Berdasarkan observasi lapangan maupun narasumber desa dan kecamatan dapat dideskripsikan bahwa Gunung Blego-Telogo Wurung sebagai satu kesatuan
cocok untuk wisata pendakian. Dari atas dapat terlihat pemandangan sebagian wilayah utara Kabupaten Wonogiri. Kendala yang dihadapi pada obyek wisata ini
adalah letaknya yang terpencil karena jauh dari jalan provinsi meskipun prasarana jalan desa yang menuju kaki gunung berupa rabat jalan dalam kondisi bagus.
Untuk mencapai puncak gunung hanya tersedia jalan setapak; Keberadaan Goa Resi dengan latar belakang Volcan Lawu Selatan yang masih terjaga alami
merupakan potensi yang luar biasa sekaligus memiliki fungsi kawasan lindung. Letaknya yang terpencil juga menjadi kendala bagi wisatawan untuk dapat
mengunjunginya; Obyek wisata Hutan Donoloyo yang dikelola Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Lawu Selatan sebagai sebuah cagar alam memiliki
peluang untuk dikembangkan. Kendala yang dihadapi berupa prasarana jalan yang berada dalam kondisi rusak sehingga mengurangi minat orang untuk berkunjung.
Hal ini juga mempengaruhi pula tingkat ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi Goa Padarangin yang berada dalam satu jalur yang sama dimana
letak Goa Padarangin yang berada di lereng perbukitan karst sebenarnya memberikan daya tarik untuk mendatangkan wisatawan; Kawasan Setren
Girimanik yang dijuluki “Cibodas nya Wonogiri” memiliki cakupan obyek wisata alam dan budaya berupa Hutan Girimanik, Air Terjun Condromoyo, Air Terjun
Manikmoyo, Air Terjun Tejomoyo, Pertapaan Girimanik, Sendang Drajat dan Sendang Kanastren. Kawasan Setren Girimanik ditunjang keindahan kawasan
pegunungan Lawu Selatan yang masih terjaga alami. Selain itu, kesuburan tanahnya sangat potensial untuk pengembangan agrowisata. Dengan harga tiket
sebesar Rp. 6.000,- obyek wisata ini mampu mendatangkan wisatawan sebanyak kurang lebih 2.000 orangbulan. Potensi untuk berkembang yang cukup besar
tersebut ternyata tidak disertai dengan kondisi jaringan jalan poros desa beraspal yang baik sehingga menyebabkan wisatawan menjadi tidak nyaman dan boros
waktu meskipun sebenarnya letak obyek tidak terlalu jauh dari jalan provinsi; Keberadaan Hutan Seper, Air Terjun Watujadah, Desa Wisata Bubakan serta
kawasan hutan alami yang menaunginya dengan pemandangan indah yang cocok untuk dikembangkan. Hambatan yang ditemui adalah beberapa ruas jalan beraspal
dalam kondisi rusak. Ruas rabat jalan umumnya dalam kondisi yang baik.
Gunung Blego-Telogo Wurung serta Goa Padarangin akan lebih berpeluang untuk berkembang apabila pengelolaannya dilakukan masyarakat desa setempat
untuk minimal dapat digunakan sebagai kawasan lindung. Hutan Donoloyo mengingat fungsinya sebagai cagar alam akan lebih tepat dibiarkan apa adanya.
Perbaikan prasarana jalan yang melalui Hutan Donoloyo sampai Goa Padarangin sebaiknya juga diperhatikan. Strategi yang diterapkan pada Kawasan Wisata
Setren Girimanik, Hutan Seper, Air Terjun Watujadah serta Desa Wisata-Hutan Bubakan adalah menjadikannya sebagai satu kesatuan jalur wisata. Dengan
memperhatikan aspek efisiensi anggaran pengembangan mengerucutkan Kawasan Setren Girimanik, Hutan Seper, Air Terjun Watujadah, Desa Wisata-Hutan
Bubakan sebagai fokus pengembangan. Pelayanan tiket masuk terpadu dapat dimulai dari Kawasan Setren Girimanik.
