BAB VIII ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN
Penyusunan arahan pengembangan kawasan transmigrasi Kaliorang utamanya didasarkan atas tiga faktor yaitu kegiatan pengembangan pertanian yang
bisa dilaksanakan, tingkat perkembangan desa dan aspirasi atau keinginan masyarakat dalam pengembangan kawasan. Faktor-faktor lain seperti transportasi,
kelembagaan dan hubungan interregional, tidak dijadikan pertimbangan.
8.1. Permasalahan Pengembangan
Permasalahan yang dihadapi masyarakat di kawasan transmigrasi Kaliorang terutama berkaitan dengan permasalahan kegiatan usaha ekonomi,
sarana dan prasarana transportasi serta penerangan.
8.1.1. Kegiatan Usaha Ekonomi
Sebagai desa yang terbentuk dari pembangunan transmigrasi, saat ini sebagian besar penduduk di kawasan ini memperoleh penghasilan dari kegiatan di
sektor pertanian Podes, 2006. Komoditas pertanian yang dikembangkan terdiri dari tanaman pangan, perkebunan dan buah-buahan. Tanaman pangan yang
umum dibudidayakan adalah padi sawah dan padi ladang. Padi gunung dikembangkan masyarakat di lokasi-lokasi yang kondisinya berbukit dan
budidayanya dilaksanakan dengan membakar hutan terlebih dahulu seperti tertera pada Gambar 6.
Gambar 6 Pembakaran Hutan untuk Penanaman Padi Ladang.
Pengusahaan padi gunung dilaksanakan secara bersama-sama dengan masyarakat lain yang tempat tinggalnya saling berdekatan. Gotong royong hanya
dilakukan dalam hal-hal tertentu misalnya dalam pembukaan lahan dan pengendalian hama terutama babi hutan sedangkan untuk kegiatan yang lain
seperti penanaman, pemeliharaan dan panen dilakukan secara individu atau upahan.
Alasan masyarakat membuka hutan adalah cara inilah yang biayanya murah dan akan didapatkan abu yang dirasakan dapat meningkatkan kesuburan
tanah. Hal ini berkaitan dengan relatif sulitnya untuk mendapatkan sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan pertanian di kawasan ini, selain
masyarakat juga mengalami keterbatasan modal dalam usahataninya. Selain itu, masyarakat berupaya memperluas pengusahaan lahan karena adanya pernyataan
oleh pemda setempat bahwa masyarakat boleh menguasai lahan sampai 5 haKK. Padi sawah terutama diusahakan masyarakat di SKP Kaubun, di mana
terdapat beberapa bagian wilayah yang kondisinya datar yang merupakan bekas rawa sehingga dapat diusahakan tanaman padi sawah tadah hujan. Dalam
usahataninya, masyarakat mengalami kesulitan terutama dalam permodalan dan dalam memperoleh sarana produksi karena belum tersedianya kios-kios sarana
produksi pertanian di kawasan ini. Untuk membeli pupuk pada saat tanam, masyarakat di desa Bumi Rapak
menyerahkan uang sesuai dengan kemampuannya kepada kelompok tani. Setelah uang anggota terkumpul, wakil kelompok tani menghubungi pedagang yang ada
di Bontang untuk dikirim pupuk. Selain itu masyarakat juga mengalami kesulitan tenaga kerja untuk pengolahan dan pemeliharaan tanaman padi sawah. Hal ini
disebabkan karena pada saat diperlukan tenaga kerja maka pada saat itu juga semua masyarakat sedang sibuk dalam mengusahakan lahan sawahnya masing-
masing. Usaha gotong-royong masyarakat dalam usahatani sudah tidak dilakukan lagi. Sistem yang berlaku adalah upahan jika ada masyarakat yang membantu
pengolahan tanah atau pemeliharaan tanaman masyarakat yang lain. Gotong royong yang dilaksanakan terutama pada pembersihan jalan lingkungan, jalan
usahatani dan parit di sekitar lahan sawah.
Pengusahaan tanaman buah-buahan di kawasan ini didominasi oleh tanaman pisang. Tanaman pisang diusahakan masyarakat baik di LP, LU I, dan
LU II. Penanaman di LU II dilaksanakan setelah lahan tersebut dibuka untuk ditanami padi ladang. Setelah padi ladang panen, lahan tersebut kemudian
ditanami pisang atau kakao. Tanaman pisang pada awalnya merupakan salah satu sumber penghasilan masyarakat terutama yang wilayahnya berbukit-bukit. Harga
pisang saat kondisi tanaman masih baik sekitar Rp 500,- sampai Rp 600,- per sisir. Hampir setiap masyarakat pada saat tersebut dapat memanen antara 2.000
sampai 3.000 sisir per bulan. Tanaman pisang yang diusahakan masyarakat saat ini terserang penyakit
layu Fusarium sp., sehingga tanaman pisang tersebut ditelantarkan oleh masyarakat. Saat ini harga persisir pisang sekitar Rp 1.000,- tetapi panen pisang
sudah jauh berkurang bahkan untuk mencari satu pickup pisang pedagang sudah harus berkeliling ke desa yang lain. Karena itu masyarakat yang kondisi
wilayahnya berbukit-bukit saat ini mengalami kesulitan modal untuk mengembangkan usahataninya lebih lanjut. Tanaman kakao yang diusahakan
oleh masyarakat saat ini juga mulai terserang penyakit, terutama buahnya yaitu pada bagian buah terjadi bercak kelabu kehitaman yang menyebabkan bagian
buah busuk dan bijinya turut membusuk. Kondisi lahan yang sudah menjadi semak belukar karena tanaman pisang masyarakat terserang penyakit layu
Fusarium sp. seperti tertera pada Gambar 7.
Gambar 7 Kebun Pisang Yang Sudah Menjadi Semak Belukar.
8.1.2. Sarana dan Prasarana Transportasi