Unit Produksi Identifikasi Sumber Risiko

VI. ANALISIS RISIKO BAHAN BAKU PRODUK KARANGAN BUNGA

6.1 Identifikasi Sumber Risiko

Langkah pertama manajemen risiko adalah mengidentifikasi mengenai sumber-sumber risiko pada usaha penjualan produk karangan bunga, mulai dari risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko institusi, risiko manusia, dan risiko keuangan. Identifikasi dilakukan pada setiap unit di perusahaan, unit-unit pada Florist X dalam usaha penjualan produk karangan bunga diantaranya adalah unit produksi, unit pemasaran penjualan, unit pasar, unit SDM, dan unit keuangan. Untuk memperoleh informasi mengenai penyebab risiko dan kejadian-kejadian yang menyebabkan kerugian bagi pengambil keputusan, setiap unit berperan dalam mengidentifikasi risiko-risiko yang terjadi pada unit itu sendiri. Sumber risiko yang diidentifikasi pada usaha penjualan produk karangan bunga adalah kegiatan-kegiatan yang krusial bagi Florist X. Kegiatan yang memiliki nilai krusial adalah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Florist X dalam usahanya, bila tidak berjalan dengan baik maka produk karangan bunga tidak dapat diproduksi. Pada usaha penjualan produk karangan bunga terdapat beberapa risiko yang dihadapi di setiap unit pada Florist X, diantaranya adalah sebagai berikut:

6.1.1 Unit Produksi

Pada unit produksi dimulai dari proses pengadaan bahan baku, dan proses produksi dekorasi. Beberapa risiko yang terjadi pada unit produksi adalah sebagai berikut: 1. Risiko terjadi pada saat permintaan produk karangan bunga menurun, sedangkan kuantitas pasokan bahan baku dari petani atau pemasok kontinyu tiap minggunya sesuai perjanjian abodemen, hal ini akan mengakibatkan penimbunan pasokan bahan baku yang tidak terpakai dan menjadi busuk. Sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi florist. 2. Risiko lainnya terjadi pada saat permintaan pasar terhadap produk karangan bunga tinggi karena banyaknya acara, florist membutuhkan bahan baku lebih 57 banyak, sedangkan kuantitas pasokan bahan baku utama dari petani tetap sesuai perjanjian abodemen, hal ini menyebabkan kurangnya bahan baku sehingga beberapa permintaan tidak bisa terpenuhi atau terpaksa mencari pemasok atau petani lain dengan harga yang lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan adanya tambahan biaya yang tak terduga untuk membeli bahan baku dalam upaya melancarkan proses produksi. 3. Selain risiko di atas, risiko juga terjadi karena belum adanya sistem quality control yang baik dari petani pemasok bahan baku, sehingga menyebabkan pasokan bahan baku tidak 100 persen berkualitas baik dan memenuhi standar, akibatnya tidak semua bahan baku bisa terpakai dan membutuhkan penyortiran ulang bagi pihak florist, yang hasilnya hanya 75-90 persen yang berkualitas baik dan bisa digunakan. 4. Risiko juga terjadi apabila florist tidak dapat menangani bahan baku bunga potong dengan baik tiap harinya, maka dapat mengakibatkan bahan baku menjadi busuk dan tidak dapat terpakai. Oleh karena itu, florist membutuhkan manajemen penanganan bahan baku yang baik dan terstandardisasi agar bahan baku tetap terjaga kualitasnya. 5. Jika terjadi penumpukkan bahan baku, terpaksa bahan baku itu dibuang, karena biasanya bahan baku yang menumpuk mengakibatkan banyaknya bakteri pembusukan yang dapat menyebar ke bahan baku yang baru, sehingga dapat mengakibatkan pembusukkan massal.

6.1.2 Unit Pemasaran Penjualan