Penentuan Sampel Penelitian Analisis Pendapatan dan Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Usaha Ternak Itik Pedaging di Kabupaten Bogor

27 Tabel 2 Sebaran sampel penelitian berdasarkan kecamatan di Kabupaten Bogor Kecamatan Jumlah Sampel Ciomas 2 6.67 Gunung Sindur 4 13.33 Leuwisadeng 7 23.33 Nanggung 6 20.00 Parung Panjang 1 3.33 Ranca Bungur 5 16.67 Rumpin 5 16.67 Total 30 100.00 Sumber: Data Primer 2014

4.4 Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Kemudian dilakukan analisis data yang ditujukan agar data dan informasi yang telah dikumpulkan dapat lebih berarti serta dapat memberikan informasi. Analisis data kuantitatif menggunakan software statistik digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha ternak, penggunaan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi, serta menghitung tingkat efisiensi produksi. Tingkat pendapatan usaha ternak itik dapat diketahui melalui pendekatan rasio RC dari usaha ternak itik yang ada. Analisis data kualitatif yang diuraikan secara deskriptif digunakan untuk menjabarkan tentang usaha ternak serta kegiatan yang berkaitan dengan produksi. Berikut merupakan matriks penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 3 Matriks penelitian No. Tujuan Penelitian Data Yang digunakan Metode Analisis 1 Menganalisis tingkat pendapatan usaha ternak itik pedaging Data primer dari hasil wawancara dengan pelaku usaha ternak Analisis pendapatan dan rasio RC 2 Mengidentifikasi faktor-faktor produksi dalam produksi usaha ternak itik Data primer dari hasil wawancara dengan pelaku usaha ternak Menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi Translog 3 Menganalisis efisiensi produksi usaha ternak itik Data primer dari hasil wawancara dengan pelaku usaha ternak Menggunakan Analisis efisiensi produksi uji Rasio NPM dan BKM 28

4.4.1 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik Pedaging

Pengujian pendapatan usaha ternak memiliki tujuan untuk melihat apakah usahatani yang dijalankan masih menguntungkan atau tidak. Ukuran pendapatan dalam penelitian ini menggunakan konsep pendapatan bersih usaha ternak. Pendapatan bersih usaha ternak adalah selisih pendapatan kotor usaha ternak dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usaha ternak digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh usaha ternak dari penggunaan faktor- faktor produksi, kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usaha Soekartawi et all 1986. Doll dan Orazem 1984 menjelaskan bahwa pengeluaran total usaha ternak adalah semua faktor produksi yang habis terpakai untuk proses produksi. Secara matematik pendapatan bersih dapat digambarkan sebagai berikut : π = TR – TC TR = Σ Y i . P Yi TC = TFC + TVC Maka, π = Σ Y i . P Yi – TFC + TVC .......................................................................... 13 Keterangan : π = Pendapatan TR = Total penerimaan total revenue TC = Total biaya total cost Y i = Jumlah output yang dijual P Yi = Harga output yang dijual i = Jenis output yang dijual TFC = Total Fixed Cost Total Biaya Tetap TVC = Total Variable Cost Total Biaya Variabel Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah Return Cost Ratio atau imbangan penerimaan RC. Nilai RC yang menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh untuk setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :