Sarana dan Prasarana Transportasi

8.1.2. Sarana dan Prasarana Transportasi

Prasarana jalan merupakan prasarana utama untuk mengembangkan perekonomian di kawasan ini. Terbangunnya jalan kabupaten antar kecamatan dan antar desa akan memudahkan mobilitas masyarakat antar desa, pengangkutan hasil pertanian, barang produksi, dan konsumsi. Masyarakat menyatakan bahwa saat ini mereka menginginkan adanya peningkatan jalan bukan hanya pada jalan desa yang saat ini pada umumnya masih berupa jalan tanah, tetapi juga pada jalan penghubung antar desa. Masyarakat menginginkan selain peningkatan sarana jalan ini juga diikuti dengan tersedianya prasarana transportasi dengan harga yang terjangkau, di mana selain untuk transportasi masyarakat antar desa juga untuk mengangkut panen masyarakat. Beberapa desa yang jalan penghubungnya masih berupa jalan tanah seperti dari SKP Kaubun ke SKP Pengadan maka pencapaiannya sulit terutama pada musim hujan karena jalan yang ada kondisi masih jalan tanah sehingga menjadi berlumpur. Setelah pelaksanaan agropolitan Gerdabangagri telah dilaksanakan pengerasan jalan dengan sirtu untuk jalan penghubung antar desa, tetapi program ini baru terlaksana untuk sebagian desa saja. Untuk beberapa bagian jalan penghubung walaupun sudah dilaksanakan peningkatan dengan sirtu tetapi pada musim hujan kondisi jalan masih licin seperti tertera pada Gambar 8. Gambar 8 Kondisi Jalan Penghubung Sehabis Hujan. Mobilitas masyarakat antar desa juga masih sulit. Hal ini disebabkan belum tersedianya sarana transportasi antar desa. Sarana transportasi antar desa yang tersedia adalah ojeg dengan tarif yang mahal, misalnya untuk ojeg dari simpang Kaliorang Kaubun ke pusat permukiman desa Bukit Makmur yang berjarak hanya sekitar 3 km tarifnya Rp 20.000,- sedangkan ke Bumi Rapak yang jaraknya sekitar 25 km tarifnya Rp 75.000,-. Hal ini sangat membebani masyarakat sehingga mobilitasinteraksi masyarakat menjadi rendah. Masalah ketersediaan sarana transportasi ini juga menjadi kendala untuk anak-anak sekolah lanjutan yang tempat tinggalnya di desa lain dimana sekolah lanjutan tersebut dibangun. Perjalanan ke sekolah ditempuh dengan berjalan kaki atau menumpang truk yang kebetulan lewat. Dalam pengembangan agropolitan selain jalan penghubung yang baik diperlukan juga jalan usahatani. Jalan usahatani yang ada masih merupakan jalan tanah yang kondisinya rusak dan sulit dilalui pada musim hujan. Hal ini menyulitkan transportasi sarana produksi dan hasil usahatani sehingga biaya produksi relatif tinggi sedangkan harga produksi menurut masyarakat relatif rendah.

8.1.3. Penerangan