Perkembangan Penduduk dan Perekonomian

Kawasan Transmigrasi Kaliorang berjarak sekitar 96 km dari Ibukota Kabupaten Kutai Timur Sangatta. Pencapaian kawasan transmigrasi Kaliorang dari Sangatta menggunakan transportasi umum Sangatta – Sangkulirang atau kendaraan carteran. Transportasi ke Kaliorang masih menjadi masalah karena sedikitnya transportasi reguler yang tersedia. Dari pusat Kecamatan Kaliorang simpang Kaliorang Kaubun ke desa-desa di Kecamatan Kaliorang dan Kaubun hanya sebagian yang sudah diperkeras dengan sirtu dan satu-satunya kendaraan penumpang umum yang tersedia adalah ojek dengan tarip yang cukup mahal. Desa Bukit Makmur merupakan desa terdekat dari pusat Kecamatan Kaliorang simpang Kaliorang-Kaubun yaitu berjarak sekitar 1 km sedangkan desa terjauh adalah desa Pengadaan Baru yang berjarak sekitar 50 km. Peningkatan dan perbaikan jalan serta tersedianya sarana transportasi yang murah antar desa merupakan dambaan masyarakat untuk memperlancar transportasi antar desa di kawasan transmigrasi Kaliorang.

4.2. Perkembangan Penduduk dan Perekonomian

Penempatan transmigran di kawasan transmigrasi Kaliorang dilakukan dari tahun 1986 sampai dengan 1999 dengan jumlah penempatan sebanyak 3.540 KK yang tersebar di 13 UPT. Transmigran yang ditempatkan berasal dari Jawa, Nusa Tenggara, Bali dan transmigran penduduk setempat TPS. Jumlah penempatan transmigran dan perkembangan penduduknya tertera pada Tabel 8. Tabel 8 Penempatan Transmigran dan Perkembangan Penduduk No Nama UPT Jumlah KK Penempatan Transmigran Jumlah KK Podes 2006 Perkembangan KK 1 Kaliorang I 258 337 31 2 Kaliorang II 235 167 -29 3 Kaliorang III 237 270 14 4 Kaliorang IV 310 217 -30 5 Kaliorang V 314 230 -27 6 Kaubun I 422 280 -34 7 Kaubun II 339 344 1 8 Kaubun III 175 175 9 Kaubun IV 250 272 14 10 Pengadan 1 240 161 -33 11 Pengadan 2 260 163 -41 12 Pengadan 6 300 145 -52 13 Pengadan 7 200 122 -39 Jumlah 3.540 2.873 -19 Sumber : Podes 2006 dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi diolah. Berdasarkan data Potensi DesaPodes 2006 perkembangan penduduk di kawasan transmigrasi Kaliorang mengalami penurunan menjadi hanya 2.873 KK -19 dibandingkan pada saat penempatan sejumlah 3.540 KK. Adanya penurunan jumlah penduduk KK bukan berarti lahan yang dimiliki ditinggalkan, yang terjadi lahannya diperjualbelikan baik kepada sesama transmigran maupun dengan pendatang. Fakta menunjukkan ada transmigran di desa Bumi Rapak yang telah membeli lahan milik transmigran yang lain sesaat setelah jaminan hidup berakhir. Satuan Kawasan Permukiman SKP Pengadan letaknya paling jauh dari simpang Kaliorang Kaubun di mana pusat pelayanan yaitu terdapat kantor Kecamatan Kaliorang sebelum pemekaran, Puskesmas, akses jalan yang cukup baik beraspal menuju Sangatta dan lintas transportasi dari Sangatta Sangkulirang untuk semua desa eks UPTnya mengalami penurunan jumlah KK. Beberapa kemungkinan penyebab berkurangnya jumlah KK tersebut antara lain karena tekanan ekonomi, kegagalan pengembangan usahatani dan kurangnya fasilitas atau sarana dan prasarana terutama di awal-awal masa pembinaan sehingga para transmigran kembali ke daerah asal atau pindah ke daerah lain. Kondisi jalan ke Pengadan dari Kaubun adalah jalan tanah, jika musim hujan jalan berlumpur sehingga sulit dilewati sarana transportasi yang ada. Sebagian besar penduduk memperoleh penghasilan utama dari bekerja di bidang pertanian Podes, 2006. Hal ini dikarenakan desa-desa tersebut adalah desa bentukan transmigrasi yang sejak awal pembukaannya diarahkan untuk pengembangan pertanian. Desa-desa di SKP Kaubun seperti Bumi Rapak, Cipta Graha dan Bumi Etam memperoleh penghasilan utama dari pertanian tanaman pangan dalam hal ini padi sawah yang diusahakan di lahan R lahan reserve cadangan dan sebagian LU I. Desa-desa yang lain umumnya menanam padi ladang atau dari tanaman pisang dan kakao yang diusahakan baik di LP, LU I maupun LU II. Kondisi perekonomian desa-desa yang mengandalkan perekonomian dari tanaman pisang saat ini mengalami penurunan karena adanya serangan penyakit layu Fusarium sp. yang mulai terjadi pada tahun 2005 sehingga pisang kurang menghasilkan. Sarana prasarana transportasi di wilayah ini juga masih sangat terbatas. Kondisi jalan yang belum memadai dan belum tersedianya sarana transportasi yang murah merupakan kendala bagi mobilitas penduduk maupun dalam mengakses pasar baik pasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun sarana produksi pertanian. Dengan demikian pemasaran hasil pertanian sangat tergantung pada pedagang desa. Hal ini menyebabkan pola pertanian lebih ke arah subsisten dan perkembangan ekonomi lambat.

4.3. Curah Hujan dan Hari Hujan Tahunan