Obyek Wisata Wilayah Ibukota Kabupaten Wonogiri

2 Jenis Obyek Wisata yang Disukai - Alam - Budaya - Alam dan Budaya 2 1 5 25 12,5 62,5 3 Kondisi Obyek Wisata - Baik dan Bersih - Buruk dan Kurang Bersih 7 1 87,5 12,5 4 Keramahan Masyarakat - Ramah - Kurang Ramah 8 - 100 - 5 Aksesibilitas Obyek Wisata - Mudah Dijangkau - Sulit Dijangkau 4 4 50 50 6 Sarana dan Prasarana Obyek Wisata - Memadai - Kurang Memadai 2 6 25 75 7 Keamanan Wisatawan - Aman - Tidak Aman 8 - 100 - 8 Keinginan Untuk Kembali - Ada - Tidak Ada 5 3 62,5 37,5 Dari persepsi wisatawan di atas terlihat bahwa modal pengembangan obyek wisata yang bersifat sosial psikologis sudah dalam kondisi yang ideal, sedangkan modal pengembangan bersifat fisik memerlukan pembenahan berarti. 4.2.7 Klasifikasi Potensi Obyek-Obyek Wisata Kabupaten Wonogiri Berdasarkan analisis skoring yang dilakukan Lampiran 3 dapat diketahui bahwa 5 lima obyek wisata memiliki kelas berpotensi, yaitu : Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur, Karamba Apung Cakaran, Kawasan Setren Girimanik, Desa Wisata Wayang Kepuhsari dan Kawasan Museum Karst. Ada 15 lima belas obyek wisata memiliki kelas cukup berpotensi, yaitu : Pantai Sembukan, Pantai Nampu, Pantai Pringjono, Sendang Beton, Goa Putri Kencono, Goa- Waduk Song Putri, Waduk Nawangan, Waduk Ngancar, Khayangan Dlepih, Sendang Siwani, Air Terjun Watusongo, Gunung Gandul, Plinteng Semar, Hutan- Desa Wisata Bubakan serta Air Terjun Watujadah. Adapun sebanyak 16 enam belas obyek wisata lain memiliki kelas kurang berpotensi. Selengkapnya dapat dilihat pada Peta Sebaran dan Potensi Obyek-Obyek Wisata Kabupaten Wonogiri Lampiran 4. Tabel 4.1 lanjutan 39

