69
Probabilitas
Besar 20
Kecil
Kecil Rp 120.000 Besar
Dampak Rp Gambar 12
. Hasil Pemetaan Risiko Bahan Baku Hasil pemetaan menunjukkan bahwa risiko bahan baku pada usaha
penjualan produk karangan bunga pada Florist X terdapat pada kuadran I. Artinya bahwa risiko bahan baku memiliki kemungkinan terjadinya risiko
probabilitas dan dampak yang besar bagi perusahaan. Risiko bahan baku memiliki nilai probabilitas sebesar 52,6 persen dan dampak sebesar Rp
200.220,515. Risiko yang telah dipetakan akan ditindaklanjuti dengan penanganan risiko untuk mengubah posisi risiko pada kondisi minim akan
kerugian.
6.4 Strategi Penanganan Risiko
Perusahaan dapat melakukan strategi dalam penanganan risiko yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Pada umunya
cara untuk menangani risiko, dilakukan dengan dua cara, antara lain: penghindaran risiko preventif dan mengurangi terjadinya risiko mitigasi.
Beberapa strategi preventif yang secara umum dilakukan oleh florist dalam mengatasi sumber-sumber risiko adalah sebagai berikut:
Kuadran 2 Kuadran 1
Risiko Bahan Baku
Kuadran 4 Kuadran 3
70 A. Penghindaran Risiko Preventif
Preventif dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II adalah risiko yang probabilitas atau kemungkinan
terjadinya besar, dengan demikian strategi untuk menangani risiko-risiko pada kuadran I dan II adalah strategi preventif. Strategi preventif akan membuat
sedemikian rupa sehingga risiko-risiko yang berada pada kuadran I bergeser ke kuadran III dan risiko-risiko yang berada pada kuadran II bergeser ke kuadran IV.
Berikut sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran I dan II: 1.
Risiko terjadi pada saat permintaan menurun, hal ini akan mengakibatkan penimbunan pasokan bahan baku yang tidak terpakai dan menjadi busuk.
2. Risiko lainnya terjadi pada saat permintaan pasar terhadap produk karangan
bunga tinggi, kebutuhan bahan baku akan lebih banyak, hal ini menyebabkan kurangnya bahan baku sehingga beberapa permintaan tidak bisa terpenuhi
atau terpaksa mencari pemasok atau petani lain dengan harga yang lebih tinggi dua kali lipat.
3. Belum adanya sistem quality control yang baik dari petani pemasok bahan
baku, sehingga hasilnya hanya 75-90 persen bahan baku yang bisa digunakan.
4. Jika tidak dapat menangani bahan baku bunga potong dengan baik tiap
harinya, maka dapat mengakibatkan bahan baku menjadi busuk dan tidak dapat terpakai.
5. Jika terjadi penumpukkan bahan baku akan mengakibatkan banyaknya bakteri
pembusukan yang dapat menyebar ke bahan baku yang baru, sehingga dapat mengakibatkan pembusukkan massal.
6. Keberadaan Pasar Bunga Tegalega memberi dampak yang cukup besar bagi
Pasar Bunga Wastukencana. 7.
Risiko juga terjadi pada beberapa florist di Pasar bunga Wastukencana yang pemasarannya belum menggunakan website.
8. Beberapa karyawan tidak selalu ada di tempat, baik saat ada poses produksi,
maupun tidak ada proses produksi. 9.
Belum adanya jobdesk yang jelas untuk masing-masing karyawan
71 Strategi preventif yang dilakukan Florist X terhadap sumber-sumber risiko
di atas antara lain: 1.
