bisnis perlu dilakukan setiap saat. Tenner dan De Torro 1992 mengemukakan suatu model perbaikan proses yang terdiri dari enam langkah berikut.
a Identifikasi masalah Menetapkan sistem mana yang terlibat, agar usaha-usaha perbaikan dapat
terfokus pada proses bukan output. b Identifikasi proses
Identifikasi aktifitas yang mengkonversi input menjadi output melalui langkah yang terorganisasi.
c Mengukur performansi Mengukur bagaimana baik atau jeleknya suatu sistem sedang berjalan atau
beroperasi. d Memahami mengapa suatu masalah dalam kontek proses terjadi
Memahami masalah diperlukan agar langkah-langkah perbaikan efektif dan efisien.
e Mengembangkan dan menguji ide-ide Mengembangkan ide-ide perbaikan proses yang ditujukan kepada akar
penyebab masalah utama. Agar ide-ide yang dipilih untuk perbaikan bersifat efektif, maka ide tersebut perlu diuji terlebih dahulu.
f Implementasi solusi dan evaluasi. Perencanaan dan implementasi perbaikan yang diidentifikasi dan diuji pada
langkah sebelumnya. Hasil implementasi perbaikan diukur dan dievaluasi efekifitasnya sebagai umpan balik dalam perbaikan proses selanjutnya.
2.3. Konsep Keunggulan Daya Saing
Keunggulan daya saing dapat didefinisikan sebagai kepemilikan perusahaan terhadap berbagai aset dan kompetensi dengan karakteristik spesial
seperti kemampuan dalam menciptakan strategi berbiaya rendah, merek ataupun strategi logistik yang menjadikan perusahaan memiliki keunggulan
melebihi pesaingnya. Menurut Indrajit dan Djokopranoto 2002, keunggulan kompetitif merupakan posisi yang menjamin superioritas perusahaan di atas para
pesaingnya dalam pandangan konsumen. Sumber keunggulan kompetitif terletak pada kemampuan perusahaan untuk membedakan dirinya sendiri di mata
konsumen dari para pesaingnya keunggulan nilai, dan yang ke dua adalah kemampuan perusahaan melakukan cara kerja berbiaya rendah keunggulan
produktifitas. Keunggulan daya saing merupakan gabungan dari banyaknya kreativitas di perusahaan dalam mendisain, memproduksi, memasarkan,
mengantarkan dan mendukung produknya. Perusahaan akan memiliki keunggulan daya saing jika mampu melakukan aktivitas tersebut lebih baik atau
lebih murah dari pesaingnya Porter, 1985 dalam Brown, 1996.
2.4. Agroindustri Ikan
Agroindustri ikan merupakan industri yang menggunakan ikan sebagai bahan baku untuk diolah melalui transformasi dan pengawetan dengan cara
melakukan proses perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan
distribusi untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Komoditas perikanan laut yang dapat dihasilkan di hampir seluruh wilayah
Indonesia menyebabkan sentra produksi perikanan maupun agroindustri ikan tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Menurut Departemen Perindustrian
2004, Indonesia memiliki 327 sentra agroindustri perikanan dengan sentra agroindustri ikan utama terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Pada Gambar 3 diperlihatkan
peta sentra agroindustri ikan utama Indonesia sedangkan pada Tabel 4 diperlihatkan jumlah sentra agroindustri ikan pada masing-masing propinsi di
Indonesia.
Gambar 3. Sentra agroindustri ikan Indonesia Deperin, 2004
Tabel 4. Jumlah sentra agroindustri ikan pada masing-masing propinsi di Indonesia
Propinsi Jumlah
Sentra Propinsi
Jumlah Sentra
Nanggroe Aceh Darussalam 6
NTB 10
Sumatera Utara 17
NTT 16
Sumatera Barat 12
Kalimantan Barat 4
Riau 7
Kalimantan Selatan 23
Jambi 7
Kalimantan Tengah 6
Bengkulu 2
Kalimantan Timur 14
Sumatera Selatan 3
Sulawesi Selatan 21
Lampung 7
Sulawesi Tengah 4
DKI Jakarta 3
Sulawesi Tenggara 9
Jawa Barat 39
Sulawesi Utara 18
Jawa Tengah 2
Maluku 36
Jawa Timur 16
Papua 5
Bali 14
Sumber
:
Deperin 2004 Sebagian besar ikan laut hasil tangkapan diperdagangkan dalam bentuk
segar, hanya sekitar 43 yang diperdagangkan dalam bentuk produk olahan. Ragam produk olahan ikan yang diproduksi di Indonesia sekitar 30 merupakan
bentuk olahan tradisional, 11 bentuk olahan modern dan sekitar 2 berupa bentuk olahan lainnya. Untuk kebutuhan produk ekspor, berdasarkan data ekspor
ikan Indonesia tahun 2005 sekitar 80 produk ikan olahan merupakan produk olahan modern sedangkan sekitar 6 merupakan produk olahan tradisional
Rahmania, 2007. Jenis produk olahan ikan yang dihasilkan dari agroindustri ikan adalah
produk ikan beku, ikan olahan kering, ikan olahan dalam kaleng, serta ikan olahan siap saji. Sebagian besar ragam produk olahan agroindustri ikan
merupakan produk pangan, sedangkan produk olahan ikan non pangan dapat merupakan produk pakan maupun farmasi. Agroindustri ikan berskala menengah
dan besar di Indonesia pada umumnya bergerak di bidang usaha pengalengan ikan, pembekuan ikan, pengeringan ikan, serta pembuatan makanan olahan
berbahan baku ikan seperti nugget, seafood dumping, springroll, dan lainnya. Produk-produk tersebut pada umumnya diekspor ke luar negeri selain juga untuk
memenuhi kebutuhan pasar domestik Sumaryanto et al., 2006. Beragam produk olahan pangan dan non pangan yang dihasilkan oleh agroindustri ikan
diperlihatkan dalam pohon industri ikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Pohon industri ikan Sumber: www.bi.go.id diakses pada 16 Maret 2007
2.5. Mutu dan Keamanan Pangan Produk Agroindustri Ikan