Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Berkelanjutan Kabupaten Wonogiri

Kawasan wisata utara diberikan prioritas teratas untuk pengembangan melalui pendekatan Agrowisata maupun Forestry Tourism mengingat fungsinya sebagai kawasan lindung dan daerah tangkapan air Waduk Gadjah Mungkur sehingga dengan sendirinya menjamin pula kelestarian Kawasan Wisata Ibukota yang banyak bertumpu kepada waduk tersebut. Adapun Kawasan Tengah dan Kawasan Selatan bisa dikembangkan setelahnya mengingat sulitnya bersaing dengan obyek wisata sejenis yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Pacitan. Selengkapnya dapat dilihat pada Peta Kawasan Wisata Kabupaten Wonogiri Lampiran 10. 2. Mempertimbangkan kondisi kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul yang ditopang keunggulan aksesibilitas dan prasarana jalan yang menuju obyek wisata yang dimilikinya serta peran masyarakat yang besar, maka arahan kebijakan kepariwisataan Kabupaten Wonogiri didorong untuk lebih meningkatkan aksesibilitas dan sarana prasarana wilayah sekitar obyek wisata yang disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat. Sebagai contoh pembangunan jaringan jalan poros desa menuju lokasi obyek wisata lebih tepat dilakukan pembuatan rabat jalan dibandingkan pengaspalan jalan. Model rabat jalan lebih mudah dalam pemeliharaannya dibandingkan dengan jalan aspal. 3. Memberikan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk turut menikmati profit dari keberadaan obyek wisata sehingga dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat lebih bisa diharapkan. Beberapa obyek wisata yang belum atau tidak mampu dikelola oleh pemerintah daerah bisa diserahkan pengelolaannya kepada masyarakat; Meningkatkan kualitas sumberdaya daya manusia yang terkait kepariwisataan, akses permodalan masyarakat sekitar obyek wisata, promosi dan penjaringan investor melalui teknologi informasi yang berkembang. Peran serta dan kerjasama antar Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Pemerintah Kabupaten Wonogiri mutlak diperlukan khususnya antara Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UMKM, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Kantor Lingkungan Hidup, Bagian Pembangunan, Bagian Hubungan Masyarakat, Perhutani serta Lembaga Swadaya Masyarakat; 4. Usaha memperkuat kerjasama kepariwisataan dengan kabupaten tetangga melalui pembangunan kemitraan dan membentuk jejaring dengan prinsip saling menguntungkan. Forum kerjasama Pawonsari, Karismapawirogo maupun Subosukowonosraten perlu lebih ditingkatkan fungsi dan peranannya. 51 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis perkembangan dan diversitas ekonomi wilayah Kabupaten Wonogiri dengan Metode Analisis Entropi dapat diketahui 5 lima kecamatan dengan perkembangan wilayah terbaik yaitu : Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Jatisrono dan Kecamatan Baturetno. Perkembangan tersebut memicu munculnya kota kecamatan sebagai titik pertumbuhan. Kota kecamatan lain yang tumbuh pesat adalah kota kecamatan Slogohimo dan kota kecamatan Purwantoro. Kondisi tersebut tentu memberikan peluang bagi berkembangnya obyek- obyek wisata di sekitarnya mengingat sektor kepariwisataan di Kabupaten Wonogiri masih ditopang oleh keberadaan wisatawan lokal. Secara spesifik obyek-obyek wisata yang berada pada wilayah ibukota dan wilayah utara memiliki keuntungan lebih besar untuk berkembang. 2. Terdapat 5 lima obyek wisata yang memiliki klasifikasi berpotensi untuk dikembangkan, yaitu : Kawasan Setren Girimanik, Sendang Asri, Karamba Cakaran, Desa Wisata Wayang Kepuhsari dan Museum Karst; Obyek wisata yang memiliki klasifikasi cukup berpotensi sebanyak 15 lima belas obyek wisata, yaitu : Pantai Sembukan, Pantai Nampu, Pantai Pringjono, Sendang Beton, Goa Putri Kencono, WadukGoa Song Putri, Waduk Nawangan, Waduk Ngancar, Khayangan Dlepih, Sendang Siwani, Air Terjun Watusongo, Gunung Gandul, Plinteng Semar, Air Terjun Watujadah serta HutanDesa Wisata Bubakan. Obyek-obyek wisata dengan klasifikasi berpotensi dapat diposisikan sebagai obyek wisata utama dalam sebuah kawasan wisata sedangkan obyek-obyek wisata dengan klasifikasi cukup berpotensi dapat diposisikan sebagai obyek wisata pendamping. 3. Terdapat 7 tujuh obyek wisata yang telah dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri, yaitu Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur, Karamba Apung Cakaran, Kawasan Setren Girimanik, Khayangan Dlepih, Goa Putri Kencono, Museum Karst dan Pantai Sembukan. Dengan menggunakan analisis DEA terhadap variabel input jumlah tenaga kerja dan jumlah wisatawan serta output pendapatan yang diperoleh dapat diketahui bahwa obyek wisata yang pengelolaannya paling efisien adalah Sendang Asri. Obyek wisata Kawasan Setren Girimanik dan Museum Karst juga cukup efisien namun perlu dilakukan perampingan jumlah tenaga kerja. Obyek-obyek wisata dengan pengelolaan efisien dan cukup efisien dapat diposisikan sebagai obyek wisata utama dalam sebuah kawasan wisata. 4. Pengelolaan kepariwisataan Kabupaten Gunungkidul lebih ideal untuk digunakan sebagai bahan bagi arahan pengembangan kawasan wisata berkelanjutan di Kabupaten Wonogiri untuk menyempurnakan Kebijakan Pengembangan Pariwisata pada saat ini. Kondisi paling menarik untuk diadopsi adalah partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan pariwisata suatu kawasan obyek. Hal ini menimbulkan respon balik positif dari masyarakat yang mendukung kepariwisataan; Tiket masuk obyek wisata dalam satu kawasan diupayakan terintegrasi dalam satu pintu masuk dan pintu keluar. Wisatawan hanya membayar tiket satu kali untuk dapat menikmati obyek dalam satu kawasan. Pemerintah daerah lebih membidik pendapatan diluar tiket masuk hasil dari multiplier efek sektor lain yang terkait pariwisata, misalnya dari parkir, retribusi warung atau rumah makan yang dikelola masyarakat, penginapanhotel dan sebagainya. 5. Strategi Pengembangan Kepariwisataan yang diperlukan adalah strategi yang tidak merubah secara total kebijakan sebelumnya namun melakukan perbaikan secara perlahan dan memperhatikan unsur kehati-hatian dalam pengelolaan pariwisata yang ada serta agresif dengan terus mengembangkan potensi pariwisata karena memiliki kekuatan untuk dapat menangkap dan memanfaatkan peluang yang ada. Ada empat rumusan arahan pengembangan kawasan wisata berkelanjutan di Kabupaten Wonogiri, sebagai berikut : 1 Pembuatan 4 empat kawasan wisata. Pembuatan kawasan wisata akan memberikan pilihan yang lebih banyak kepada wisatawan, dapat lebih menonjolkan potensi khas yang dimiliki berupa potensi sumberdaya alam dan tradisi, memudahkan usaha pelestarian, mencegah eksploitasi dan kerusakan lingkungan serta memudahkan pengelolaannya. Terdapat empat kawasan utama yang dapat dikembangkan di Kabupaten Wonogiri, yaitu kawasan wisata ibukota, kawasan wisata utara, kawasan wisata tengah dan kawasan wisata selatan. 2 kebijakan pembangunan kepariwisataan pemerintah daerah didorong untuk lebih meningkatkan aksesibilitas dan sarana prasarana wilayah sekitar obyek wisata yang disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat; 3 memberikan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk turut menikmati profit dari keberadaan obyek wisata, meningkatkan kualitas sumberdaya daya manusia yang terkait dengan kepariwisataan, akses permodalan masyarakat sekitar obyek wisata, promosi dan penjaringan investor melalui teknologi informasi yang berkembang; 4 Usaha memperkuat kerjasama kepariwisataan dengan kabupaten tetangga melalui pembangunan kemitraan dan jejaring berprinsip saling menguntungkan.

