Impor Kedelai FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Tabel 12 menunjukkan nilai koefisien determinasi R
2
dari model adalah sebesar 0.705. Hal ini berarti 70.5 persen keragaman impor kedelai dapat
diterangkan oleh harga riil kedelai impor, produksi kedelai, konsumsi kedelai, dan jumlah impor kedelai tahun sebelumnya. Sisanya sebesar 29.5 persen diterangkan
oleh faktor-faktor lain di luar model. Hasil uji t statistik menunjukkan bahwa seluruh variabel berpengaruh secara nyata pada taraf α = 0.10.
Harga riil kedelai impor berpengaruh nyata terhadap volume impor kedelai dengan arah negatif. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan harga riil kedelai
impor akan menurunkan volume impor kedelai. Harga riil kedelai kurang responsif dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Peningkatan satu
persen harga riil kedelai impor akan menurunkan impor kedelai sebesar 0.29 persen dalam jangka pendek dan sebesar 0.69 persen dalam jangka panjang.
Produksi kedelai berpengaruh secara nyata terhadap impor dengan arah negatif. Hal ini berarti peningkatan produksi kedelai akan menurunkan volume
impor kedelai. Produksi dan impor kedelai saling terkait karena merupakan faktor pembentuk supply kedelai di Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri
Perdagangan dan Koperasi No 503 dan 504KpXII1982 salah satu tujuan impor adalah untuk pengendalian stok, sehingga jika produksi meningkat maka impor
kedelai yang dibutuhkan untuk mencukupi stok kedelai semakin berkurang dan sebaliknya jika produksi kedelai menurun maka impor kedelai yang dibutuhkan
untuk mencukupi stok kedelai semakin bertambah ceteris paribus. Tren data sejak tahun 1992 produksi kedelai terus menurun sedangkan
konsumsi kedelai cenderung meningkat. Impor kedelai dilakukan untuk menutupi kebutuhan kosumsi kedelai yang tidak mampu dicukupi oleh produksi kedelai
dalam negeri. Pertumbuhan produksi kedelai tahun 2011 sebesar -6.15 persen sementara pertumbuhan impor kedelai tahun 2011 sebesar 19.90 persen Pusdatin
2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat tergantung pada kedelai impor. Respon impor kedelai terhadap produksi kedelai adalah inelastis
dalam jangka pendek namun elastis dalam jangka panjang. Peningkatan satu persen produksi kedelai akan meurunkan impor kedelai sebesar 0.77 persen dalam
jangka pendek dan sebesar 1.84 persen dalam jangka panjang.
Konsumsi kedelai berpengaruh secara nyata terhadap impor kedelai dengan arah positif. Hal ini berarti peningkatan konsumsi kedelai akan
meningkatkan impor kedelai. Nilai koefisien sebesar 1.17 menunjukkan bahwa jika konsumsi kedelai meningkat sebesar satu ton maka impor kedelai akan
meningkat sebesar 1.17 ton, sebaliknya jika konsumsi kedelai berkurang sebesar satu ton maka impor kedelai akan menurun sebesar 1.17 ton ceteris paribus.
Nilai elastisitas konsumsi kedelai adalah elastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan konsumsi sebesar satu persen akan
meningkatkan volume impor kedelai sebesar 1.42 persen dalam jangka pendek dan 3.40 persen dalam jangka panjang. Peningkatan volume impor kedelai terjadi
karena kedelai impor digunakan oleh industri olahan kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu. Peningkatan jumlah industri dan produksi olahan kedelai akan
mendorong peningkatan volume kedelai impor. Menurut Sudaryanto et al., 2004, preferensi konsumen lebih cenderung memilih kedelai impor karena
kualitasnya lebih baik, ukuran bijinya seragam, relatif lebih besar, dan harganya relatif murah.
Volume impor kedelai tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap volume impor kedelai dengan koefisien 0.58. Artinya jika jumlah impor kedelai
tahun sebelumnya meningkat sebesar satu ton maka jumlah impor kedelai akan mengalami peningkatan sebesar 0.58 ton, sebaliknya jika jumlah impor tahun
sebelumnya menurun sebesar satu ton maka jumlah impor kedelai berkurang sebesar 0.58 ton ceteris paribus.