tersebut  secara  garis  besar  dapat  dikelompokkan  ke  dalam  tiga  strategi  utama, yaitu :
1.  Growth  strategy,  adalah  strategi  yang  didesain  untuk  pertumbuhan  sendiri sel 1, 2, dan 5 atau melalui diversifikasi sel 7 dan 8.
2.  Stability strategy, adalah penerapan strategi  yang dilakukan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sel 4.
3.  Retrenchment strategy, adalah strategi dengan memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan sel 3, 6, dan 9.
3.4.6.5 Metode Matriks Space
Menurut  Rangkuti  2009,  Matriks  Space  digunakan  untuk  mengetahui posisi  dan  arah  perkembangan  suatu  institusi.  Parameter  yang  digunakan  dalam
analisis  ini  adalah  selisih  dari  skor  faktor  internal  kekuatan  –  kelemahan  dan selisih dari skor faktor eksternal peluang – ancaman.
Marimin  2004  mengemukakan,  posisi  institusi  dapat  dikelompokkan  ke dalam 4 kuadran, seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.4, dimana :
1.  Kuadran  I,  menandakan  posisi  sangat  menguntungkan,  dimana  institusi memiliki kekuatan dan peluang  sehingga dapat memanfaatkan peluang  yang
ada dengan menerapkan strategi pertumbuhan yang agresif. 2.  Kuadran  II,  menandakan  institusi  menghadapi  berbagai  ancaman,  namun
masih  memiliki  kekuatan,  sehingga  strategi  yang  diterapkan  adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
sistem diversifikasi. 3.  Kuadran III, pada kuadran ini institusi mempunyai peluang yang sangat besar,
disisi lain memiliki kelemahan internal. Menghadapi situasi ini institusi harus berusaha  meminimalkan  maalah-masalah  internal  untuk  dapat  merebut
peluang pasar. 4.  Kuadran  IV  menunjukkan  institusi  berada  pada  situasi  yang  tidak
menguntungkan,  karena  disamping  menghadapi  ancaman  juga  mengahadapi kelemahan internal.
Berbagai Peluang
Kelemahan Internal
Kuadran III Strategi Turn-
Around Kuadran I
Strategi Agresif Kekuatan
Internal
Strategi Defensif Kuadran IV
Strategi Diversifikasi
Kuadran II Berbagai Ancaman
Gambar 3.4  Matriks Space 25
3.4.7  Arahan  Pengembangan  Kawasan  Wisata  Berkelanjutan  Kabupaten Wonogiri
Arahan  pengembangan  kawasan  wisata  berkelanjutan  dilakukan  dengan Metode  Analisis  A’WOT.  Analisis  yang  dihasilkan  dari  metode  A’WOT  ini
kemudian  dikombinasikan  dengan  hasil  analisis  Perkembangan  dan  Diversitas Ekonomi  Wilayah,  analisis  Potensi  Obyek-Obyek  Wisata,  analisis  Efisiensi
Pengelolaan  Obyek  Wisata,  analisis  Perbandingan  Pengelolaan  Kepariwisataan Kabupaten  Wonogiri  Dengan  Kabupaten  Gunungkidul  dan  Kabupaten  Pacitan
serta  analisis  Strategi  Pengembangan  Kepariwisataan  yang  Digunakan  sehingga diharapkan menghasilkan arahan kebijakan yang ideal.
Menurut  Kajanus  et  al.  2004,  dalam  Rudita,  2012,  A’WOT  merupakan metode  hybrid  yang  menggabungkan  metode  SWOT  dengan  metode  Analytical
Hierarchy  Process AHP.  Metode  in  diterapkan  untuk  menutupi  beberapa
kelemahan metode analisis SWOT. Dalam  memberikan  arahan  pengembangan  kawasan  wisata  berkelanjutan,
nilai  bobot  dari  metode  AHP  yang  telah  dilakukan  untuk  menentukan  jenis strategi yang digunakan dipadukan dengan metode analisis SWOT.
Metode  analisis  SWOT  digunakan  untuk  melakukan  identifikasi  berbagai faktor secara sistematis dalam membuat rumusan arahan pengembangan kawasan
wisata berkelanjutan di Kabupaten Wonogiri. Menurut  Rangkuti  2009,  Metode  SWOT  adalah  indikasi  berbagai  faktor
secara  sistematis  untuk  merumuskan  strategi  kebijakan.  Analisis  ini  didasarkan pada  logika  yang  dapat  memaksimalkan  kekuatan  strengths  dan  peluang
opportunities,  namun  secara  bersamaan  dapat  meminimalkan  kelemahan weakness dan ancaman threats. Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan mengembangkan misi, tujuan dan  kebijakan. Dengan demikian perencana  strategis  strategic  planner  harus  menganalisis  factor-faktor  strategis
kekuatan,  kelemahan,  peluang  dan  ancaman  sebagai  analisis  situasi  dalam kondisi yang ada saat ini.
