Aspek permintaan dalam pariwisata merupakan gambaran orang yang mempunyai keinginan dan mampu untuk melakukan perjalanan wisata
Gunn,1988, dalam Rahman, 2011. Hal ini berarti aspek permintaan dari pariwisata memiliki kaitan dengan motivasi wisatawan untuk melakukan
perjalananan sesuai tujuannya. Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata memiliki motivasi tujuan yang berbeda-beda untuk menikmati objek wisata yang
dituju. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut.
Aspek
penawaran pada pariwisata bisa diartikan sebagai sesuatu yang dapat ”dijual” sebagai barang komoditas pariwisata. Menurut Suryasih 2008, dalam
Rudita, 2012, pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata ODTW harus memperhatikan komponen 4A attraction, accessibility, amenities, ancillary
yang saling tergantung antara satu dengan yang lainnya, dimana suatu obyek wisata dikatakan menarik bila ditunjang adanya atraksi, aksesibilitas memadai,
dilengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan wisatawan, dan dikelola oleh pengelola yang professional. Disamping itu, suatu ODTW yang ideal harus
memenuhi tiga syarat dasar, yaitu : something to see, something to do, dan something to buy
. Syarat lain yang tidak kalah penting suatu ODTW adalah unik, spesifik, dan ditunjang oleh 7K Keamanan, Ketertiban, Kesejukan,
Keramahtamahan, Kebersihan, Keindahan dan Kenangan. Menurut Fandeli 1995, aspek yang harus diperhatikan dalam penawaran
pariwisata adalah : 1.
A
traksi daya tarik, maksudnya objek wisata harus mempunyai daya tarik berupa alam atau budaya yang layak dijual ke pasar wisata,
2. Amenitas fasilitas, maksudnya adalah segala macam fasilitas penunjang perkembangan pariwisata berupa hotel, fasilitas umum,
3. Aksesibilitas bisa dicapai, maksudnya adalah sarana dan prasarana yang menyebabkan wisatawan dapat mengunjungi objek wisata.
2.4 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Sektor pariwisata merupakan salah satu instrumen pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya dipandang sebagai penghasil devisa, tetapi
sekaligus juga berfungsi untuk menggalakkan kegiatan ekonomi, pengembangan budaya daerah, pemerataan, pembangunan sekaligus melestarikan lingkungan dan
mendukung sumberdaya manusia Kurniawati, 2013. “Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan
dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” Piagam Pariwisata
Berkelanjutan, 1995 dalam Kurniawati, 2013
Pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkaitan dengan usaha menjamin agar sumberdaya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk
pembangunan pariwisata pada generasi ini agar dapat dinikmati untuk generasi yang akan datang Kurniawati, 2013.
Bater 2001 dalam Rahman, 2011 menjelaskan bahwa pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya
diantaranya adalah : 6
1. Partisipasi, masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi
pariwisata, mengidentifikasi sumber-sumberdaya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi untuk
pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.
2. Keikutsertaan Para PelakuStakeholder Involvement, Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat, kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan
berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.
3. Kepemilikan Lokal, Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang
kepariwisataan seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
4. Penggunaan Sumberdaya yang berkelanjutan, Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumberdaya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-
kegiatannya harus menghindari penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui unrenewable secara berlebihan.
5. Mewadahi Tujuan-tujuan masyarakat, Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara
pengunjungwisatawan, tempat wisata dan masyarakat setempat dapat terwujud.
6. Daya Dukung, Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya.
7. Monitor dan Evaluasi, Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak
kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata.
8. Akuntabilitas, Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan
kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan.
9. Pelatihan, Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program – program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan
masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis, vocational dan profesional.
10. Promosi, Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of
place , dan identitas masyarakat setempat.
Kurniawati 2013 menjelaskan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi acuan pengembangan pariwisata berkelanjutan sustainable tourism development terdiri
dari : 1. Pembangunan pariwisata harus dibangun dengan melibatkan masyarakat
lokal, dengan ide yang melibatkan masyarakat lokal juga dan untuk kesejahteraan masyarakat lokal,
2. Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat, 3. Pembangunan pariwisata harus melibatkan para pemangku kepentingan, dan
melibatkan lebih banyak pihak untuk mendapatkan input yang lebih baik, 7