Analisis Perbandingan Pengelolaan Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Berkelanjutan Kabupaten Wonogiri

3. Pada kolom 3 dimasukkan rating pengaruh masing – masing faktor peluang dan ancaman dengan memberi skala dari 4 sangat kuat sampai dengan 1 sangat lemah. Nilai rating disini merupakan hasil pembulatan dari nilai rata – rata dari semua responden. 4. Kolom 4 diisi hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1. 5. Jumlahkan skor pada kolom 4 untuk memperoleh nilai total skor faktor eksternal. Nilai total skor digunakan dalam analisis matriks internal – eksternal IE.

3.4.6.4 Metode Matriks Internal-Eksternal IE

Model matriks internal-eksternal IE digunakan untuk memposisikan strategi pengembangan obyek wisata yang akan dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Parameter yang digunakan adalah total skor faktor internal dan total skor faktor eksternal. Matriks internal-eksternal tertera pada Gambar 3.3. N il ai T o ta l S k o r F ak to r S tr at eg i E k st er n al Nilai Total Skor Faktor Strategi Internal Tinggi Rata-rata Lemah 4 3 2 1 Tinggi 3 1 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi vertikal 2 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal 3 RETRENCHMENT Turn-Around Sedang 2 4 STABILITY Hati-hati 5 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal STABILITY Tidak ada perubahan profit strategi 6 RETRENCHMENT Captive Company atau Divestment Rendah 1 7 GROWTH Diversifikasi konsentrik 8 GROWTH Diversifikasi konglomerat 9 RETRENCHMENT Bangkrut Atau Likuidasi Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti 2009 Gambar 3.3 Matriks Internal-Eksternal Menurut Rangkuti 2009, matriks internal-eksternal dapat mengidentifikasi suatu strategi yang relevan berdasarkan sembilan sel matriks IE. Kesembilan sel tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga strategi utama, yaitu : 1. Growth strategy, adalah strategi yang didesain untuk pertumbuhan sendiri sel 1, 2, dan 5 atau melalui diversifikasi sel 7 dan 8. 2. Stability strategy, adalah penerapan strategi yang dilakukan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sel 4. 3. Retrenchment strategy, adalah strategi dengan memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan sel 3, 6, dan 9.

3.4.6.5 Metode Matriks Space

Menurut Rangkuti 2009, Matriks Space digunakan untuk mengetahui posisi dan arah perkembangan suatu institusi. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah selisih dari skor faktor internal kekuatan – kelemahan dan selisih dari skor faktor eksternal peluang – ancaman. Marimin 2004 mengemukakan, posisi institusi dapat dikelompokkan ke dalam 4 kuadran, seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.4, dimana : 1. Kuadran I, menandakan posisi sangat menguntungkan, dimana institusi memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan strategi pertumbuhan yang agresif. 2. Kuadran II, menandakan institusi menghadapi berbagai ancaman, namun masih memiliki kekuatan, sehingga strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan sistem diversifikasi. 3. Kuadran III, pada kuadran ini institusi mempunyai peluang yang sangat besar, disisi lain memiliki kelemahan internal. Menghadapi situasi ini institusi harus berusaha meminimalkan maalah-masalah internal untuk dapat merebut peluang pasar. 4. Kuadran IV menunjukkan institusi berada pada situasi yang tidak menguntungkan, karena disamping menghadapi ancaman juga mengahadapi kelemahan internal. Berbagai Peluang Kelemahan Internal Kuadran III Strategi Turn- Around Kuadran I Strategi Agresif Kekuatan Internal Strategi Defensif Kuadran IV Strategi Diversifikasi Kuadran II Berbagai Ancaman Gambar 3.4 Matriks Space 25

3.4.7 Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Berkelanjutan Kabupaten Wonogiri