Meode  SWOT  membandingkan  antara  faktor  eksternal  peluang  dan ancaman  dengan  faktor  internal  kekuatan  dan  kelemahan  sehingga  dari  analisis
tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi Marimin, 2004. Matriks SWOT disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8  Matriks SWOT
Faktor Internal
Strength S Tentukan 1-5 faktor faktor
kekuatan internal Weakness W
Tentukan 1-5 faktor faktor kelemahan internal
Faktor Eksternal
Opportunities O Tentukan 1-5 faktor
faktor peluang eksternal
Strategi SO Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelamahan
untuk memanfaatkan peluang
Threats T Tentukan 1-5 faktor
faktor ancaman eksternal
Strategi ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelamahan untuk mengatasi ancaman
4  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Perkembangan dan Diversitas Ekonomi Wilayah Kabupaten Wonogiri
Perkembangan  suatu  wilayah  dan  diversitas  ekonominya  memiliki  peran yang  besar  dalam  kehidupan  sektor  pariwisata.  Metode  Analisis  Entropi
merupakan  salah  satu  instrumen  yang  digunakan  untuk  melihat  perkembangan ekonomi  dan  pendapatan  daerah  suatu  wilayah.  Prinsip  dari  Metode  Entropi  ini
adalah  semakin  beragam  aktifitas  maka  semakin  tinggi  entropi  wilayah.  Artinya semakin tinggi entropi maka wilayah tersebut dikatakan semakin berkembang.
Pada  penelitian  ini,  indeks  entropi  perkembangan  wilayah  serta  diversitas sektor  ekonomi  Kabupaten  Wonogiri  menggunakan  data  PDRB  Kabupaten
Wonogiri Tahun 2012. Hasil perhitungan indeks entropi menunjukkan bahwa nilai entropi total dari data PDRB  wilayah Kabupaten  Wonogiri adalah sebesar 4,540
Lampiran  1.  Nilai  entropi  tersebut  belum  mencapai  nilai  entropi  maksimum, karena dengan 9 komponen pada 25 wilayah kecamatan seharusnya dapat dicapai
nilai  entropi  maksimum  sebesar  ln9x25  =  5,416.    Berdasarkan  analisis  entropi perkembangan  wilayah  StotSmaks  dapat  diketahui  nilai  entropi  Kabupaten
Wonogiri  sebesar  0,8382.  Hal  itu  berarti  Kabupaten  Wonogiri  memiliki  tingkat perkembangan sebesar 84 dari total kemampuan maksimumnya.
Dilihat  dari jumlah  setiap  sektor  PDRB  dapat disimpulkan  bahwa  wilayah dengan intensitas merata di seluruh wilayah adalah sektor pertanian maksimum.
Adapun  aktifitas  yang  relatif  ada  kecenderungan  pemusatan  lokasi  adalah  sektor pertambangan dan penggalian minimum.   Dari  jumlah  setiap  unit  pengamatan
dapat  disimpulkan  bahwa  wilayah  dengan  sebaran  intensitas  aktifitas  paling merata  peluang  perkembangan  seluruh  aktifitas  relatif  sama  adalah  wilayah
Kecamatan Wonogiri maksimum. Sebaliknya wilayah dengan intensitas aktifitas paling  tidak  merata  atau  ada  kecenderungan  spefisikasi  untuk  aktifitas  tertentu
adalah wilayah Kecamatan Paranggupito minimum.
Secara berurutan 5 lima kecamatan dengan perkembangan wilayah terbaik adalah  Kecamatan  Wonogiri,  Kecamatan  Ngadirojo,  Kecamatan  Pracimantoro,
Kecamatan  Jatisrono dan  Kecamatan  Baturetno. Perkembangan  tersebut  memicu munculnya kota kecamatan sebagai titik pertumbuhan. Kota kecamatan lain yang
tumbuh  dengan  pesat  adalah  kota  kecamatan  Slogohimo  dan  kota  kecamatan Purwantoro. Tumbuhnya ketujuh kota kecamatan utama tersebut didukung adanya
jalan  nasional  dan  jalan  provinsi  dengan  kondisi  baik  yang  melewati  wilayah tersebut,  keberadaan  terminal  bis  antar  kota, pasar umum dan pasar  hewan  yang
produktif. Persebarannya dapat dilihat pada peta Perkembangan Kota Kecamatan Lampiran 2.
Keberadaan  kota kecamatan  yang tumbuh tersebut tentu beriringan dengan peningkatan  kesejahteraan  masyarakat.  Pada  masyarakat  dengan  kesejahteraan
yang  baik  terjadi  kecenderungan  peningkatan  kebutuhan  tidak  hanya  kebutuhan primer maupun sekunder namun juga kebutuhan tersier seperti berwisata. Kondisi
tersebut  tentu  memberikan  peluang  bagi  berkembangnya  obyek-obyek  wisata  di sekitarnya  mengingat  sektor  kepariwisataan  di  Kabupaten  Wonogiri  masih
ditopang  oleh  keberadaan  wisatawan  lokal.  Obyek-obyek  wisata  pada  wilayah ibukota dan wilayah utara memiliki peluang lebih besar untuk berkembang.