4.3 Efisiensi Pengelolaan Obyek Wisata Kabupaten Wonogiri

Sampai saat ini hanya ada 7 obyek wisata di Kabupaten Wonogiri yang dikelola, yaitu Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur, Karamba Apung Cakaran, Kawasan Setren Girimanik, Khayangan Dlepih, Goa Putri Kencono, Kawasan Museum Karst dan Pantai Sembukan. Tingkat efisiensi ketujuh obyek wisata tersebut dapat dievaluasi dengan analisis DEA melalui software WinDEAP. Pada perhitungan analisis ini digunakan 1 variabel output yaitu setoran pendapatan, dan 3 variabel input yaitu Jumlah Tenaga Kerja, Harga Tiket dan Banyaknya Jumlah Pengunjung Lampiran 5. Nilai DMU pengelolaan obyek wisata dikatakan efisien bila nilainya sama dengan 1 100. Sebaliknya bila nilainya kurang dari 1 maka dikatakan kurang efisien. Perhitungan dengan DEA dengan orientasi Input dan asumsi Constant Return to Scale yang terlihat pada Summary of Peers menunjukkan pengelolaan obyek wisata yang efisien yaitu Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur dengan nilai 100. Dengan efisiensi yang mencapai 100 maka Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur tersebut menjadi tolak ukur benchmark terhadap obyek wisata lain. Perhitungan dengan DEA dengan orientasi Input dan asumsi Variabel Return to Scale menunjukkan : 1 pendapatan yang diterima Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur, Kawasan Setren Girimanik dan Kawasan Museum Karst sudah maksimal sedangkan obyek wisata lain belum maksimal. Untuk Karamba Apung Cakaran dengan pendapatan riil Rp. 2.579.000,- perhitungan maksimalnya adalah Rp. 9.007.650,-; Untuk Khayangan Dlepih dengan pendapatan riil Rp. 19.510.000,- perhitungan maksimalnya adalah Rp. 82.451.525,-; Untuk Goa Putri Kencono dengan pendapatan riil Rp. 3.385.000,- perhitungan maksimalnya adalah Rp. 12.879.350,-; Untuk Pantai Sembukan dengan pendapatan riil Rp. 18.911.000,- perhitungan maksimalnya adalah Rp. 79.915.150,-. 2 memperhitungkan jumlah pengunjung serta pendapatan yang diterima maka jumlah tenaga kerja yang efisien hanya pada obyek wisata Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur. Untuk Karamba Apung Cakaran dan Goa Putri Kencono tenaga kerja lebih tepat diberikan kepada masyarakat setempat. Untuk Kawasan Setren Girimanik dari 3 tenaga kerja dikurangi menjadi 2 tenaga kerja; Khayangan Dlepih dari 3 tenaga kerja dikurangi menjadi 1 tenaga kerja; Kawasan Museum Karst dari 7 tenaga kerja dikurangi menjadi 4 tenaga kerja; Pantai Sembukan dari 3 tenaga kerja dikurangi menjadi 1 tenaga kerja. Perhitungan dengan DEA dengan orientasi Output dan asumsi Constant Return to Scale maupun orientasi Output dan asumsi Variabel Return to Scale menunjukkan kecuali obyek wisata Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur apabila dilakukan penambahan terhadap input akan memberikan pengaruh terhadap output yang akan dihasilkannya.

4.4 Perbandingan Pengelolaan Kepariwisataan Kabupaten Wonogiri dengan

Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Pacitan Kabupaten Gunungkidul mengembangkan berbagai potensi obyek wisata yang dimilikinyaberupa obyek wisata pantai, goa, gunung, hutan, museum, candi, petilasan maupun desa wisata. Kondisi pesisir laut yang landai memanjang menjadikan banyak obyek wisata pantai yang tersaji seperti : Pantai Baron, Krakal, Kukup, Sundak, Drini, Indrayanti, Wediombo dan Sadeng. Adapun obyek wisata goa yang paling terkenal adalah Goa Pindul dan Goa Bribin. Obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Pacitan sebenarnya relatif tidak terlalu banyak. Obyek wisata yang terkenal antara lain Pantai Teleng Ria, Pantai Srahu, Pantai Klayar, Goa Gong, Goa Tabuhan serta Pemandian Air Hangat Arjosari. Kondisi tersebut tidak menyurutkan jumlah wisatawan jumlah wisatawan yang berkunjung. Dalam beberapa aspek, kebijakan kepariwisataan Kabupaten Pacitan mungkin berbeda dengan yang dilakukan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Wonogiri sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pengelolaan kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri No Keterangan Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Pacitan Kabupaten Wonogiri 1 Aksesibilitas menuju obyek wisata Aksesibilitas sangat baik. Penataan akses jalan sangat memudahkan perjalanan wisatawan Aksesibilitas sebenarnya sangat baik. Akan tetapi strategi penataan akses jalan kurang maksimal sehingga menurunkan mood wisatawan Aksesibilitas kurang baik. Kondisi jaringan jalan banyak yang sudah rusak 2 Keberadaan sarana prasarana pelengkap dan pendukung obyek wisata Terpenuhi secara maksimal Memadai Kebanyakan kurang memadai 3 Kealamian obyek wisata yang dimiliki Selalu berusaha untuk dipertahankan kealamiannya Penambahan fasilitas yang justru mengurangi kealamian obyek wisata Penambahan fasilitas yang justru mengurangi kealamian obyek wisata 4 Partisipasi Masyarakat Aktif Pasif Pasif 5 Tiket masuk Terjangkau Terjangkau Terjangkau 6 Promosi Melalui Media Sosial Dilakukan secara maksimal Mulai dilakukan secara maksimal Belum dilakukan secara maksimal