Memperbaiki sistem pasokan bahan baku abodemen Sistem pasokan bahan baku florist-florist di PBW adalah menggunakan
sistem abodemen. Sistem abodemen merupakan suatu kesepakatan bersama antara pemilik florist dengan pemasokpetani mengenai pengadaan bahan
baku bunga potong dalam kurun waktu, harga dan jumlah tertentu yang bersifat tetap dan kontinyu. Pengiriman bahan baku dilakukan dua periode
dalam seminggu. Periode abodemen yang disepakati oleh pihak florist dan pemasok terbagi menjadi dua kali periode, yakni Periode I dan Periode II
dalam satu minggunya; Periode I; Rabu, Kamis, dan Jumat dengan pengiriman barang terjadi pada hari Selasa, sedangkan Periode II; Sabtu,
Minggu, Senin, dan Selasa dengan pengiriman barang terjadi pada hari Jumat. Jumlah pengiriman bahan baku setiap periodenya sebanyak 100 ikat bunga
potong Crysant, Gladiol, Suyok, Daun Potong dan Baby Aster. Perbaikan sistem abodemen yang dilakukan adalah dari sisi waktu dan
kuantitasnya. Perbaikan dari sisi waktu pengiriman adalah pasokan dilakukan tiap hari dengan penyesuaian kuantitas pasokan bahan baku setiap
pengirimannya, yaitu menghapus perjanjian tentang 100 ikat per pengiriman. Penyesuaian ini dilakukan dengan memesan kuantitas bahan baku sesuai
dengan kebutuhan florist setiap harinya, sehingga bahan baku tidak banyak bersisa.
Florist harus dapat memperkirakan berapa bahan baku yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan pesanan pada hari itu juga.
Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peramalan terhadap penjualan periode berikutnya.
Penjualan produk karangan bunga mengandung unsur ketidakpastian, agar pemesanan bahan baku terencana
dengan baik maka pola dari penjualan harus diidentifikasi. Identifikasi kebutuhan bahan baku pada periode-periode mendatang dapat diketahui
dengan menghubungkan data penjualan selama satu tahun yang lalu dengan data penggunaan bahan bakunya, kemudian menganalisis penyebab dari naik
turunnya permintaan. Selama satu tahun diperoleh data sebagai berikut.
72
Tabel 10. Data Penjualan dan Pemakaian Bahan Baku Florist X dari Agustus
2009-Juli 2010
Bulan Penjualan
Rp Pemakaian
Bahan Baku
Ikat Bulan Islam
Status Permintaan
Keterangan
Agust-09 15.035.000
248 Syaban-Ramadhan
Tinggi HUT RI
Sep-09 6.495.000
143 Ramadhan-Syawal
Sedang Okt-09
14.885.000 192
Syawal-Dzulqaidah Tinggi
Ultah Bandung Nop-09
6.320.000 102
Dzulqaidah-Dzulhijjah Sedang
Des-09 2.700.000
42 Dzulhijjah-Muharram
Rendah Jan-10
5.540.000 82
Muharram-Shafar Rendah
Feb-10 1.715.000
28 Shafar-Rabiul Awal
Rendah Tidak bagus untuk
perkawinanperayaan acara
Mar-10 3.050.000
46 Rabiul Awal-Rabiul Akhir
Rendah Apr-10
5.650.000 86
Rabiul Akhir-Jumadil Awal Rendah
Mei-10 33.350.000
802 Jumadil Awal-Jumadil Akhir
Tinggi Perkawinan
Jun-10 45.825.000
806 Jumadil Akhir-Rajab
Tinggi Perkawinan
Jul-10 56.300.000
863 Rajab-Syaban
Tinggi Perkawinan
Berdasarkan data yang tersedia di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada bulan Mei sampai Agustus, permintaan cenderung tinggi. Dalam sistem
kalender Islam, bulam Mei sampai bulan Agustus jatuh pada bulan Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, dan Syaban. Pada bulan-bulan Islam tersebut, banyak
terjadi perayaan atau acara perkawinan, hal ini dikarenakan pada bulan bulan Islam tersebut sangat dianjurkan untuk sebuah pesta perkawinan dan perayaan
lainnya, atau orang awam menyebutnya sebagai bulan baik untuk sebuah perayaan. Pada bulan Agustus sendiri adalah terdapat perayaan HUT RI, oleh
karena itu, permintaan pada keempat bulan tersebut, dari Mei sampai Agustus cenderung meningkat. Selain keempat bulan berturut-turut itu, pada bulan
Oktober terdapat perayaan hari ulang tahun Kota Bandung, sehingga permintaan pada bulan tersebut juga tinggi.
