57 banyak, sedangkan kuantitas pasokan bahan baku utama dari petani tetap
sesuai perjanjian abodemen, hal ini menyebabkan kurangnya bahan baku sehingga beberapa permintaan tidak bisa terpenuhi atau terpaksa mencari
pemasok atau petani lain dengan harga yang lebih tinggi. Hal tersebut
menyebabkan adanya tambahan biaya yang tak terduga untuk membeli bahan baku dalam upaya melancarkan proses produksi.
3. Selain risiko di atas, risiko juga terjadi karena belum adanya sistem quality
control yang baik dari petani pemasok bahan baku, sehingga menyebabkan pasokan bahan baku tidak 100 persen berkualitas baik dan memenuhi standar,
akibatnya tidak semua bahan baku bisa terpakai dan membutuhkan penyortiran ulang bagi pihak florist, yang hasilnya hanya 75-90 persen yang
berkualitas baik dan bisa digunakan. 4.
Risiko juga terjadi apabila florist tidak dapat menangani bahan baku bunga potong dengan baik tiap harinya, maka dapat mengakibatkan bahan baku
menjadi busuk dan tidak dapat terpakai. Oleh karena itu, florist
membutuhkan manajemen penanganan bahan baku yang baik dan terstandardisasi agar bahan baku tetap terjaga kualitasnya.
5. Jika terjadi penumpukkan bahan baku, terpaksa bahan baku itu dibuang,
karena biasanya bahan baku yang menumpuk mengakibatkan banyaknya bakteri pembusukan yang dapat menyebar ke bahan baku yang baru, sehingga
dapat mengakibatkan pembusukkan massal.
6.1.2 Unit Pemasaran Penjualan
Pada unit pemasaran terjadi beberapa risiko yang dapat teridentifikasi dalam usaha penjualan produk karangan bunga ini. Beberapa risiko diantaranya
adalah sebagai berikut: 1.
Karena harga produk karangan bunga sudah standar pada seluruh florist di Pasar Bunga wastukencana, maka tidak terjadi persaingan yang berarti.
Akibatnya tidak ada florist yang melakukan terobosan atau ide-ide marketing, sehingga usaha penjualan produk karangan bunga cenderung konvensional.
2. Keberadaan Pasar Bunga Tegalega memberi dampak yang cukup besar bagi
Pasar Bunga Wastukencana, karena secara tidak langsung memberi
58 persaingan dalam hal penjualan produk karangan bunga, padahal Pasar Bunga
Tegalega dulunya hanya terfokus pada penjualan tanaman hias saja. 3.
Risiko juga terjadi pada beberapa florist di Pasar bunga Wastukencana yang pemasarannya belum menggunakan website, florist-florist ini cenderung
melakukan pemasaran hanya di pasar saja, artinya konsumen yang datang langsung ke Pasar Bunga Wastukencana, sehingga kurang efektif dalam
melakukan penawaran produk kepada konsumen luas.
6.1.3 Unit Pasar
Unit pasar adalah sistem yang mengatur hubungan antara pihak Dinas Pasar dengan florist-florist yang terdapat di Pasar Bunga Wastukencana.
Beberapa risiko yang terjadi adalah sebagai berikut: 1.
Adanya monopoli bahan baku pendukung dari koperasi bahan baku di Pasar Bunga Wastukencana, seperti: floral foam oasis, sterofoam, spon, kawat,
paku, vas, dan rangka dari bambu, sehingga florist secara tidak langsung terpaku pada harga yang sudah ditetapkan oleh koperasi pasar.
2. Sistem kontrak antara pihak florist dengan pemerintah Kota Bandung yang
berupa Hak Guna Usaha HGU, menyebabkan adanya biaya tanggungan yang besar bagi florist. Besar biaya HGU adalah 50 juta per 20 tahun untuk
setiap florist, biaya ini harus dibayarkan di awal pendirian usaha dan selanjutnya setiap 20 tahun sekali.
6.1.4 Unit Sumber Daya Manusia