2
peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dengan produksi daging itik di Indonesia yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah yang cukup
signifikan Tabel 1. Jumlah produksi daging itik yang bertambah ini belum mampu menyaingi jumlah produksi daging ayam yang sudah lebih banyak
dikembangan usahanya di Indonesia. Tabel 1
Produksi daging unggas Indonesia tahun 2011-2013 ton
Produksi Daging Unggas Tahun
2011 2012
2013 Ayam Kampung
264 797 267 493
287 438 Ayam Pedaging
1 337 909 1 400 468
1 479 812 ItikItik Manila
28 184 33 610
34 579
Angka Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik 2014
Usaha ternak itik sudah menyebar di seluruh Indonesia. Seiring dengan berkembangnya teknologi pelaku usaha ternak mulai mengembangkan usaha
ternak itik mulai dari usaha pembibitan, pembesaran atau penggemukan, hingga usaha ternak untuk menghasilkan telur itik. Salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki populasi itik terbesar dan memiliki jumlah produksi daging itik terbesar adalah Provinsi Jawa Barat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, Provinsi
Jawa Barat memiliki itik sebanyak 8 191 708 ekor pada tahun 2009. Jumlah tersebut terus bertambah mencapai angka 8 943 189 ekor pada tahun 2013.
Sebagai salah satu daerah yang memiliki jumlah itik terbesar di Indonesia Provinsi Jawa Barat juga memiliki produksi daging itik terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Barat pada tahun 2011 mampu memproduksi daging itik sebanyak 6 417 ton.
Jumlah produksi daging itik ini menurun pada tahun 2013. Jawa Barat pada tahun 2013 hanya memproduksi daging itik sebanyak 6 171 ton.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah dan perkembangan kuliner berbasis daging itik menyebabkan meningkatnya permintaan daging di Indonesia
mengalami pertambahan setiap tahunnya. Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil daging itik terbesar di Indonesia, akan tetapi semenjak tahun 2011
sampai 2013 produksi daging itik mengalami penurunan. Pengembangan dan penanaman investasi pada peternakan itik pedaging agar dapat berproduksi secara
3
efisien dan potensi bisnis yang tertanam dalam usaha ternak itik pedaging sangat berpengaruh untuk menambah pendapatan peternak. Ukuran pendapatan usaha
juga dapat mempengaruhi kesejahteraan pelaku usaha ternak, oleh karena itu perlu dilakukan kajian mengenai efisiensi produksi dalam menjalankan usaha ternak itik
serta bagaimana pendapatan yang didapatkan oleh pelaku usaha ternak.
1.2 Perumusan Masalah
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki pengaruh besar dalam menyediakan persediaan dan permintaan daging itik di Indonesia. Pada
tahun 2013 Jawa Barat mampu memproduksi daging itik sebanyak 6 171 ton, akan tetapi jumlah ini tidak sebanyak produksi pada tahun 2011. Salah satu
daerah Penghasil daging itik di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor, menurut Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor produksi daging itik di daerah
ini mencapai 106 ton pada tahun 2013. Jumlah produksi tidak begitu besar yang dimiliki
Kabupaten Bogor
ini tidak
menutup kemungkinan
perlu dikembangkannya usaha ternak itik pedaging. Lokasi yang berdekatan dengan
Provinsi Jakarta dan dengan pusat perkotaan yang memiliki jumlah pendududukcukup banyak dan memiliki perekonomian berkembang dengan pesat
menyebabkan Kabupaten Bogor memiliki lokasi yang strategis dalam mengembangkan usaha ternak itik pedaging.
Dalam menjalankan usaha ternak itik pedaging tentunya dibutuhkan faktor-faktor dalam memproduksi untuk memenuhi permintaan akan daging itik.
Setiap pelaku usaha dalam menjalankan usahanya tentunya ingin menggunakan faktor produksi sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi produksi
dengan jumlah tertentu. Penggunaan faktor produksi yang sesuai dengan jumlah hasil produksi yang diharapkan tentunya membutuhkan kajian mengenai efisiensi
dalam produksi di peternakan itik. Berdasarkan faktor produksi ini dapat dilihat seberapa efisien produksi usaha ternak itik pedaging dalam menghasilkan
menghasilkan kontribusi terhadap pendapatan pelaku usaha. Setiap usaha dan bisnis tentunya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
yang merupakan tujuan akhir dari sebuah usaha, seberapa besar tingkat pendapatan yang dapat dihasilkan oleh usaha ternak tentunya dapat menentukan
4
kesejahteraan peternak. Pendapatan didapatkan dari selisih antara penerimaan dan biaya. Selisih tersebut tentunya menentukan apakah usaha ternak mendapatkan
keuntungan atau sebaliknya. Perhitungan yang baik mengenai penerimaan dan biaya menentukan kebijakan usaha dalam mengalokasiakan faktor-faktor produksi
agar usaha mendapatkan keuntungan maksimum yang diharapkan dapat menghasilkan pendapatan lebih untuk pengembangan usaha ternak. Berdasarkan
perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaiman pendapatan dari usaha ternak itik pedaging di Kabupaten Bogor?
2. Apa saja faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi ternak itik
pedaging di Kabupaten Bogor? 3.
Bagaimana efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha ternak itik pedaging di Kabupaten Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pendapatan usaha ternak itik pedaging di Kabupaten Bogor;
2. Mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi
usaha ternak itik di Kabupaten Bogor; 3.
Menganalisis efisiensi produksi usaha ternak itik.
1.4 Manfaat Penelitian
Terdapat berbagai macam manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, dari sudut pandang peneliti, penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan
pembelajaran dan kemampuan analisis yang didapatkan pada masa perkuliahan terhadap suatu permasalahan yang terkait dengan produksi usaha ternak.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan pembaca mengenai alokasi faktor-faktor produksi, efisiensi produksi, pendapatan,
serta keberlanjutan usaha sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam melakukan produksi dan masukan bagi perbaikan produksi
untuk usaha peternakan itik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan dan informasi mengenai efisiensi, keuntungan, dan upaya keberlanjutan usaha