Penurunan permintaan terjadi pada bulan Desember, Januari, Februari, dan April. Dalam sistem kalender Islam, bulan-bulan tersebut masuk dalam bulan
Dzulhijjah, Muharram, Shafar, Rabiul Awal dan Rabiul Akhir. Pada bulan-bulan Islam tersebut cenderung tidak banyak perayaan atau acara, sehingga permintaan
rendah. Pada Bulan Shafar terutama, masyarakat awam menyebutnya sebagai bulan yang kurang baik untuk sebuah perayaan terutama acara perkawinan,
sehingga permintaan pada bulan Shafar menurun drastis.
73 Secara historis, Florist X dapat melakukan peramalan penjualan untuk
periode-periode berikutnya, sehingga dapat diturunkan dalam kebutuhan bahan baku periode berikutnya, sehingga pemesanan bahan baku dapat diantisipasi agar
tidak bersisa maupun kekurangan bahan baku secara berlebihan. Dari keterangan di atas, Florist X mampu mengidentifikasi penyebab dari tinggi rendahnya
permintaan pada bulan-bulan tertentu, sehingga Florist X akan mampu memperkirakan kebutuhan bahan baku pada setiap bulannya berdasarkan data dan
kesimpulan dari Tabel 13. Hal ini akan mempermudah florist dalam melakukan perubahan terhadap perjanjian abodemen dalam hal jumlah bahan baku yang
dipesan. Dalam penelitian ini hanya tersedia data penjualan selama satu tahun kebelakang, sehingga data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan tidak
memenuhi syarat peramalan secara kuantitatif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini strategi peramalan hanya bersifat kualitatif.
2. Strategi berikutnya adalah dengan melakukan penanganan yang baik dan
tepat dalam menjaga kesegaran dan kualitas bahan baku bunga potong, yaitu:
a. Membuat tempat dan ruangan penyimpanan bahan baku yang baik dan
memenuhi standar. b.
Simpan dalam suhu normal dan konstan; simpan bunga dalam suhu 7-10 derajat Celcius atau 15-17 derajat Celcius.
c. Hindari dari sinar matahari langsung.
d. Tidak menyemprotkan air dalam bunga; penyemprotan air pada bunga
akan membuat bunga cepat layu dan daya tahanhanya hanya satu hari. e.
Memotong tangkai bawah 1 cm setiap hari; Saat bunga disimpan dalam wadah berisi air, tangkai paling bawah akan menyerap air, semakin lama
disimpan dalam wadah, bunga akan menyerap lebih banyak air. Memotong 1 cm tangkai bawah setiap hari, akan membuat bunga tidak
kebanyakan air. f.
Mengatur volume air dalam wadah; air dalam wadah bunga sebaiknya diisi setinggi 2 cm dari tangkai paling bawah dan mengganti air setiap 1-
2 hari.
74 g.
Memberi zat preservatif atau penyegar bunga; larutan penyegar bunga berisi nutrisi yang dilarutkan dalam air. Penyegar umumnya berisi nutrisi
glukosa, sukrosa atau gula pasir dan antimikroba hidrokuinon, phisan, perak nitrat, hidrokuinolin sulfat, hidrokuinolin sitrat atau perak
tiosulfat dan penambahan asam sitrat digunakan untuk mengasamkan larutan agar penyerapan lebih mudah dan bersifat antiseptik.
h. Riset baru menemukan bahwa, potongan tanaman yang disemprot dengan
senyawa sintetik, Thidiazuron atau TDZ akan bertahan lebih lama dalam beberapa hari.
3. Mengembangkan sumber daya manusia
Karyawan merupakan salah satu kunci keberhasilan pada suatu usaha. Wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan sangat dibutuhkan untuk menunjang
kompetensi karyawan SDM. Oleh karena itu, pembinaan SDM pada karyawan di Florist X sangat dibutuhkan. Salah satu cara untuk
mengembangkan SDM adalah dengan melakukan pelatihan-pelatihan, baik pelatihan on-the-job ataupun pelatihan eksternal. Hal ini sangat bagus untuk
merangsang karyawan agar memiliki tanggung jawab yang besar pada pekerjaanya dan lebih kreatif.
4. Memasang dan memperbaiki fasilitas fisik
Penggunaan website dalam mendukung penjualan dan pemasaran Florist X sangat dibutuhkan. Hal ini agar dapat menjaring konsumen yang lebih
banyak lagi, sehingga promosi tidak hanya dilakukan di dalam pasar saja melainkan dapat dilakukan pada lingkup yang lebih luas.
