Keterangan : Qsk
= Penawaran komoditas Pk
= Harga komoditas itu sendiri Ps
= Harga komoditas lain substitusi dan komplementer Pi
= Harga input faktor produksi G
= Tujuan perusahaan T
= Teknologi Tx
= Pajak dan subsidi
2.4 Teori Permintaan
Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli konsumen selama periode waktu tertentu Pappas dan Hirschey 1995. Menurut
Mankiw 2003, permintaan suatu barang atau jasa akan berlaku hukum permintaan yaitu jika harga sebuah barang meningkat, maka kuantitas barang
yang diminta akan menurun dengan menganggap hal lainnya tetap ceteris paribus
. Gorman 2009 menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempegaruhi permintaan yaitu harga barang itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya,
pendapatan, preferensi dan persepsi akan harga di masa depan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu komoditas dapat
digambarkan dengan fungsi sebagai berikut: Qdk
= f Pk, Pl, I, S, PH……………………………………………………2.2 Keterangan:
Qdk = permintaan komoditi
Pk = harga barang itu sendiri
Pl = harga barang atau jasa lain
I = pendapatan
S = preferensi atau selera
PH = persepsi harga di masa depan
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian Anggasari tahun 2008 membahas analisis faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai Indonesia. Analisis penelitian tersebut
menggunakan metode Ordinary Least Square OLS dengan variable produksi kedelai domestik, harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar
rupiah terhadap dollar, dummy tarif impor 10 persen dan dummy impor lima persen. Analisis tersebut menunjukkan volume impor kedelai secara nyata
dipengaruhi oleh harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dummy penetapan tarif impor sebesar 10
persen. Roni 2008 melakukan penelitian dampak penghapusan tarif impor
kedelai di Indonesia. Liberalisasi perdagangan pada komoditi kedelai salah satunya dengan penghapusan tarif impor. Gejolak perdagangan bebas ini
menyebabkan tidak menentunya perbahan harga komoditi kedelai. Harga kedelai pernah naik secara drastis dengan harga Rp 900 per kg menjadi Rp 9.000 per kg.
Roni 2008 mengungkapkan bahwa kebijakan menghapus tarif impor kedelai berdampak pada turunnya harga kedelai baik di tingkat petani maupun grosir.
Penghapusan tarif impor juga berdampak pada turunnya jumlah penawaran kedelai. Tarif impor yang dihapuskan mengakibatkan meningkatnya jumlah
volume impor dan menurunnya surplus produsen, surplus konsumen, surplus netto dan menghilangkan penerimaan pajak impor kedelai. Keuntungan usaha tani
menurun sebesar 32.41 persen untuk wilayah yang menjadi sampel yaitu Jawa Timur dan Jawa Barat.
Facino 2012 melakukan penelitian tentang kebijakan perkedelaian nasional. Penelitian ini lebih banyak membahas secara deskriptif kebijakan
perkedelaian Indonesia. Pada penelitian ini diketahui perdagangan kedelai dunia masih didominasi oleh Amerika Serikat diikuti Brazil, Argentina, China dan
India. Amerika menjadi negara penyuplai kedelai ke Indonesia terbesar dengan rata-rata 70 persen setiap tahunnya. Produksi kedelai lebih banyak dipasok oleh
produsen di Pulau Jawa daripada di luar Jawa. Kebutuhan kedelai Indonesia setiap tahunnya meningkat rata-rata di atas 2 juta ton yang 90 persen di antaranya
digunakan sebagai bahan pangan. Produksi kedelai dalam negeri hanya mampu memasok kedelai sebesar 36.59 persen dari kebutuhan nasional sedangkan sisanya
sebesar 63.41 persen dipasok dari kedelai impor. Pemerintah menggalakkan program Kedelai Mandiri pada tahun 2000 dan
program Bangkit Kedelai pada tahun 2008 untuk mengatasi kekurangan pasokan kedelai dalam negeri, akan tetapi kedua program tersebut belum mencapai sasaran
dan target pemerintah dalam mengurangi laju impor kedelai dan meningkatkan produksi kedelai nasional. Penetapan tarif impor yang fluktuatif tidak banyak