32 1.
Metode Poisson Metode Poisson digunakan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Ada
data historis tentang kejadian yang serupa sebelumnya, Datanya dalam bentuk diskrit data berangka bulat, dan Ada periode waktu ke depan yang
ditetapkan. 2.
Metode Binomial Metode Binomial diguanakan untuk mengetahui kemungkinan atau
probabilitas terjadinya risiko apabila menghadapi situasi-situasi sebagai berikut: Ada data historis tentang peristiwa yang terjadinya pada suatu lokasi,
Datanya dalam bentuk diskrit, dan Diketahui sesuai dengan data historis ada probabilitas berhasil dan gagal.
3. Metode Nilai Standar Z-score
Metode nilai standar Z-score digunakan apabila: Ada data historis, dan Data dalam bentuk kontinus.
4. Metode Aproksimasi
Metode Aproksimasi adalah cara untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko dengan cara menanyakan kira-kira berapa probabilitas dan dampak dari
suatu risiko kepada orang lain. Pengumpulan informasi pada metode ini dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara berikut ini: Expert opinion,
Consensus, atau Delphy.
3.1.5.3 Pemetaan Risiko
Hasil pengukuran risiko tersebut dapat dimasukkan ke dalam peta risiko Kountur,2008. Pemetaan risiko ini akan membantu memperlihatkan posisi risiko
yang dievaluasi dan membantu perusahaan untuk merancang tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko tersebut.
Menurut Kountur 2008 peta risiko ini dikelompokkan ke dalam empat kuadran dan alternatif penganannya, yaitu :
1. Dampak kecil dan probabilitas kecil kuadran 4 = low control
2. Dampak kecil dan probabilitas besar kuadran 2 = detect and monitor
3. Dampak besar dan probabilitas kecil kuadran 3 = monitor
4. Dampak besar dan probabilitas besar kuadran 1 = prevent at source
33 Probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang dari
suatu sumber risiko yang dapat merugikan perusahaan dan biasanya dihitung dalam satuan persentase , sedangkan dampak adalah jumlah kerugian yang
ditanggung perusahaan akibat terjadinya risiko tersebut.
3.1.5.4 Penanganan Risiko
Berdasarkan peta risiko kemudian dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi
penanganan risiko Kountur 2008 yaitu: 1.
Preventif; dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif
dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : 1 membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur 2 mengembangkan sumber daya manusia,
dan 3 memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2.
Mitigasi; strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko
Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi
mitigasi adalah: a
Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu kena musibah maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah
satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.
b Penggabungan
Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan
dengan pihak perusahaan lain, contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.
34 c
Pengalihan risiko Pengalihan risiko transfer of risk merupakan cara penanganan risiko
dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini
dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, autosourcing, dan hedging.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana memiliki karakteristik. Karakteristik penjualan terlihat pada jumlah permintaan
yang tidak menentu, karena bergantung dari banyak sedikitnya acara. Karakteristik lain adalah bentuk usaha penjualan produk karangan bunga yang
homogen antara satu florist dengan florist lainnya. Kesamaan usaha dapat terlihat dari jenis dan bentuk produk yang dijual, harga produk, status usaha, teknik
pemasaran, dan pasokan bahan baku dari masing-masing florist. Selain itu,
konsumen produk karangan bunga memiliki latar belakang ekonomi dan sosial tertentu, seperti pengusaha, kalangan pejabat, instansi baik negeri maupun swasta,
perusahaan, dan lain sebagainya. Karakteristik selanjutnya adalah bahan baku utama berupa bunga potong yang bersifat perishable serta adanya sistem
perjanjian abodemen, untuk itu perlu penanganan khusus dalam merawat bahan baku agar kualitasnya tetap terjaga.
Studi kasus dalam penelitian ini adalah Florist X yang merupakan florist yang berdiri paling lama sejak tahun 1970 di Pasar bunga Wastukencana. Dari
beberapa karakteristik di atas, usaha penjualan produk karangan bunga memiliki risiko. Langkah awal dalam menganalisis risiko pada Florist X adalah dengan
mengidentifikasi risiko-risiko yang terjadi pada aktivitas di setiap unit di dalam perusahaan tersebut. Mulai dari unit produksi, unit pemasaran penjualan, unit
pasar, unit SDM, dan unit keuangan. Salah satu risiko yang paling besar pada Florist X terjadi pada bahan baku utama yaitu bunga potong segar Crysant,
Gladiol, Suyok, Dahlia, Hebras, Rose, dan Baby Aster. Penggunaan bahan baku yang ideal adalah sebesar 100 ikat setiap periode pengiriman, namun dalam
kenyataanya penggunaan bahan baku bisa lebih kecil atau lebih besar dari 100 ikat jumlah pasokan bahan baku tiap periode pengirimannya. Keadaan ini