5. Membuat jobdesk yang jelas untuk masing-masing karyawan agar tugas dari
masing-masing karyawan dapat dipertanggungjawabkan. Proses identifikasi terhadap sumber-sumber risiko yang kemudian
dilanjutkan dengan pemetaan sumber risiko. Proses penanganan risiko berupa strategi preventif penghindaran risiko yang telah dijelaskan di atas. Hal ini akan
dilanjutkan dengan mengelompokkan strategi penanganan risiko berdasarkan kuadran sumber risiko pada peta risiko berikut ini Gambar 13.
75
Probabilitas
Besar
Kecil
Kecil Besar
Dampak Rp Gambar 13
. Strategi Preventif Risiko Strategi pereventif dilakukan untuk sumber-sumber risiko yang berada
pada kuadran I dan II. Penghindaran terhadap risiko yang terdapat pada kuadran I adalah penanganan pada kejadian-kejadian dengan probabilitas dan dampak besar.
Penanganan preventif yang dilakukan berupa memperbaiki sistem pasokan bahan baku abodemen serta meramalkan penggunaan bahan baku untuk periode
mendatang, melakukan penanganan yang baik dan tepat dalam menjaga kesegaran dan kualitas bahan baku, dan melakukan kerjasama dengan florist-florist yang lain
dalam mengatasi kelebihan bahan baku. Strategi ini akan menggeser posisi
kelompok kuadran I menuju kuadran III. Pada kuadran III digambarkan adanya dampak besar dan probabilitas kecil. Kejadian berisiko merugikan yang awalnya
memiliki probabilitas besar akan menjadi kecil. Penghindaran terhadap risiko yang terdapat pada kuadran II adalah
penanganan pada kejadian-kejadian dengan probabilitas besar dan dampak kecil. Penanganan preventif yang dilakukan berupa mengembangkan sumber daya
manusia serta memasang dan memperbaiki fasilitas fisik serta membuat jobdesk yang jelas untuk masing-masing karyawan. Strategi ini akan menggeser posisi
kelompok kuadran II menuju kuadran IV. Pada kuadran IV digambarkan adanya
Kuadran 2
1. Mengembangkan
sumber daya manusia
2. Memasang
dan memperbaiki fasilitas fisik
website 3.
Membuat jobdesk
untuk masing-masing karyawan
Kuadran 1
1. Menyesuaikan sistem pasokan
bahan baku abodemen serta meramalkan pemakaian bahan
baku untuk periode mendatang 2. Melakukan
penanganan yang
baik dan tepat dalam menjaga kesegaran dan kualitas bahan
baku
Kuadran 4 Kuadran 3
76 probabilitas kecil dan dampak kecil. Sehingga kejadian berisiko merugikan yang
awalnya memiliki probabilitas besar akan menjadi kecil. B. Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi adalah cara yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko. Sumber-sumber risiko yang berada
pada kuadran I dan III dimana dampak risikonya besar maka dilakukan cara mitigasi.
Sumber risiko pada kuadran I tidak hanya menggunakan strategi preventif tetapi juga menggunakan mitigasi.
Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran I dapat bergeser ke kuadran II dengan dampak yang
lebih kecil dan risiko-risiko yang berada pada kuadran III dapat bergeser pada kuadran IV dengan dampak yang kecil juga. Dengan demikian, strategi mitigasi
adalah strategi penanganan risiko apabila dampak risiko sangat besar. Berikut sumber-sumber risiko yang berada pada kaudaran I dan III:
1. Risiko terjadi pada saat permintaan menurun, hal ini akan mengakibatkan
penimbunan pasokan bahan baku yang tidak terpakai dan menjadi busuk. 2.
Risiko lainnya terjadi pada saat permintaan pasar terhadap produk karangan bunga tinggi, kebutuhan bahan baku akan lebih banyak, hal ini menyebabkan
kurangnya bahan baku sehingga beberapa permintaan tidak bisa terpenuhi atau terpaksa mencari pemasok atau petani lain dengan harga yang lebih
tinggi dua kali lipat. 3.
Belum adanya sistem quality control yang baik dari petani pemasok bahan baku, sehingga hasilnya hanya 75-90 persen bahan baku yang bisa
digunakan. 4.