Arahan pengembangan kawasan wisata berkelanjutan dilakukan dengan Metode Analisis A’WOT. Analisis yang dihasilkan dari metode A’WOT ini kemudian dikombinasikan dengan hasil analisis Perkembangan dan Diversitas Ekonomi Wilayah, analisis Potensi Obyek-Obyek Wisata, analisis Efisiensi Pengelolaan Obyek Wisata, analisis Perbandingan Pengelolaan Kepariwisataan Kabupaten Wonogiri Dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Pacitan serta analisis Strategi Pengembangan Kepariwisataan yang Digunakan sehingga diharapkan menghasilkan arahan kebijakan yang ideal. Menurut Kajanus et al. 2004, dalam Rudita, 2012, A’WOT merupakan metode hybrid yang menggabungkan metode SWOT dengan metode Analytical Hierarchy Process AHP. Metode in diterapkan untuk menutupi beberapa kelemahan metode analisis SWOT. Dalam memberikan arahan pengembangan kawasan wisata berkelanjutan, nilai bobot dari metode AHP yang telah dilakukan untuk menentukan jenis strategi yang digunakan dipadukan dengan metode analisis SWOT. Metode analisis SWOT digunakan untuk melakukan identifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam membuat rumusan arahan pengembangan kawasan wisata berkelanjutan di Kabupaten Wonogiri. Menurut Rangkuti 2009, Metode SWOT adalah indikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi kebijakan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman threats. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan mengembangkan misi, tujuan dan kebijakan. Dengan demikian perencana strategis strategic planner harus menganalisis factor-faktor strategis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai analisis situasi dalam kondisi yang ada saat ini. Meode SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi Marimin, 2004. Matriks SWOT disajikan pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Matriks SWOT Faktor Internal Strength S Tentukan 1-5 faktor faktor kekuatan internal Weakness W Tentukan 1-5 faktor faktor kelemahan internal Faktor Eksternal Opportunities O Tentukan 1-5 faktor faktor peluang eksternal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelamahan untuk memanfaatkan peluang Threats T Tentukan 1-5 faktor faktor ancaman eksternal Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelamahan untuk mengatasi ancaman 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan dan Diversitas Ekonomi Wilayah Kabupaten Wonogiri

Perkembangan suatu wilayah dan diversitas ekonominya memiliki peran yang besar dalam kehidupan sektor pariwisata. Metode Analisis Entropi merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melihat perkembangan ekonomi dan pendapatan daerah suatu wilayah. Prinsip dari Metode Entropi ini adalah semakin beragam aktifitas maka semakin tinggi entropi wilayah. Artinya semakin tinggi entropi maka wilayah tersebut dikatakan semakin berkembang. Pada penelitian ini, indeks entropi perkembangan wilayah serta diversitas sektor ekonomi Kabupaten Wonogiri menggunakan data PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2012. Hasil perhitungan indeks entropi menunjukkan bahwa nilai entropi total dari data PDRB wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 4,540 Lampiran 1. Nilai entropi tersebut belum mencapai nilai entropi maksimum, karena dengan 9 komponen pada 25 wilayah kecamatan seharusnya dapat dicapai nilai entropi maksimum sebesar ln9x25 = 5,416. Berdasarkan analisis entropi perkembangan wilayah StotSmaks dapat diketahui nilai entropi Kabupaten Wonogiri sebesar 0,8382. Hal itu berarti Kabupaten Wonogiri memiliki tingkat perkembangan sebesar 84 dari total kemampuan maksimumnya. Dilihat dari jumlah setiap sektor PDRB dapat disimpulkan bahwa wilayah dengan intensitas merata di seluruh wilayah adalah sektor pertanian maksimum. Adapun aktifitas yang relatif ada kecenderungan pemusatan lokasi adalah sektor pertambangan dan penggalian minimum. Dari jumlah setiap unit pengamatan dapat disimpulkan bahwa wilayah dengan sebaran intensitas aktifitas paling merata peluang perkembangan seluruh aktifitas relatif sama adalah wilayah Kecamatan Wonogiri maksimum. Sebaliknya wilayah dengan intensitas aktifitas paling tidak merata atau ada kecenderungan spefisikasi untuk aktifitas tertentu adalah wilayah Kecamatan Paranggupito minimum. Secara berurutan 5 lima kecamatan dengan perkembangan wilayah terbaik adalah Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Jatisrono dan Kecamatan Baturetno. Perkembangan tersebut memicu munculnya kota kecamatan sebagai titik pertumbuhan. Kota kecamatan lain yang tumbuh dengan pesat adalah kota kecamatan Slogohimo dan kota kecamatan Purwantoro. Tumbuhnya ketujuh kota kecamatan utama tersebut didukung adanya jalan nasional dan jalan provinsi dengan kondisi baik yang melewati wilayah tersebut, keberadaan terminal bis antar kota, pasar umum dan pasar hewan yang produktif. Persebarannya dapat dilihat pada peta Perkembangan Kota Kecamatan Lampiran 2. Keberadaan kota kecamatan yang tumbuh tersebut tentu beriringan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada masyarakat dengan kesejahteraan yang baik terjadi kecenderungan peningkatan kebutuhan tidak hanya kebutuhan primer maupun sekunder namun juga kebutuhan tersier seperti berwisata. Kondisi tersebut tentu memberikan peluang bagi berkembangnya obyek-obyek wisata di sekitarnya mengingat sektor kepariwisataan di Kabupaten Wonogiri masih ditopang oleh keberadaan wisatawan lokal. Obyek-obyek wisata pada wilayah ibukota dan wilayah utara memiliki peluang lebih besar untuk berkembang.

