Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

23 Keterangan : π = Keuntungan Y = Output P y = Harga output per unit X i = Faktor produksi input ke- i yang dipakai dalam proses produksi Px i = Harga faktor produksi input ke-i TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap Keuntungan maksimal tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut : = P y . –Px i = 0 = . P y = Px i ................................................................................................. 9 Dimana adalah produk marginal dari faktor produksi ke-i PMx i . Soekartawi 1991 menjelaskan bila nilai PMx i dikalikan dengan harga Y Py maka akan menghasilkan nilai produksi marginal dari faktor produksi ke-i NPMx i . Nilai Px i adalah harga faktor produksi atau biaya korbanan marginal x i BKMx i , maka = PMx i . Py = Px i = NPMx i = BKMx i ............................................................................................. 10 Persamaan terakhir dapat juga dituliskan sebagai berikut jika harga faktor produksinya tidak dipengaruhi oleh jumlah dari faktor produksi tersebut. NPMx i = BKMx i .................................................................................................................. 11 Rasmussen 2011 menjelaskan bahwa untuk penggunaan lebih dari satu faktor produksi, maka efisiensi atau keuntungan maksimum dapat tercapai dalam kondisi sebagai berikut 24 .................................................................... 12 Apabila NPMx i lebih besar dari BKMx i atau rasio lebih besar dari satu maka penggunaan faktor produksi ke-i belum digunakan secara optimum. Apabilabesar NPMx i lebih kecil dari BKMx i maka penggunaan faktor produksi ke-i belum tidak digunakan secara optimum karena biaya yang digunakan lebih besar dibandingkan dengan hasil yang didapatkan dari produksi Doll dan Orazem 1984; Soekartawi 1991.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Salah satu daerah penghasil daging itik di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor produksi daging itik di daerah ini mencapai 106 ton pada tahun 2013. Jumlah produksi yang tidak begitu besar tidak menutup potensi yang dimiliki Kabupaten Bogor. Lokasi yang berdekatan dengan Provinsi Jakarta dan dengan pusat perkotaan yang jumlah pendududuk cukup banyak dan memiliki perekonomian berkembang dengan pesat menyebabkan Kabupaten Bogor memiliki lokasi yang strategis dalam mengembangkan usaha budidaya ternak itik pedaging. Berdasarkan hal tersebut maka analisis mengenai efisiensi faktor-faktor produksi usaha ternak itik pedaging diperlukan untuk mengetahui penggunaan faktor-faktor produksi yang tepat sehingga dapat diketahui keadaan usaha ternak itik di Kabupaten Bogor yang diharapkan dapat melihat efisiensi serta tingkat pendapatan yang ada pada usaha ternak itik. Model produksi yang dibentuk merupakan model fungsi produksi Cobb- Douglas dan model fungsi produksi translog. Model diuji fungsi produksi kemudian akan diuji dengan menggunakan uji ekonometrika dan statistik untuk menentukan kelayakan model sebagai model penelitian. Setelah itu dilakukan penghitungan efisiensinya dengan menggunakan rasio Nilai Produk Marginal NPM dengan Biaya Korbanan Marginal BKM. Hasil produksi yang diperoleh perusahaan akan menghasilkan penerimaan. Selisih antara penerimaan dan biaya tersebut merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan. Analisis rasio RC yang merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima perusahaan 25 dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Bagan kerangka operasional penelitian dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian