Analisis Fungsi Produksi Translog

56 Ln SBP = 19.439 - 1.414 LnPU + 1.936 LnPC + 2.347 LnKK - 12.322 LnTK + 0.339 LnPULnPU - 0.303 LnPULnPC + 0.171 LnPULnKK + 0.464 LnPULnTK + 0.360 LnPCLnPC - 0.212 LnPCLnKK - 0.471 LnPCLnTK - 0.029 LnKKLnKK - 0.554 LnKKLnTK + 3.916 LnTKLnTK + 0.260 DPC - 0.093 DJK ........................................................................................ 25 Hasil analisis fungsi produksi translog atas produksi usaha ternak itik pedaging yang diolah dengan software Excel 2010, EViews 6, IBM SPSS Statistic 20 dan Minitab 15 dapat dilihat sebagai berikut Tabel 12. Tabel 12 Analisis fungsi produksi translog usaha ternak itik pedaging Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. VIF C 19.439 13.523 1.437 0.174 LnPU -1.414 1.070 -1.321 0.209 5399.662 LnPC 1.936 1.120 1.728 0.108 4466.118 LnKK 2.347 2.379 0.987 0.342 3336.090 LnTK -12.322 9.576 -1.287 0.221 7907.656 LnPULnPU 0.339 0.110 3.085 0.009 1458.433 LnPULnPC -0.303 0.112 -2.701 0.018 5761.290 LnPULnKK 0.171 0.116 1.468 0.166 452.569 LnPULnTK 0.464 0.320 1.449 0.171 7001.640 LnPCLnPC 0.360 0.113 3.177 0.007 1586.331 LnPCLnKK -0.212 0.129 -1.641 0.125 612.021 LnPCLnTK -0.471 0.398 -1.184 0.258 8470.630 LnKKLnKK -0.029 0.130 -0.220 0.829 15.257 LnKKLnTK -0.554 0.706 -0.785 0.447 3713.167 LnTKLnTK 3.916 3.340 1.172 0.262 11629.705 DPC 0.260 0.153 1.704 0.112 7.615 DJK -0.093 0.101 -0.914 0.377 7.252 R-squared 0.996 Mean dependent var 5.324 Adjusted R-squared 0.992 S.D. dependent var 1.135 S.E. of regression 0.103 Akaike info criterion -1.413 Sum squared resid 0.138 Schwarz criterion -0.619 Log likelihood 38.193 Hannan-Quinn criter. -1.159 F-statistic 219.620 Durbin-Watson stat 2.477 ProbF-statistic 0.000 Sumber : Data Primer diolah Pengujian multikolinier dalam model dapat dilihat berdasarkan nilai VIF yang dihasilkan dari pengolahan data. Menurut hasil pengolahan data nilai VIF setiap variabel hapir seluruh variabel memiliki nilai lebih dari 10 kecuali variabel DPC dan DJK maka dapat disimpulkan bahwa pada model terdapat multikolinier. Terdapatnya multikolinier ini terjadi karena sifat turunan variabel pada fungsi 57 translog yang menjelaskan hubungan antar variabel yang ada pada fungsi. Pengujian pelanggaran heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat scatterplot antara SRESID dan ZPRED yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Terlihat pada scatterplot tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terdapat pelanggaran heteroskedatisitas. Nilai koefisien determinasi Adjusted R-squared sebesar 0.992 menjelaskan bahwa bahwa variasi naik turunnya variabel dependen atau yang dipengaruhi sebanyak 99.20 dijelaskan oleh kombinasi dari variabel-variabel independen atau penjelas seperti PU, PC, KK, serta variabel turunannya dengan dua variabel dummy yaitu DPC dan DJK, sedangkan sisanya sebesar 0.80 dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dijelaskan dalam variabel gangguan acak. Sementara angka F-hitung yang memiliki nilai sebesar 219.620, dengan nilai prob. sebesar 0.0000, dapat dijelaskan bahwa model fungsi produksi translog usaha ternak itik pedaging sangat si gnifikan pada nilai α sama dengan 1 atau 0.01. Dapat dijelasakn pula bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap model. Pengkajian model fungsi translog kurang tepat bila dianalisis atau diuji secara parsial. Dalam penelitiannya Damanik 2006 menyatakan bahwa analisis yang lebih aplikatif untuk fungsi produksi translog adalah melalui angka elastisitasnya yang ditentukan melalui penjumlahan beberapa koefisien regresi sebagai berikut : E PU = - 1.414 + 0.339 LnPU - 0.303 LnPC + 0.171 Ln KK + 0.464 LnTK E PC = 1.936 - 0.303 LnPU + 0.360 LnPC - 0.212 LnKK - 0.471 LnTK E KK = 2.347 + 0.171 LnPU - 0.212 LnPC - 0.029 LnKK - 0.554 LnTK E TK = - 12.322 + 0.464 LnPU - 0.471 LnPC - 0.554 LnKK + 3.916 LnTK 26 Nilai E PU, E PC, E KK dan E TK masing-masing menunjukkan elastisitas dari faktor- faktor produksi dalam usaha ternak itik pedaging. Adapun untuk melihat kondisi skala usaha dari seorang produsen, merujuk kepada ketentuan pertama apabila 58 nilai E PU + E PC + E KK + E TK 1, produsen dalam kondisi increasing return to scale. Kedua, apabila E PU + E PC + E KK + E TK = 1, produsen dalam kondisi constant return to scale. Ketiga, apabila E PU + E PC + E KK + E TK 1, produsen dalam kondisi decreasing return to scale. Berikut akan dijelaskan mengenai analisis elastisitas fungsi produksi translog usaha ternak itik pedaging Tabel 13. Tabel 13 Analisis elastisitas rata-rata faktor-faktor produksi usaha ternak itik pedaging pada fungsi produksi translog Indikator Ln PU Ln PC Ln KK Ln TK Total E PU -1.414 1.716 -1.919 0.245 1.589 0.216 E PC 1.936 -1.534 2.281 -0.304 -1.611 0.767 E KK 2.347 0.864 -1.344 -0.041 -1.896 -0.071 E TK -12.322 2.349 -2.981 -0.793 13.393 -0.354 Total 0.559 Sumber : Data Primer diolah Dapat diperhatikan pada Tabel 13 bahwa terdapat nilai yang positif dan negatif pada perhitungan diatas. Hubungan negatif ditunjukkan oleh hubungan antara pakan utama dengan pakan campuran, hubungan antara pakan campuran dengan kepadatan kandang, serta hubungan antar kepadatan kandang. Dapat diartikan bahwa pada hubungan negatif ini bahwa kombinasi penggunaan faktor produksi antara PU dan PC, PC dan KK, PC dan TK, KK dan KK, serta KK dan TK dapat menyebabkan penurunan hasil produksi yang dihasilkan. Agar lebih jelas penjelasan elastisitas faktor-faktor produksi pada masing- masing pelaku usaha ternak dijelaskan sebagai berikut. Dapat diperhatikan pada Lampiran 6 terdapat satu pelaku usaha ternak yang memiliki elastisitas faktor produksi pakan konsentrat atau pakan pur yang negatif dengan nilai rata-rata sebesar 0.216. Berdasarkan rata-rata nilai elastisitas tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan pakan konsentrat atau pakan pur sebanyak 1 diperkirakan akan menambah hasil produksi sebanyak 0.216 . Berdasarkan perhitungan nilai elastisitas per pelaku usaha ternak didapatkan 11 pelaku usaha ternak yang memiliki nilai elastisitas negatif dengan nilai rata-rata sebesar - 0.096 dalam penggunaan pakan pur atau konsentrat. Nilai elastisitas negatif ini menunjukkan perlakuan pelaku usaha ternak itik pedaging terhadap pemakaian paka konsentrat atau pakan pur kurang berhasil. Berbeda dari 19 pelaku usaha ternak lainnya, 59 elastisitas faktor produksi akan pakan konsentrat atau pakan pur semua bertanda positif, dengan rata-rata nilai elastisitas sebesar 0.397, yang dapat diartikan untuk setiap penambahan pakan konsentrat atau pakan pur sebanyak 1 akan menambah hasil produksi sebanyak 0.397. Pada kondisi ini pelaku usaha ternak berada pada posisi decreasing return to scale. Dapat diperhatikan pada Lampiran 6 perilaku seluruh pelaku usaha ternak dalam penggunaan faktor produksi pakan campuran memliki nilai elastisitas positif dengan rata-rata nilai elastisitas sebesar 0.767. Berdasarkan rata-rata nilai elastisitas tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan pakan konsentrat atau pakan pur sebanyak 1 diperkirakan akan menambah hasil produksi sebanyak 0. 767. Dalam kondisi ini mereka berada pada posisi decreasing return to scale. Berdasarkan perhitungan elastisitas untuk faktor produksi kepadatan kandang terdapat 18 pelaku usaha ternak yang memiliki elastisitas faktor kepadatan kandang yang negatif dengan rata-rata - 0.188. Dapat dijelaskan bahawa pada ke-18 pelaku usaha ternak tersebut memiliki kandang yang terlalu padat sehingga produksi akan berat daging itik yang dihasilkan menurun bila kepadatan kandan ditambah. Perlakuan ke-18 pelaku usaha ternak itik pedaging terhadapkepadatan kandang dapat disimpulkan kurang berhasil. Sedangkan untuk 12 pelaku usaha ternak lainnya masih memiliki nilai elastisitas yang positif dengan rata-rata nilai elastisitas sebesar 0.106. Dalam kondisi ini mereka berada pada posisi decreasing return to scale. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai elastisitas rata-rata yang didapatkan untuk faktor produksi kepadatan kandang adalah sebesar - 0.070. Nilai elastisitas rata-rata yang dihasilkan dapat menjelaskan bahwa untuk pelaku usaha ternak yang berada di Kabupaten Bogor sudah mencapai kapasitas kandang yang terlalu padat. Berdasarkan rata-rata nilai elastisitas untuk faktor produksi tenaga kerja didapatkan nilai rata-rata untuk keseluruhan pelaku usaha ternak sebesar - 0.354. Berdasarkan nilai elastisitas tersebut dapat dijelaskan bahwa penggunaan tenaga dalam usaha ternak kurang berhasil. Berdasarkan perhitungan nilai elastisitas per pelaku usaha ternak didapatkan 19 pelaku usaha ternak yang memiliki nilai elastisitas negatif dengan nilai rata-rata sebesar - 0.853 dalam penggunaan tenaga kerja. Berbeda dari 11 pelaku usaha ternak lainnya, elastisitas faktor produksi 60 tenaga kerja memiliki tanda positif, dengan rata-rata nilai elastisitas sebesar 0.507, yang dapat diartikan untuk setiap penambahan pakan konsentrat atau pakan pur sebanyak 1 akan menambah hasil produksi sebanyak 0.507. Pada kondisi ini pelaku usaha ternak berada pada posisi decreasing return to scale. Mengetahui kondisi skala usaha dari seorang produsen dapat dilihat dari penjumlahan elastisitas faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan perhitungan terdapat sepuluh pelaku usaha ternak yang memiliki nilai elastisitas total diatas satu dengan nilai elastisitas total rata-rata sebesar 1.561. merujuk kepada ketentuan pertama apabila E PU + E PC + E KK + E TK 1, maka pelaku usaha ternak berada dalam kondisi increasing return to scale. Hal ini menjelaskan bahwa pelaku usaha ternak masih dapat menambah faktor produksi hingga mencapai kondisi skala usaha optimum dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Kondisi 20 pelaku usaha ternak lainnya memiliki jumlah total dibawah satu., dengan nilai elastisitas total rata-rata 0.057. Merujuk pada ketentuan apabila E PU + E PC + E KK + E TK 1, produsen dalam kondisi decreasing return to scale. Hal ini menjelaskan bahwa pelaku usaha ternak sudah mencapai kondisi skala usaha optimum dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Secara keseluruhan dapat dilihat juga melihat bahwa skala usaha ternak itik pedaging memiliki nilai 0.559. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa secara umum usaha ternak itik pedaging sudah mencapai skala usaha optimum dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Variabel dummy pakan campuran dan variabel dummy jenis kandang yang digunakan memiliki nilai koefisien masing-masing sebesar 0.260 dan - 0.093 . Menurut nilai Prob. yang dihasilkan pada Tabel 12 nilai koefisien dummy pakan campuran dan jenis kandang yang digunakan dalam produksi tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap model. Tidak berpengaruh nyatanya dummy pakan campuran pada model dapat disimpulkan karena dalam turunan model fungsi produksi translog sudah dijelaskan hubungan antar pakan konsentrat atau pakan pur dengan pakan campuran. Mengenai dummy jenis kandang yang digunakan tidak berpengaruh nyata pada produksi karena meskipun jenis kandang dibedakan dengan penanganan dan periode panen yang tepat maka itik dapat mencapai bobot maksimum yang diharapkan pada waktu panen. 61

6.3 Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Usaha Ternak Itik Pedaging

Berdasarkan jenisnya efisiensi dari usahatani dapat dilihat dari tingkat efisiensi teknis dan ekonomis. Kedua efisiensi ini saling berhubungan karena dapat menunjukkan kombinasi faktor produksi yang bisa memberikan tingkat produksi optimum sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum pada suatu usaha. Apabila suatu faktor produksi mencapai tingkat efisien secara teknis, belum tentu faktor produksi tersebut efisien secara ekonomis. Namun apabila faktor produksi efisien secara ekonomis, sudah pasti faktor produksi akan efisien secara teknis. Faktor produksi yang dievaluasi efisiensinya hanya faktor yang nyata berpengaruh terhadap produksi daging itik dalam usaha ternak daging itik. Faktor produksi seperti pakan konsentrat atau pakan pur PU dan pakan campuran merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi daging itik. Efisiensi merupakan kondisi dimana peternak mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan dan menjual produksinya dengan harga yang tinggi mencapai efisiensi teknik dan efisiensi harga secara bersama- sama. Nilai efisiensi dapat dilihat dari rasio antara Nilai Produk Marginal NPM dan Biaya Korbanan Marginal dari faktor produksi BKM. Berdasarkan ketentuan efisiensi, efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari rasio antara NPM dengan BKM per periode produksi sama dengan satu. NPM dapat dihutung dari perkalian antara harga produk Py dengan tambahan hasil produksi atau lebih dikenal dengan produk marginal PM. BKM adalah biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan produksi setiap satu satuan. Nilai BKM sama dengan nilai harga dari masing-masing faktor produksi Pxi. Berikut merupakan hasil perhitungan rasio NPMBKM faktor produksi usaha ternak itik pedaging Tabel 14. Tabel 14 Rasio NMP dan BKM faktor-faktor produksi usaha ternak itik pedaging berdasarkan fungsi produksi translog Faktor Produksi Elastisitas NPV BKM Rasio Pakan Utama 0.216108 5 060.04 6 875.33 0.735970 Pakan Campuran 0.767448 6 724.60 2 457.85 2.735969 Sumber : Data Primer diolah 62 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor produksi itik pedaging di Kabupaten Bogor secara keseluruhan belum optimal. Hasil perhitungan rasio antara NPMBKM tidak sama dengan satu. Nilai produk marginal NPM untuk pakan konsentrat atau pakan pur sebesar 5 060.04, artinya setiap penambahan satu kg pakan konsentrat atau pakan pur akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 5 060.04. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pakan konsentrat atau pakan pur sebesar Rp 6 875.33kg. Berdasarkan kedua nilai tersebut maka diperoleh nilai rasio NPMBKM dari pakan konsentrat atau pakan pur adalah sebesar 0.735970. Nilai produk marginal NPM untuk pakan campuran sebesar 6 724.60, artinya setiap penambahan satu kg pakan campuran akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 6 724.60. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pakan campuran sebesar Rp 2 457.85 kg. Berdasarkan kedua nilai tersebut maka diperoleh nilai rasio NPMBKM dari campuran adalah sebesar 2.735969. Menurut rasio NPMBKM untuk faktor produksi pakan konsentrat atau pakan pur dan pakan campuran yang memiliki nilai rasio lebih dari satu dapat dijelaskan secara ekonomi bahwa untuk kedua faktor produksi tersebut dapat ditambahkan atau dikurangkan jumlah pemakaiannya dalam produksi sampai batas optimumnya. Berikut merupakan perhitungan jumlah aktual rata-rata penggunaan faktor produksi dengan perhitungan jumlah penggunaan efisien secara ekonomi Tabel 15. Tabel 15 Perhitungan jumlah rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi aktual dan efisien secara ekonomi usaha ternak itik pedaging jumlah rata-rata itik yang digunakan pelaku usaha ternak per periode per periode Kondisi Penggunaan Faktor Produksi Efisien Aktual Selisih Pakan Utama Kg 287.84 330.04 - 42.20 Pakan Campuran Kg 1 070.04 881.93 188.11 Sumber : Data Primer diolah Berdasarkan perhitungan Tabel 15 dapatdilihat bahwa secara ekonomi jumlah efisien penggunaan faktor produksi pakan konsentrat atau pakan pur untuk 335 ekor itik selama satu periode adalah sebanyak 287.84 kg sedangkan jumlah rata-rata penggunaan aktual di lapang adalah sebanyak 330.04 kg. Selisih dari jumlah efisien dengan aktual dilapang adalah sebesar 42.20 kg merupakan jumlah