4.2 Potensi Obyek-Obyek Wisata Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Wonogiri memiliki beragam obyek wisata yang dapat dikelompokkan kedalam wisata alam, wisata budaya dan wisata minat khusus dengan perincian berdasarkan letaknya sebagai berikut. 4.2.1 Obyek Wisata Pantai Selatan Kabupaten Wonogiri Keseluruhan obyek wisata masuk dalam wilayah Kecamatan Paranggupito. Terdiri dari Pantai Sembukan, Pantai Klothok, Pantai Nglojok, Pantai-Sendang Banyutowo, Pantai Kalimirah, Goa Petilasan Kandangan, Pantai Pringjono, serta Pantai Nampu. Potensi obyek-obyek wisata ini ditopang daya tarik utama berupa keindahan bukit karang di sekitar pantai dan keindahan pantai dengan kombinasi terbenamnya matahari di ufuk barat sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pantai Sembukan Pantai Klothok Pantai Nglojok Sendang Banyutowo Pantai Kalimirah Wilayah Goa Petilasan Kandangan Pantai Nampu Pantai Pringjono Gambar 4.1 Obyek wisata pantai selatan Kabupaten Wonogiri Berdasarkan observasi lapangan maupun narasumber desa dan kecamatan dapat dideskripsikan bahwa hampir keseluruhan obyek wisata di wilayah ini mengandalkan keindahan alam sebagai daya tariknya. Ditambah faktor interaksi budaya yang dapat dijumpai di Pantai Sembukan dan Goa Petilasan Kandangan. Kecamatan Paranggupito sebagai wilayah yang paling tertinggal di Kabupaten Wonogiri dimungkinkan menjadi penyebab kurang berkembangnya sektor pariwisata yang ada. Kondisi prasarana jalan kurang baik untuk dilalui kendaraan roda dua ataupun roda empat, kurang tersedianya jalur alternatif yang saling terhubung serta tidak adanya sarana transportasi umum yang memadai merupakan hambatan utama karena menyebabkan wisatawan menjadi tidak nyaman serta boros waktu. Hal ini terlihat dari minimnya jumlah wisatawan yang tercatat di Pantai Sembukan hanya sebanyak kurang lebih 800 orangbulan padahal harga tiket masuk yang ditawarkan sangat murah yaitu Rp. 2.000,-. Kedekatan dengan kota kecamatan Pracimantoro sebenarnya memberikan peluang untuk lebih berkembangnya sektor pariwisata Kecamatan Paranggupito dari segi suplai pengunjung. Minimnya tindak kejahatan, keberadaan sentra pengolahan gula kelapa tradisional, keunikan kehidupan masyarakat kawasan karst Gunung Sewu serta partisipasi masyarakat yang bisa diberdayakan merupakan modal yang berharga. Perbaikan aksesibilitas dan prasarana jalan terutama yang dapat menghubungkan dengan wilayah Kabupaten Pacitan maupun Kabupaten Gunungkidul menjadi usaha yang terpenting. Perbaikan prasarana jalan tidak harus melakukan pengaspalan yang memakan biaya besar namun bisa dilakukan dengan melakukan rabat jalan yang lebih hemat dalam pembiayaan serta lebih mudah dalam pemeliharaan baik oleh masyarakat maupun unsur pemerintah daerah. Kedekatan dengan obyek wisata yang terkenal di Kabupaten Pacitan seperti Goa Gong, Pantai Teleng Ria dan Pantai Klayar mengerucutkan Pantai Nampu dan Pantai Pringjono di Desa Gunturharjo sebagai fokus pengembangan. Adapun Pantai Sembukan perlu dilakukan penambahan sarana pelengkap dan pendukung obyek wisata. 29

4.2.2 Obyek Wisata Wilayah Barat Kabupaten Wonogiri

Obyek wisata di daerah ini terbentang dari Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Eromoko dan Kecamatan Manyaran. Dapat dikatakan sebagai kawasan dengan obyek wisata yang komplit dengan unsur pendidikan, budaya, wisata air sekaligus wisata alam. Terdiri dari Goa Paseban, Kawasan Museum Karst Indonesia, Sendang Beton, Goa Putri Kencana, Waduk–Goa Song Putri, serta Desa Wisata Wayang Kepuhsari sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. Museum Karst Indonesia Goa Paseban Goa Putri Kencono Sendang Beton Waduk – Goa Song Putri Desa Wisata Wayang Kepuhsari Gambar 4.2 Obyek wisata wilayah barat Kabupaten Wonogiri Berdasarkan observasi lapangan maupun narasumber desa dan kecamatan dapat dideskripsikan bahwa Goa Paseban dengan stalagtit dan stalagmit yang indah serta keberadaan sungai bawah tanah yang dapat memenuhi kebutuhan air bersih sebagian masyarakat Desa Sumberagung hanya terekomendasi sebagai 30