menargetkan Indonesia bisa swasembada kedelai pada tahun 2014, tapi pada kenyataannya sampai tahun 2013 Indonesia masih mengimpor dan harga kedelai
semakin naik. Program lain yang sampai tahun 2013 masih terus digencarkan untuk
meningkatkan produksi antara lain SL-PTT Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu, Pengembangan Model PTT Pertanian Tanaman Terpadu, dan
Perluasan Areal Tanam Baru PATB. Tabel 4 menunjukkan skenario pelaksanaan kegiatan produksi kedelai domestik Indonesia tahun 2013.
Tabel 4 Skenario pelaksanaan kegiatan pencapaian produksi kedelai domestik Indonesia tahun 2013
Uraian Luas
tanam ha Luas
panen ha Produksi
ton Peningkatan Produktivitas
600.000 571.440
888.618
a. SL-PTT eksisting area 455.000
433.342 693.347
b. Pembinaan areal swadaya 145.000
138.098 195.271
Perluasan Area Tanam 418.500
398.560 611.382
a. Pengembangan Model PTT areal baru
110.000 104.764
178.099 b. PATB
118.250 112.621
191.456 c. Pengembangan di lahan perhutani
10.000 9.523
13.244 d. Perluasan areal swadaya
180.250 171.652
228.583
Jumlah 1.018.500
970.000 1.500.000
Sumber : Dit. Buakabi Tanaman Pangan, Kementan, 2013
Berdasarkan Tabel 4 target luas tanam SL-PTT yaitu seluas 455.000 ha di 29 provinsi berupa bantuan subsidi benih kepada petani tetapi realisasinya baru
124.000 ha akibat adanya hambatan distribusi benih. Target Pengembangan Model PTT seluas 110.000 ha berupa bantuan paket saprodi lengkap dan peralatan
mekanisasi pra panen dan pasca panen namun realisasi program ini hanya 59.679 ha akibat ketersediaan benih kedelai varietas unggul bersertifikat di lapangan
terbatas, selanjutnya target Perluasan Areal Tanam Baru PATB seluas 118.250 ha di 13 provinsi berupa bantuan paket saprodi lengkap dengan pola bantuan
transfer barang dari pusat. Program PATB ini terkendala dengan proses lelang yang memerlukan waktu panjang.
5.2 Kebijakan Impor Kedelai Indonesia
Sejarah impor kedelai Indonesia sudah terjadi terjadi sejak 1928 dari Manchuria sebesar 63.000 tontahun. Pemerintah orde lama dalam program
pembangunan semesta berencana mencanangkan peningkatan produksi kedelai pada tahun 1964. Impor kedelai meningkat mengikuti kenaikan deret hitung mulai
tahun 1975. Tahun 1975 sampai 1980 impor kedelai masih sekitar 150.000 tontahun hingga 280.000 tontahun. Tahun 1991 hingga 2000 impor kedelai
meningkat menjadi 900.000 tontahun hingga 1.5 juta tontahun, sedangkan pada tahun 2011 impor kedelai sebesar 2.12 juta ton.
Tabel 5 menunjukkan perkembangan kebijakan tarif impor kedelai Indonesia dari tahun 1980-an, Berdasarkan Tabel 5 kebijakan tarif impor kedelai
berlaku dengan adanya Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.503 dan 504KpXII1982, Keppres Nomor 103, Keppres Nomor 50 tahun 1995, dan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.230MPKep71997, tujuan impor adalah untuk pengendalian stok, harga dan mutu yang tugas tersebut
dilakukan oleh BULOG Badan Urusan Logistik. BULOG menyalurkan kedelai impor ke KOPTI Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia, KPKD Kelompok
Pedagang Kacang Kedelai dan idustri pengelola pangan lainnya. Era reformasi pemerintah melakukan kesepakatan dengan IMF Internasional Monetary Fund
dalam upaya menangani krisis ekonomi pada tahun 1998, salah satunya dengan penandatanganan Letter of Intent LOI. LOI ini kemudian menjadi acuan
pemerintah untuk menghapus monopoli impor kedelai oleh BULOG dan penurunan tarif impor pangan melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No.406MPPKepII97 dan Keputusan Menteri Keuangan No.444KMK.011998.
Kebijakan perdagangan kedelai impor dilakukan dengan pemberlakuan tarif impor. Keputusan Menteri Keuangan No. 444KMK.011998 menerangkan
tarif bea masuk kedelai impor dihilangkan menjadi 0 persen. Keputusan Menteri Keuangan No.557KMK.012003 menentukan tarif bea masuk kedelai berubah
menjadi 15 persen, pada tahun 2006 diperbaharui lagi menjadi 10 persen. Tahun 2008 terjadi perubahan harga kedelai di dalam negeri mencapai lebih 100 persen
sehingga untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai dalam negeri, peningkatan konsumsi dan tingginya harga maka pemerintah kembali menghapus
tarif bea masuk kedelai impor menjadi 0 persen.