formal sering terjadi hanya papan nama saja dan aktif jika ada kegiatan dari pemerintah. Kawasan transmigrasi yang bermasalah ini seringkali ditinggalkan
oleh warganya untuk mencari penghidupan di wilayah sekitarnya sehingga menjadi semak belukar dan tidak berkembang.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan dalam pengembangan kawasan transmigrasi Kaliorang, dirumuskan tujuan
penelitian, yaitu: 1.
Menganalisis tingkat perkembangan wilayah desa-desa dan struktur hirarkinya berdasarkan struktur hirarki pusat-pusat aktifitas termasuk
infrastrukturnya. 2.
Menganalisis kegiatan usaha pertanian dan pengembangan komoditas unggulan di kawasan transmigrasi.
3. Menganalisis partisipasi dan aspirasi masyarakat terhadap pengembangan
kawasan transmigrasi. 4.
Menyusun arahan pengembangan kawasan transmigrasi.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian analisis tingkat perkembangan wilayah desa-desa diturunkan hipotesis yaitu semakin lama umur desa transmigrasi dan
semakin dekat desa transmigrasi dengan pusat pelayanan maka desa transmigrasi tersebut memiliki hirarki yang lebih tinggi.
1.5. Kerangka Pemikiran
Pembukaan kawasan transmigrasi pada awalnya ditujukan untuk menghasilkan produksi pertanian. Untuk menghasilkan produksi pertanian,
peserta transmigran mendapatkan lahan usaha dan lahan tempat tinggal beserta rumah dengan status hak milik dan berbagai bantuan lainnya dari pemerintah.
Peningkatan produksi pertanian diharapkan dari waktu ke waktu semakin meningkat dan dapat meningkatkan perekonomian desa-desa dan masyarakat di
kawasan transmigrasi tersebut. Ternyata seringkali dengan berkembangnya kawasan transmigrasi tersebut yang ditandai dengan peningkatan produksi
pertanian tidak dapat dipasarkan karena beberapa sebab seperti aksesibilitas yang
buruk, lahan transmigrasi yang tidak subur, sarana dan prasarana sosial ekonomi kelembagaan yang kurang mendukung pengembangan usaha transmigran dan
adanya masalah kepemilikan lahan. Akhir-akhir ini berkembang suatu pendekatan pembangunan pedesaan
dengan konsep agropolitan. Penerapan konsep agropolitan ternyata juga menyentuh desa-desa di kawasan transmigrasi. Pengembangan kawasan
transmigrasi sebagai bagian dari kawasan agropolitan selain didukung oleh pengembangan sarana dan prasarana fisik juga harus didukung oleh adanya
kelembagaan di tingkat petani. Sebagai bagian dari pengembangan kawasan agropolitan maka
pengembangan pertanian dilakukan dengan pengembangan komoditas unggulan yang bertumpu pada sumberdaya domestik di kawasan tersebut dan
pengembangannya di wilayah sekitarnya. Selain itu diperlukan partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam pengembangan kawasan sehingga dapat disusun arahan
pengembangan kawasan tersebut agar semakin berkembang. Kerangka pikir penelitian tertera pada Gambar 1.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, antara lain bagi:
a. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dapat dijadikan acuan dalam
arahan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayah yang lain. b.
Pemerintah Daerah, dapat diajukan acuan dalam pengembangan wilayahnya yang berpotensi untuk pengembangan pertanian agribisnis.
c. Masyarakat, dapat memahami dan berpartisipasi dalam pengembangan
kawasan yang dapat meningkatkan kesejahteraannya. d.
Ilmu Wilayah, sebagai informasi dan referensi bagi para mahasiswa untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan penerapan konsep
agropolitan di kawasan transmigrasi.
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian. Kawasan transmigrasi dan masyarakatnya
semakin berkembang Partisipasi dan aspirasi
masyarakat Pembangunan atau
peningkatan sarana dan prasarana
Pengembangan komoditas unggulan
Kawasan transmigrasi yang kurang berkembang
Aksesibilitas rendah
Produksi tidak dapat
dipasarkan Kelembagaan
kurang mendukung pengembangan
kawasan transmigrasi
Masalah kepemilikan
lahan
Penerapan konsep agropolitan di kawasan transmigrasi
Lahan tidak subur
Partisipasi dan aspirasi masyarakat yang
berkembang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA