dinyatakan bahwa penerapan konsep agropolitan dan pertumbuhan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dalam bentuk kota-kota tani merupakan pilihan strategi
pengembangan wilayah yang tepat dikembangkan dalam pembangunan transmigrasi skala besar secara terencana dan konsisten. Apabila konsep
agropolitan akan digunakan dalam program pembangunan transmigrasi dan masyarakat sekitar permukiman transmigrasi maka gagasan agropolitan dapat
diusulkan dibangun pada: 1 lokasi yang baru sama sekali WPT atau 2 pada lokasi yang sedang tumbuh. Pada lokasi yang sedang tumbuh, di sini sifatnya
memanfaatkan lokasi-lokasi lama yang dinilai mempunyai prospek pertumbuhan ekonomi yang baik.
Salah satu kawasan transmigrasi yang dikembangkan adalah kawasan transmigrasi Kaliorang yang merupakan bagian integral dari wilayah
pengembangan agropolitan Sangsaka Sangkulirang, Sandaran dan Kaliorang di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Lokasi transmigrasi di
kawasan transmigrasi Kaliorang meliputi 13 Unit Permukiman Transmigrasi UPT dengan desain awal pengembangan pertanian pola usaha pokok tanaman
pangan lahan kering di LP dan LU I serta tanaman kelapa hibrida di LU II. Penempatan transmigran dilaksanakan dari tahun 1986 sampai dengan 1999
dengan jumlah penempatan sebanyak 3.540 Keluarga.
1.2. Perumusan Masalah
Kawasan transmigrasi tidak semuanya dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan. Berbagai masalah yang dihadapi dalam pengembangan kawasan
transmigrasi diantaranya UPT-UPT berlokasi di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau karena terbatasnya prasarana jalan dan transportasi yang
mengakibatkan aksesibilitas ke kawasan transmigrasi yang rendah sehingga produksi para transmigran tidak dapat dipasarkan.
Masalah lain yang terjadi adalah adanya lahan transmigrasi yang tidak subur, sarana dan prasarana sosial ekonomi kelembagaan yang kurang
mendukung pengembangan usaha transmigran dan adanya masalah kepemilikan lahan seperti adanya klaim kepemilikan kembali oleh penduduk setempat,
tuntutan ganti rugi dan adanya kepemilikan beberapa sertifikat yang berbeda nama oleh satu orang transmigran. Kelembagaan yang ada terutama kelembagaan
formal sering terjadi hanya papan nama saja dan aktif jika ada kegiatan dari pemerintah. Kawasan transmigrasi yang bermasalah ini seringkali ditinggalkan
oleh warganya untuk mencari penghidupan di wilayah sekitarnya sehingga menjadi semak belukar dan tidak berkembang.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan dalam pengembangan kawasan transmigrasi Kaliorang, dirumuskan tujuan
penelitian, yaitu: 1.
Menganalisis tingkat perkembangan wilayah desa-desa dan struktur hirarkinya berdasarkan struktur hirarki pusat-pusat aktifitas termasuk
infrastrukturnya. 2.
Menganalisis kegiatan usaha pertanian dan pengembangan komoditas unggulan di kawasan transmigrasi.
3. Menganalisis partisipasi dan aspirasi masyarakat terhadap pengembangan
kawasan transmigrasi. 4.
Menyusun arahan pengembangan kawasan transmigrasi.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian analisis tingkat perkembangan wilayah desa-desa diturunkan hipotesis yaitu semakin lama umur desa transmigrasi dan
semakin dekat desa transmigrasi dengan pusat pelayanan maka desa transmigrasi tersebut memiliki hirarki yang lebih tinggi.
1.5. Kerangka Pemikiran