Jika tidak dapat menangani bahan baku bunga potong dengan baik tiap harinya, maka dapat mengakibatkan bahan baku menjadi busuk dan tidak
dapat terpakai. 5.
Jika terjadi penumpukkan bahan baku akan mengakibatkan banyaknya bakteri pembusukan yang dapat menyebar ke bahan baku yang baru, sehingga dapat
mengakibatkan pembusukkan massal. 6.
Pada saat terjadi piutang, pihak florist kadang harus menunggu satu sampai dua minggu untuk menerima pembayaran pesanan dari konsumen atau
pelanggan.
77 7.
Keteledoran karyawan yang tidak menanyakan keterangan lengkap dari si konsumen atau pemesan. Hal ini menyebabkan beberapa pesanan di batalkan
secara sepihak. 8.
Besar biaya HGU adalah 50 juta per 20 tahun untuk setiap florist, biaya ini harus dibayarkan di awal pendirian usaha dan diperbaharui setiap 20 tahun
sekali. Strategi mitigasi yang dilakukan Florist X terhadap sumber-sumber risiko
di atas antara lain: 1.
Strategi mitigasi dalam menangani bahan baku adalah melakukan kerjasama dengan florist-florist yang lain dalam mengatasi kelebihan bahan baku,
caranya adalah dengan menawarkan kelebihan bahan baku untuk digunakan oleh florist lain sebagai pasokannya. Dengan kata lain antar florist saling
bekerjasama dalam hal bahan baku yang berlebih atau kekurangan. Apabila florist yang satu kekurangan bahan baku, maka florist lainnya akan
mensupplai bahan baku yang dimiliki dan tidak terpakai dalam proses produksinya. Begitu juga sebaliknya pada saat terjadi kelebihan bahan baku.
Startegi ini disebut sebagai strategi pengalihan risiko. 2.
Melakukan penggabungan dengan beberapa florist dalam pemesanan bahan baku dari pemasok bahan baku, sehingga risiko bahan baku yang berlebih
dapat diantisipasi kualitas dan kuantitasnya. 3.
Melakukan diversifikasi usaha, diantaranya dengan menciptakan unit usaha sendiri yang melakukan penjualan bunga secara eceran dan juga bentuk
buket, dengan kata lain memperbanyak jenis dan bentuk produk. 4.
Kontrak dengan Koperasi Pasar Bunga Wastukencana dalam hal bantuan pinjaman modal. Koperasi ini bergerak dalam usaha simpan pinjam dan
pengadaan bahan baku penunjang bagi kegiatan florist di PBW. 5.
Penggunaan bunga dari kertas sebagai pengganti sementara untuk bunga potong apabila terjadi kelangkaan pada bunga potong. Bunga kertas ini
berfungsi sebagai pembentuk huruf-huruf pada papan bunga yang pemakaiannya cukup banyak dalam satu papan bunga. Bunga kertas atau
biasa disebut dengan suyok kertas yang dipasok dari Surabaya sebagai alternatif apabila bunga potong tidak tersedia.
78 6.
Meningkatkan tanggungjawab kerja dan ketrampilan melalui briefing setiap hari dan pembagian jobdesk yang jelas.
7. Pada saat pemesanan, konsumen membayar uang muka sebesar 30-50 persen
dari harga produk, hal ini untuk memperkecil risiko piutang tak tertagih. Proses identifikasi terhadap sumber-sumber risiko yang kemudian
dilanjutkan dengan pemetaan sumber risiko dalam strategi mitigasi. Proses penanganan risiko berupa strategi mitigasi risiko yang telah dijelaskan di atas.
Hal ini akan dilanjutkan dengan mengelompokkan strategi penanganan risiko berdasarkan kuadran sumber risiko pada peta risiko berikut ini Gambar 14.
Probabilitas
Besar
Kecil
Kecil Besar
Dampak Rp Gambar 14
. Strategi Mitigasi Risiko
Kuadran 2 Kuadran 1
1. Melakukan kerjasama dengan florist-florist
yang lain dalam mengatasi kelebihan bahan baku
2. Melakukan penggabungan dengan beberapa florist dalam pemesanan bahan baku dari
pemasok bahan baku 3. Melakukan diversifikasi usaha, diantaranya
dengan menciptakan unit usaha sendiri yang melakukan penjualan bunga secara eceran dan
juga bentuk buket 4. Penggunaan
bunga dari
kertas sebagai
pengganti sementara untuk bunga potong apabila terjadi kelangkaan pada bunga potong
Kuadran 4 Kuadran 3
1. Kontrak dengan Koppas Bunga Wastukencana dalam hal bantuan pinjaman modal.
2. Meningkatkan tanggungjawab
kerja dan
ketampilan melalui briefing dan jobdesk yang jelas
3. Pada saat pemesanan, konsumen membayar uang muka sebesar 30-50 persen dari harga
produk, hal ini untuk memperkecil risiko piutang tak tertagih
79 Strategi
penanganan risiko
dengan mitigasi
bertujuan untuk
mengendalikan risiko-risiko merugikan dengan dampak besar. Strategi mitigasi dilakukan untuk sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran I dan III.
Strategi mitigasi terhadap risiko yang terdapat pada kuadran I adalah penanganan pada kejadian-kejadian dengan probabilitas dan dampak besar. Penanganan
mitigasi yang dilakukan berupa melakukan kerjasama dengan florist-florist yang lain dalam mengatasi kelebihan bahan baku, melakukan penggabungan dengan
beberapa florist dalam pemesanan bahan baku dengan pemasok bahan baku, melakukan diversifikasi usaha, diantaranya dengan menciptakan unit usaha
sendiri yang melakukan penjualan bunga secara eceran dan juga bentuk buket, dan penggunaan bunga dari kertas sebagai pengganti sementara untuk bunga potong
apabila terjadi kelangkaan pada bunga potong. Strategi ini akan menggeser posisi kelompok kuadran I menuju kuadran II. Pada kuadran II digambarkan memiliki
probabilitas besar dan dampak kecil. Kejadian berisiko merugikan yang awalnya memiliki dampak besar akan berubah menjadi kecil.
Strategi mitigasi terhadap risiko yang terdapat pada kuadran III adalah penanganan pada kejadian-kejadian dengan probabilitas kecil dan dampak besar.
Penanganan mitigasi yang dilakukan berupa melakukan kontrak dengan Koppas Bunga Wastukencana dalam hal bantuan pinjaman modal, meningkatkan
tanggungjawab kerja dan ketampilan melalui briefing dan jobdesk yang jelas, dan pada saat pemesanan, konsumen membayar uang muka sebesar 30-50 persen dari
harga produk, hal ini untuk memperkecil risiko piutang tak tertagih. Strategi ini akan menggeser posisi kelompok kuadran III menuju kuadran IV. Pada kuadran
IV digambarkan adanya probabilitas kecil dan dampak kecil. Sehingga kejadian berisiko merugikan yang awalnya memiliki dampak besar akan menjadi kecil.
Tindakan preventif dan mitigasi risiko oleh Florist X dapat dilengkapi dengan alternatif strategi penanganan risiko. Alternatif strategi yang dapat
digunakan oleh Florist X untuk penanganan risiko terdapat pada Gambar 15.
80
Probabilitas
Besar
20
Kecil Kecil
Rp 120.000 Besar
Dampak Rp Gambar 15
. Alternatif Strategi Penanganan Risiko pada Florist X Pada kuadran I terdapat sumber risiko yang paling krusial dengan dampak
dan probabilitas besar, sehingga harus dilakukan strategi Prevent at Source. Florist X harus selalu mencatat kebutuhan dan pemakaian bahan baku setiap
harinya dan selanjutnya menyesuaikan pesanan pada pihak pemasok, sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap kelebihan ataupun kekurangan bahan baku
serta melakukan penanganan yang tepat untuk terjaganya kualitas bahan baku. Penanganan bahan baku dari sisi kualitas dengan melakukan quality control yang
baik, agar bahan baku yang ada dapat terhindar dari risiko rusak dan pembusukan Pada kuadran II terdapat risiko yang menyebabkan dampak besar apabila terjadi
pada Florist X. Strategi yang dilakukan adalah dengan Detect and Monitor.
Penanganannya adalah dengan melakukan deteksi dan monitoring terhadap kualitas karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Memperjelas jobdesk masing-
masing karyawan sehingga tidak terjadi penumpukan pekerjaan.