4.2.5 Obyek Wisata Wilayah Ibukota Kabupaten Wonogiri
Obyek-obyek wisata ini berada di wilayah Kecamatan Wonogiri dan Kecamatan Selogiri. Kawasan ini didominasi unsur wisata alam, wisata budaya
dan wisata air. Terdiri dari Sendang Siwani, Sendang Srinongko, Air Terjun Watusongo, Gunung Gandul, Plinteng Semar, Sendang Asri Waduk Gadjah
Mungkur serta Karamba Apung sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Sendang Siwani Sendang Srinongko
Pemandangan Alam Watusongo Air Terjun Watusongo
Plinteng Semar Gunung Gandul
Sendang Asri Karamba Apung Cakaran
Gambar 4.5 Obyek wisata wilayah Ibukota Kabupaten Wonogiri 36
Berdasarkan observasi lapangan maupun narasumber desa dan kecamatan dapat dideskripsikan bahwa keberadaan obyek wisata budaya Sendang Siwani
meskipun lokasinya dekat dengan jalan provinsi terkesan hanya terkelola seadanya. Faktor promosi yang minim menyebabkan kurang dikenal secara luas.
Padahal dengan mempromosikan adanya mata air yang apabila diminum akan memberikan kekuatan fisik yang lebih bisa menarik perhatian wisatawan;
Sendang Srinongko dengan sifat obyek yang sama dengan Sendang Siwani juga mengalami masalah yang dalam hal kurangnya promosi yang dilakukan. Kondisi
ini diperburuk dengan lokasinya yang terpencil dengan aksesibilitas yang rendah karena jalan desa menuju obyek wisata ini dalam kondisi rusak; Air Terjun
Watusongo sebagai obyek wisata yang relatif baru ditemukan sebenarnya memiliki peluang berkembang yang besar. Hambatan yang ditemukan lebih pada
aksesibilitas karena lokasinya yang terpencil dengan kondisi jalan desa menuju obyek wisata ini dalam kondisi kurang baik; Perhatian Pemerintah Daerah
terhadap obyek wisata Gunung Gandul belum terlalu besar meskipun sebenarnya daya tariknya sebagai lokasi melihat pemandangan Kota Wonogiri dari atas bukit
bisa menarik wisatawan. Fungsi Gunung Gandul masih terbatas sebagai hutan kawasan lindung kota; Obyek wisata Plinteng Semar sebagai taman kota
sebenarnya memiliki sarana pendukung dan pelengkap obyek wisata yang memadai. Kendala yang ada hanya luas obyek wisata yang kurang memadai serta
terlalu dekat dengan jalan raya sehingga membuka resiko kecelakaan bagi wisatawan yang berkunjung; Sendang Asri Waduk Gadjah Mungkur sebagai ikon
pariwisata Kabupaten Wonogiri terkendala dengan pemeliharaan sarana hiburan yang ada. Belum terpikirkan untuk menginvestasikan sebagian pendapatan yang
diperoleh untuk peremajaan sarana hiburan yang sudah perlu diganti. Kehilangan satwa gajah karena permasalahan dengan balai konservasi dikhawatirkan
menurunkan jumlah pengunjung; Karamba Apung Cakaran memiliki hambatan untuk berkembang lebih dikarenakan kurang terintegrasinya dengan obyek wisata
Sendang Asri serta penataan kawasan yang kurang sesuai sehingga hanya berfungsi secara menonjol pada sektor perikanan.
Sebagai wilayah yang menjadi ibukota Kabupaten Wonogiri terbukti telah mendorong perkembangan beberapa obyek wisata yang ada. Strategi yang
diterapkan pada obyek wisata Sendang Asri relatif sederhana. Fokus lebih diarahkan pada peningkatan, peremajaan dan pemeliharaan sarana hiburan, baik
bersifat alami maupun buatan. Lebih diharapkan agar pengelolaan juga melibatkan beberapa satuan kerja pemerintah daerah yang terkait. Terpeliharanya
keberlanjutan dari obyek wisata Sendang Asri secara langsung akan berdampak positif terhadap keberlanjutan Waduk Gadjah Mungkur sebagai sentral obyeknya.
Oleh karena itu, peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian Waduk Gadjah Mungkur harus terus diupayakan Pemerintah Daerah; Karamba Apung Cakaran
diharapkan lebih ditata sehingga tidak hanya berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ikan namun juga dapat digunakan sebagai lokasi wisata kuliner
yang menarik; Pengembangan obyek wisata Plinteng Semar lebih ditujukan pada intensitas penggunaannya. Pemerintah Daerah bisa memulainya dengan
mengagendakan rapat SKPD yang bersifat rutin seperti staff meeting dengan mengambil lokasi di obyek wisata Plinteng Semar. Intensitas yang cukup tinggi
akan mendorong rasa penasaran bagi masyarakat lokal untuk turut serta merasakan suasananya; Obyek wisata Gunung Gandul dikembangkan secara hati-