hingga memasuki Pelita VI luas panen dan produksi kembali menurun masing- masing menjadi 1.46 juta ha dan 1.31 juta ton. Pelita VI 1994-1998 luas area
panen dan produksi kedelai terus menurun, pemerintah menciptakan program baru yaitu Gema Palagung Gerakan Mandiri Peningkatan Produksi Padi, Kedelai, dan
Jagung pada tahun 1997. Program Gema Palagung ternyata belum cukup untuk mengatasi penurunan produksi kedelai. Luas area panen menjadi 1.09 juta ha
sedangkan produksi berkurang hingga 1.30 juta ton. Pasca era orde baru produksi kedelai nasional terus turun seiring dengan
luas panen yang menurun, Tabel 3 menunjukkan perkembangan luas area panen dan produksi kedelai hingga tahun 2012.
Tabel 3 Perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai di Indonesia tahun 2005-2011
Tahun Luas panen
ribu ha Produktivitas
tonha Produksi
ribu ton
2005 621.54
1.30 808.35
2006 580.53
1.28 747.61
2007 459.12
1.29 592.53
2008 590.96
1.31 775.71
2009 722.79
1.34 974.51
2010 660.82
1.37 907.03
2011 622.25
1.36 851.29
Rata-rata : 608.28
1.32 808.14
Sumber: Pusdatin, Kementan 2012
Berdasarkan Tabel 3 luas area panen, produktivitas dan produksi kedelai mengalami fluktuasi. Rata-rata luas panen kedelai sebesar 608.28 ribu ha, angka
ini turun sebesar 44 persen dibandingkan saat orde baru. Pasca orde baru luas area panen terendah terjadi pada tahun 2007 dengan luas 459.12 ribu ha. Rata-rata
produktivitas kedelai sebesar 1.32 tonha, meskipun berfluktuatif tetapi nilai pertumbuhan produktivitas kedelai kecil. Rendahnya teknologi budidaya kedelai
dan keterbatasan input produksi diduga sebagai salah satu alasan produktivitas kedelai tidak terlalu signifikan. Rata-rata produksi kedelai sebesar 808.14 ribu
ton. Produksi kedelai terendah terjadi pada tahun 2007, hal ini sejalan dengan luas panen pada saat itu juga luas panen terendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
produksi kedelai sangat dipengaruhi oleh luas panen kedelai. Tahun 2008 pemerintah meluncurkan program Bangkit Kedelai melalui
Program dan Aksi Peningkatan Produksi Kedelai Nasional. Program ini
menargetkan Indonesia bisa swasembada kedelai pada tahun 2014, tapi pada kenyataannya sampai tahun 2013 Indonesia masih mengimpor dan harga kedelai
semakin naik. Program lain yang sampai tahun 2013 masih terus digencarkan untuk
meningkatkan produksi antara lain SL-PTT Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu, Pengembangan Model PTT Pertanian Tanaman Terpadu, dan
Perluasan Areal Tanam Baru PATB. Tabel 4 menunjukkan skenario pelaksanaan kegiatan produksi kedelai domestik Indonesia tahun 2013.
Tabel 4 Skenario pelaksanaan kegiatan pencapaian produksi kedelai domestik Indonesia tahun 2013
Uraian Luas
tanam ha Luas
panen ha Produksi
ton Peningkatan Produktivitas
600.000 571.440
888.618
a. SL-PTT eksisting area 455.000
433.342 693.347
b. Pembinaan areal swadaya 145.000
138.098 195.271
Perluasan Area Tanam 418.500
398.560 611.382
a. Pengembangan Model PTT areal baru
110.000 104.764
178.099 b. PATB
118.250 112.621
191.456 c. Pengembangan di lahan perhutani
10.000 9.523
13.244 d. Perluasan areal swadaya
180.250 171.652
228.583
Jumlah 1.018.500
970.000 1.500.000
Sumber : Dit. Buakabi Tanaman Pangan, Kementan, 2013
Berdasarkan Tabel 4 target luas tanam SL-PTT yaitu seluas 455.000 ha di 29 provinsi berupa bantuan subsidi benih kepada petani tetapi realisasinya baru
124.000 ha akibat adanya hambatan distribusi benih. Target Pengembangan Model PTT seluas 110.000 ha berupa bantuan paket saprodi lengkap dan peralatan
mekanisasi pra panen dan pasca panen namun realisasi program ini hanya 59.679 ha akibat ketersediaan benih kedelai varietas unggul bersertifikat di lapangan
terbatas, selanjutnya target Perluasan Areal Tanam Baru PATB seluas 118.250 ha di 13 provinsi berupa bantuan paket saprodi lengkap dengan pola bantuan
transfer barang dari pusat. Program PATB ini terkendala dengan proses lelang yang memerlukan waktu panjang.
5.2 Kebijakan Impor Kedelai Indonesia
Sejarah impor kedelai Indonesia sudah terjadi terjadi sejak 1928 dari Manchuria sebesar 63.000 tontahun. Pemerintah orde lama dalam program