat. Menurut Conyers 1984 : 154- 155, ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan satu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek proyek akan gagal. Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses, persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan di daerah mereka sendiri. Dapat dirasakan bahwa merekapun mempunyai hak untuk “urun rembug” memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka.

2.6 Penelitian Penelitian Terdahulu Terkait Topik Penelitian

Rudita 2012 dalam Tesisnya yang berjudul “ Potensi obyek wisata dan keterpaduannya dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan Kabupaten Gianyar Provinsi Bali” melakukan penelitian dengan menganalisis potensi obyek wisata, keterpaduan sektor pariwisata dengan sektor lain, faktor faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan serta merumuskan rencana dan strategi pengembangan kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dan analisis Input-Output , analisis Scoring System, analisis AHP, dan analisis A’WOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pariwisata terkait erat dengan lima sektor, yaitu : industri tanpa migas; perdagangan besar dan eceran; restoran; hotel; jasa hiburan dan rekreasi. Terdapat 6 enam obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan, yaitu : Agrowisata Payangan, Sungai Ayung, Nyepi Kasa, Aci Keburan, Desa Pakraman Pausan, dan Sarkofagus. Faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan menurut persepsi wisatawan adalah : pelayanan; jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan; fasilitas yang tersedia; sarana transportasi; dan promosi. Berdasarkan analisis SWOT, juga dirumuskan beberapa strategi untuk pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Muhammad et al 2012 dalam Artikelnya yang berjudul “Studi perkembangan wilayah dan daya dukung lingkungan kepariwisataan di Wilayah Yogyakarta Utara” melakukan penelitian dengan menganalisis daya dukung kawasan yang dapat menentukan batas toleransi dan kelenturan kapasitas yang masih memungkinkan secara fleksibel. Tujuan jangka panjangnya adalah terpenuhinya kepuasan pengunjung secara berkelanjutan di kawasan tersebut. Untuk memantapkan implementasi tujuan jangka panjang ini, maka ditetapkan fokus tema dengan topik studi daya dukung kepariwisataan di wilayah Yogyakarta bagian Utara. Sampel penelitian terdiri dari empat wilayah desa di Kecamatan Pakem Kawasan Kaliurang dan Taman Nasional Gunung Merapi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk menjawab permasalahan di atas terdapat dua variabel, yaitu 1 perkembangan wilayah, 2 daya dukung ekologis. Sampel penelitian terdiri dari wilayah desa di Kecamatan Pakem Kawasan Kaliurang dan Taman Nasional Gunung Merapi TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis dan pembahasan untuk melihat potensi dan perkembangan pembangunan kepariwisataan di wilayah Yogyakarta bagian utara dinilai berdasarkan beberapa variabel atau indikasi yang merupakan wujud komponen wilayah beserta lingkungan dengan z-score periode up date 2006-2008. Komponen potensi perkembangan wilayah di dalam penelitian dinilai berdasarkan lima variabel atau indikator yang merupakan pertumbuhan ataupun perubahan dari nilai z score masing-masing indikator dari skala waktu yang berbeda. Indikator potensi dan perkembangan wilayah tersebut adalah indeks komposit yang akan dianalisis secara berurutan. Selain itu digunakan pula analisis daya dukung dan analisis daya tamping. Hasil penelitian terhadap potensi perkembangan wilayah kepariwisataan dan daya dukung lingkungan kepariwisataan terlihat bahwa wilayah Yogyakarta bagian Utara sebagai penyedia jasa lingkungan kepariwisataan merupakan wilayah yang sangat potensial untuk dikembangkan dan direncanakan pada masa yang akan datang. Kondisi daya dukung wilayah yang masih tergolong tinggi dan mempunyai kelenturan memungkinkan untuk lebih dioptimalkan dan tetap berorientasi pada kelestarian fungsi lingkungan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Wonogiri yang termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah terletak pada garis lintang 7 o 32’ – 8 o 15’ Lintang Selatan dan garis bujur 110 o 41’ – 111 o 18’ Bujur Timur. Terbagi dalam 25 kecamatan serta 294 desakelurahan dengan luas wilayah seluas 182.236,0236 ha atau 1.822,360 km 2 . Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan September 2014.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian pendahuluan terlebih dahulu dilakukan untuk mengawali pelaksanaan penelitian. Pada tahap penelitian pendahuluan, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan informasi dari instansi – instansi pemerintah terkait di tingkat kabupaten dan kecamatan, melakukan pengamatan langsung ke lapangan dan melakukan wawancara langsung dengan tokoh - tokoh masyarakat di tiap desa yang terdapat obyek wisata di Kabupaten Wonogiri. Informasi dan data-data yang berhasil dikumpulkan kemudian digunakan sebagai bahan untuk pelaksanaan penelitian utama selanjutnya.

3.2.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data hasil survei lapangan dan wawancara responden serta data sekunder berupa informasi dan data dari literatur - literatur yang didapat dari instansi seperti Badan Pusat Statistik BPS, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu BPMPT, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM, Dinas Pekerjaan Umum DPU, Kantor Lingkungan Hidup, Perpustakaan dan lainnya. Jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data serta output yang diharapkan sebagai hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Deskripsi data penelitian No Tujuan Jenis Data Sumber Data Output yang Diharapkan 1 Mengetahui perkembangan dan diversitas ekonomi wilayah Kabupaten Wonogiri PDRB Kabupaten Wonogiri BPS Perkembangan dan diversitas ekonomi tiap- tiap kecamatan 2 Mengetahui potensi obyek obyek wisata yang dimiliki; Kualitas obyek wisata, kondisi obyek wisata, daya saing ekonomi obyek wisata, aksesibilitas, dukungan pengembangan obyek, fasilitas penunjang obyek, fasilitas pelengkap, keamanan Pengamatan Lapangan dan Responden Pamong Desa, Camat, SKPD Kabupaten Dapat diketahui potensi obyek- obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Wonogiri 3 Mengetahui efisiensi pengelolaan obyek- obyek wisata yang dikelola Data jumlah pegawai, harga tiket, jumlah pengunjung serta sumbangan pendapatan Dinas Pariwisata Dapat diketahui obyek wisata yang efisien pengelolaannya 4 Mengetahui perbedaan pengelolaan kepariwisataan Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Pacitan Data pengelolaan kepariwisataan aksesibilitas obyek wisata, sarana prasarana, tiket masuk, kondisi obyek wisata dan promosi Informan Pariwisata Kabupaten Tetangga Dapat diketahui informasi pengelolaan yang positif untuk dapat diadopsi 5 Memberikan strategi dan arahan pengembangan kawasan wisata berkelanjutan partisipasi masyarakat, persepsi stakeholder pemerintah, praktisi pariwisata dan akademisi Responden Ahli Strategi yang digunakan serta arahan pengembangan kawasan wisata berkelanjutan 12