Definisi dan Peran Florist Penelitian Terdahulu

16

2.4 Definisi dan Peran Florist

Menurut Soekartawi dalam Syarif 2005 florist adalah orang yang aktif menggeluti bidang usaha bunga dan dapat berupa pengusaha atau perangkai bunga. Florist dikategorikan sebagai pedagang pengecer karena merupakan mata rantai terakhir yang menghubungkan produsen tanaman hias dan bunga potong dengan konsumennya. Peranan pedagang pengecer dalam konteks pemasaran komoditas bunga potong sangatlah strategis, yaitu mempercepat penyampaian produk ke konsumen. Sesuai dengan sifatnya yang sangat mudah rusak perishable maka pemanfaatan bunga potong oleh konsumen diupayakan secepat mungkin agar masa penggunaan menjadi cukup lama. Florist dalam kegiatan usahanya lebih banyak menggunakan kios atau toko untuk memasarkan produknya. Produk-produk florist diantaranya berupa papan bunga ucapan stik, buket meja, buket besar pakai kaki, standing flower krans, mobil hias, dan dekorasi taman serta juga melayani pembelian eceran per tangkai. Nilai tambah produk bunga potong yang didapatkan florist cukup besar, karena dengan mengolah atau mengubah bunga potong menjadi beberapa produk yang dirangkai menarik sebagai hiasan ataupun ucapan Syarif 2005.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang diperlukan untuk penelitian analisis risiko penjualan produk-produk karangan bunga di Florist X adalah penelitian yang berhubungan dengan manajemen risiko dan florist. Oleh karena itu, beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kedua topik tersebut diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Arfah 2009, Lubis 2009, Safitri 2009, Tarigan 2009, dan Wisdya 2009. Persamaan dengan penelitian ini adalah terletak pada topik tanaman hias pada penelitian Arfah 2009, Safitri 2009, dan Wisdya 2009. Sedangkan alat analisis yang dipakai sama dengan penelitian Lubis 2009 yaitu Z-score yang digunakan untuk menentukan probabilitas dan Value at Risk untuk menentukan dampak risiko. Sedangkan perbedaanya adalah terletak pada risiko yang dianalisis. Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya penelitian mengenai risiko. Penelitian ini menganalisis risiko usaha 17 dari penjualan produk karangan bunga dari florist-florist yang terdapat di Pasar Bunga Wastukencana. Arfah 2009 menganalisis tentang risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini adalah mengenai anggrek Phalaenopsis dan bagaimana risiko penjualannya. Analisis data yang digunakan adalah dengan menghitung expected return, ragam variance, simpangan baku standard deviation, dan koefisien variasi coefficient variance pada kegiatan spesialisasi dan analisis pendapatan, selain itu juga menggunakan analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis manajemen risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan spesialisasi berdasarkan realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal dan ekspor diperoleh risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0,114832332 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,114832332. Sedangkan risiko yang terendah adalah pada pasar lokal sebesar 0,099549102 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,099549102. Hal ini dikarenakan penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanaman serta kerusakan mekanis dibandingkan dengan pasar lokal. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang tertinggi yaitu pasar lokal sebesar 0,249112134 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,249112134. Sedangkan yang terendah adalah pasar ekspor yaitu 0,170427671 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,170427671. Hal ini dikarenakan perbedaan harga yang terjadi dan biaya yang dikeluarkan untuk pasar lokal relatif besar meskipun realisasi penjualannya tinggi. Alternatif manajemen risiko dalam mengatasi risiko penjualan anggrek Phalaenopsis yaitu dengan melakukan peningkatan teknologi pengaturan cahaya green house, penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen, penerapan sistem SOP standar operasional terhadap kebijakan mutu produk, serta menciptakan fungsi- fungsi manajemen yang terarah dengan baik. 18 Lubis 2009 menganalisis manajemen risiko produksi dan penerimaan Padi Semi Organik studi kasus Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi dan risiko penerimaan, menganalisis dampak risiko, serta menganalisis strategi penanganan risiko pada Gapoktan Silih Asih. Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan alat analisis sekuen, identifikasi sumber- sumber risiko dan teknik pendukung lainnya, dengan alat analisis ini akan diperoleh daftar risiko yang akan digunakan untuk mengetahui ukuran risiko dan kemudian dilanjutkan untuk mengetahui status risiko dan peta risiko. Analisis selanjutya adalah analisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi padi semi organik. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar yang dikenal dengan analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk VaR. Analisis dilakukan menggunakan data produksi dan harga produk. Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko penerimaan memiliki dampak besar dan probabilitas kecil, sedangkan rsisiko produksi memiliki probabilitas dan dampak yang besar. Strategi penanganan risiko diklasifikasikan pada dua kelompok yaitu preventif penghindaran risiko dan mitigasi pencegahan risiko. Alternatif penanganan risiko penerimaan adalah monitor, sedangkan untuk kerugian produksi dengan prevent at source. Monitor akan menurunkan tingkat risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit maupun adanya kecelakaan kerja. Prevent at source ditujukan untuk mengurangi risiko penggunaan pupuk kimia dan pengaturan musim tanam sesuai dengan iklim. Safitri 2009 menganalisis risiko produksi daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh PT PDMA dan menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi daun potong di PT PDMA. Produk yang dikaji adalah daun potong jenis Asparagus bintang dan Philodendron marble. Hal ini disebabkan karena jenis tersebut merupakan komoditas unggulan perusahaan dan banyaknya permintaan, selain itu luasan lahan yang diusahakan untuk komoditas ini lebih besar daripada jenis yang lain. Data yang digunakan adalah data 19 produksi dari tahun 2007-2008. Penelitian ini difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif yang digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Hasil analisis risiko menunjukkan adanya risiko produksi pada usaha daun potong. Adanya risiko produksi disebabkan oleh faktor iklim atau cuaca, tingkat kesuburan lahan serta serangan hama penyakit. Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh dari Asparagus bintang dan Philodendron marble. Philodendron marble mempunyai nilai variance yang lebih tinggi dibandingkan dengan Asparagus bintang yaitu 0.48. Demikian halnya dengan nilai standart deviation pada Philodendron marble mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan Asparagus bintang yaitu 0.69. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan Expected return. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa Asparagus bintang mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan Philodendron marble. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu satuan yang dihasilkan ternyata Philodendron marble menghadapi risiko produksi yang lebih tinggi dibandingkan Asparagus bintang. Berdasarkan informasi di atas terlihat bahwa Asparagus bintang memiliki risiko produksi paling tinggi berdasarkan pendapatan bersih dibandingkan dengan Philodendron marble. PT Pesona Daun Mas Asri melakukan diversifikasi dari beberapa kegiatan usahanya yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dengan melakukan diversifikasi Asparagus bintang dan Philodendron marble, ternyata lebih rendah jika dibandingkan risiko produksi tunggal yaitu produksi Asparagus bintang atau Philodendron marble. Strategi yang dilakukan oleh PT PDMA untuk dapat mengatasi risiko yang ada yaitu dengan diversifikasi dan pola kemitraan. Tarigan 2009 menganalisis tentang risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis risiko produksi dalam pengelolaan sayuran organik pada kegiatan 20 spesialisasi dan diversifikasi dan juga menganalisis alternatif dalam mengatasi risiko produksi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan expected return. Risiko produksi diukur berdasarkan penilaian hasil perhitungan variance, standard deviation, dan coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting. Sedangkan komoditas yang dianalisis pada portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksiberdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0,225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0,048. Hal ini dikarenakan bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting yaitu 0,80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0,16. Hal ini dikarenakan penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi Permata Hati Organic Farm dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu, diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Sealin itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input serta perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi- fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Wisdya 2009 menganalisis risiko Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi Anggrek Phalaenopsis pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi menggunakan bibit mericlone dan seedling, selain itu tujuan lainnya adalah menganalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi Anggrek 21 tersebut. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan dan data sekunder yang diperoleh dari PT EGF yang meliputi luas lahan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi berlangsung, jumlah produksi serta data pendukung lainnya. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan Variance, Standard deviation, dan Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah tanaman Anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan tanaman Anggrek teknik mericlone, sedangkan kegiatan portofolio adalah tanaman Anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tanaman Anggrek menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko yang paling tinggi adalah tanaman Anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,078. Anggrek teknik seedling sangat rentan terjadi reject yang dikategorikan ke dalam adanya mutan, serangan hama penyakit dan kerusakan mekanis dibandingkan dengan tanaman Anggrek teknik mericlone, karena tanaman Anggrek dengan teknik seedling memiliki banyak variasi dalam pertumbuhannya sehingga tidak seragam dan seringkali terjadi mutasi genetik atau kelainan dari bentuk yang diinginkan perusahaan oleh karena itu harus dimusnahkan dan menyebabkan persentase keberhasilan produksi menurun. Selain itu serangan hama dan penyakit juga rentan terjadi pada musim penghujan atau peralihan sehingga banyak serangga yang menyerang tanaman Anggrek. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Selain itu untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen, dan usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot sehingga tanaman dengan kategori rusak mekanis masih dapat dimanfaatkan. 22 Daftar penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 . Daftar Penelitian Terdahulu No Nama Topik Metode R I S I K O 1. Arfah 2009 Analisis Risiko Penjualan Anggrek Phalaenopsis Expected Return, Ragam Variance, Simpangan Baku Standard Deviation, dan Koefisien Variasi Coefficient Variance 2. Lubis 2009 Analisis manajemen Produksi dan Penerimaan Padi Semi Organik Z-Score dan Value at Risk VaR 3. Safitri 2009 Analisis Risiko Produksi Daun Potong Expected Return, Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation 4. Tarigan 2009 Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation 5. Wisdya 2009 Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation

III. KERANGKA PEMIKIRAN