Kuadran 2
Karyawan tidak selalu ada di tempat
Persaingan dengan
PB Tegalega
Pemasaran yang kurang efektif Belum adanya jobdesk yang
jelas
Detect and monitor
Kuadran 1
Pemakaian bahan baku
yang tidak menentu
Penenganan bahan baku yang belum maksimal
Belum adanya sistem quality control
pada pasoakan bahan baku
Prevent at source
Kuadran 4
Teknik pemasaran yang masih konvensional
Monopoli bahan
baku penunjang oleh PBW
Adanya retribusi harian dari PBW
Low control
Kuadran 3
Piutang tak tertagih Keteledoran karyawan
Biaya HGU dibayarkan di awal pendirian usaha dan diperbaharui
setiap 20 tahun sekali
Monitor
81 Pada kuadran III yang memiliki probabilitas kecil dan dampak yang besar
harus dilakukan monitoring atau pengawasan terhadap tugas yang diemban masing-masing karyawan, peneguran dilakukan apabila karyawan menyalahi
aturan kerja. Untuk piutang tak tertagih, dilakukan persyaratan pembelian dengan membayar uang muka sebesar 30-50 persen dari harga produk, sehingga dapat
meminimalisir risiko piutang tak tertagih. Pengawasan yang rendah dilakukan pada risiko yang memiliki dampak dan probabilitas kecil yang terjadi pada
kuadran IV yaitu mengenai teknik pemasaran yang masih konvensional dan cenderung jarang melakukan terobosan atau ide-ide baru dalam pemasaran produk
karangan bunga sehingga Florist X harus melakukan pembaruan terhadap teknik pemasaran, misalnya dengan memasang website atau bergabung dalam milis-milis
promosi produk Yahoo, Facebook, Kaskus, dan lain-lain dalam mengiklankan produknya secara luas agar terjadi peningkatan terhadap penjualan.
Dengan alternatif strategi yang dilakukan, Florist X dapat menghindari dan melakukan
penanganan terhadap kejadian-kejadian merugikan tersebut.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Identifikasi sumber risiko yang dilakukan pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana ditemukan beberapa risiko yang
krusial diantaranya adalah pemakaian bahan baku yang tidak menentu, penanganan bahan baku yang belum maksimal, belum adanya sistem quality
control yang baik dari petani pemasok bahan baku, teknik pemasaran yang kurang efektif, keteledoran karyawan, dan belum adanya jobdesk yang jelas bagi
karyawan, serta piutang tak tertagih. Identifikasi dilakukan pada setiap unit usaha yang terdapat pada florist, yaitu: unit produksi, unit pemasaran penjualan, unit
pasar, unit SDM, dan unit keuangan. Pengukuran risiko menggunakan analisis probabilitas dan dampak.
Pengukuran terbagi menjadi dua, yaitu pengukuran yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran yang bersifat kuantitas dilakukan dengan menggunakan
Metode Nilai Standar Z-score dan Value at Risk. Sedangkan pengukuran yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan Metode Aproksimasi, yaitu
dengan menggunakan Expert Opinion. Untuk risiko bahan baku, pengukuran nilai probabilitas dan dampak risiko dilakukan dengan pengukuran yang bersifat
kuantitatif selama 18 periode dari bulan Juli sampai Agustus 2010. Nilai
probabilitas penggunaan bahan baku yang lebih kecil dari 80 ikat dan lebih besar dari 120 ikat pada Florist X dengan menggunakan metode Z-score adalah 52,6
persen. Sedangkan dampak risiko yang dialami Florist X dengan menggunakan metode Value at Risk adalah sebesar Rp 200.220,515.
Strategi penanganan risiko yang dilakukan terbagi menjadu dua, yaitu: preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk sumber risiko yang
berada pada kuadran I dan II. Strategi mitigasi diakukan untuk sumber risiko yang berada pada kuadran I dan III.
Penganganan preventif bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko.
Penanganan preventif yang dilakukan berupa memperbaiki sistem pasokan bahan baku abodemen, strategi yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan peramalan terhadap penjualan periode berikutnya. Identifikasi kebutuhan bahan baku pada periode-periode mendatang