5.2 Saran

Dalam upaya mengembangkan kawasan wisata berkelanjutan di Kabupaten Wonogiri disarankan untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut : 1. Pemerintah daerah menerapkan strategi pengembangan secara konsisten dan berkesinambungan serta diperlukan pemantauan dan evaluasi yang menyeluruh pada tahap-tahap pelaksanaannya. 2. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri tidak perlu ragu untuk belajar pengelolaan pariwisata kepada Kabupaten Gunungkidul atau Kabupaten Banyuwangi yang sudah lebih maju kegiatan kepariwisataannya. DAFTAR PUSTAKA [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2004. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah RIPPDA Kabupaten Wonogiri Tahun 2004-2014 . Wonogiri ID: Bappeda. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011. Arah Kebijakan Pembangunan Nasional dalam Menunjang Pariwisata Daerah . Jakarta ID: Bappenas. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Gunungkidul Dalam Angka Tahun 2013. Gunungkidul ID: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Pacitan Dalam Angka Tahun 2013. Pacitan ID: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Wonogiri Dalam Angka Tahun 2013. Wonogiri ID: BPS. Conyers D. 1984. An Introduction To Sosial Planning In The Third World. London GB: John Wiley Sons Ltd. [Dispar] Dinas Pariwisata. 2012. Statistik Kepariwisataan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 . Yogyakarta ID: Dispar. Fandeli C. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta ID: Penerbit Liberty. Fauzi A. 2014. Teknik Evaluasi Ekonomi Sumberdaya Wilayah. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. [Kemenparekraf] Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif. 2012. Rencana Strategis Pariwisata Berkelanjutan dan Green Jobs untuk Indonesia . Jakarta ID: Kemenparekraf. Kurniawati R. 2013. Modul Pariwisata Berkelanjutan. Jakarta ID: Bappenas Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta ID: Grasindo. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Muhammad, Fandeli C, Baiquni M. 2012. Studi perkembangan wilayah dan daya dukung lingkungan kepariwisataan di Wilayah Yogyakarta Utara. Jurnal Kawistara . 21: 15-24. Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta ID: Sekretariat Negara. Pendit NS. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta ID: Pradnya Paramita. Primadany SR, Mardiyono, Riyanto. 2010. Analisis strategi pengembangan pariwisata daerah studi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk. Jurnal Administrasi Publik. 14: 135-143. Pusat Pariwisata. 2005. Identifikasi Produk Pariwisata. Yogyakarta ID: Universitas Gadjah Mada Rahman AR. 2011. Potensi pengembangan situ di Kota Bogor sebagai obyek wisata [tesis]. Semarang ID: Universitas Diponegoro. Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta ID: PT. Gramedia Pustaka Utama. Rudita IKP. 2012. Potensi obyek wisata dan keterpaduannya dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan Kabupaten Gianyar Provinsi Bali [tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah . Jakarta ID: Crescent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Komplek Terjemahan . Jakarta ID: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Sitorus S. 2013. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Trisnawati R, Wiyadi, Priyono E. 2007. Analisis daya saing industri pariwisata untuk meningkatkan ekonomi daerah : kajian perbandingan daya saing pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 22: 61-70. Yoeti OA. 2008. Perencanaaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta ID: Pradaya Pratama. 55