METODE PENELITIAN Makna Hidup pada Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan

41

BAB III METODE PENELITIAN

III.A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2006, metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini juga digunakan untuk menggambarkan dan menjawab pertanyaan seputar subyek penelitian beserta konteksnya. Dengan melihat masalah yang hendak diungkap dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dipandang sesuai untuk dapat mengetahui bagaimana makna hidup pada pasangan yang belum memiliki keturunan. Karena makna hidup adalah sesuatu yang bersifat unik dan personal sehingga apa yang dirasakan berharga dan penting untuk seseorang, belum tentu berharga dan penting bagi orang lain. Sehingga makna hidup antara seseorang akan berbeda dengan orang lain. Selain itu, makna hidup itu ada dalam kehidupan itu sendiri, sehingga walaupun pengalaman belum memiliki keturunan dirasakan oleh beberapa orang, namun makna hidup mereka akan berbeda satu sama lain, karena pengalaman dan kehidupan mereka berbeda satu sama lain, serta cara memaknai hidup pastilah akan berbeda. Sehingga dengan penelitian kualitatif, dapat dilihat manusia dengan kesubyektifitasannya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Poerwandari 2001 bahwa dalam penelitian kualitatif, manusia dipandang dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk subyektif. Universitas Sumatera Utara 42 Melalui penelitian kualitatif, diharapkan peneliti akan dapat melihat permasalahan ini dengan lebih mendalam karena turut mempertimbangkan dinamika, perspektif, alasan, dan faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi subyek penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwandari 2001 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan penting penelitian kualitatif adalah diperolehnya pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti. Dan sebagian besar aspek psikologis manusia juga sangat sulit direduksi dalam bentuk elemen dan angka sehingga akan lebih ‘etis’ dan kontekstual bila diteliti dalam setting alamiah. Artinya tidak cukup mencari “what” dan “how much”, tetapi perlu juga memahaminya “why” dan “how” dalam konteksnya. III.B. Metode Pengumpulan Data Poerwandari 2001 menyatakan ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Metode-metode ini dapat dikombinasikan satu sama lain, bahkan juga dapat dikombinasikan dengan metode kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode wawancara dan selama wawancara akan dilakukan observasi. III.B.1. Wawancara Untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap peristiwa yang dialami dan dirasakan responden penelitian, maka metode yang tepat digunakan adalah wawancara. Wawancara adalah proses komunikasi antara Universitas Sumatera Utara 43 dua pihak, dimana paling tidak salah satu pihak memiliki tujuan tertentu dan di dalamnya terdapat pertanyaan dan menjawab pertanyaan Stewart Cash, 2000. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in-depth interview. Banister dalam Poerwandari, 2001 menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak sekedar wawancara terstruktur dalam Poerwandari, 2001. Pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan pada teori makna hidup yang mencakup sumber-sumber makna hidup dan komponen keberhasilan menemukan makna hidup yang dikemukakan oleh Frankl. Pedoman wawancara ini juga digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek check list apakah aspek-aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman yang demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung Poerwandari, 2001. III.C. Alat Bantu Pengumpulan Data Menurut Poerwandari 2001 yang menjadi alat terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Namun, untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu, seperti alat perekam tape recorder, pedoman wawancara, dan catatan lapangan. Universitas Sumatera Utara 44 III.C.1. Alat Perekam Tape Recorder Poerwandari 2001 menyatakan sedapat mungkin wawancara perlu direkam dan dibuat transkripnya secara verbatim kata demi kata, sehingga tidak bijaksana jika peneliti hanya mengandalkan ingatan. Untuk tujuan tersebut, perlu digunakan alat perekam agar peneliti mudah mengulangi kembali rekaman wawancara dan dapat menghubungi subyek kembali apabila ada hal yang masih belum lengkap atau belum jelas. Penggunaan alat perekam ini dilakukan dengan seizin subyek. III.C.2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara ini juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisis data. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab Poerwandari, 2001. Pedoman umum wawancara memuat isu-isu yang berkaitan dengan tema penelitian tanpa menentukan urutan pertanyaan karena akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat wawancara berlangsung. Pedoman ini digunakan untuk mengingatkan sekaligus sebagai daftar pengecek bahwa semua aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan. Universitas Sumatera Utara 45 III.C.3 Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mempermudah proses observasi yang dilakukan. Observasi dilakukan seiring dengan wawancara. Lembar observasi antara lain memuat tentang penampilan fisik subyek, setting wawancara, sikap subyek pada peneliti selama wawancara berlangsung, hal-hal yang mengganggu wawancara, hal-hal yang unik, menarik dan tidak biasa dalam wawancara serta hal-hal yang dilakukan subyek dalam menjawab pertanyaan selama wawancara. III.D. Responden Penelitian III.D.1. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah a. pasangan suami istri yang belum memiliki keturunan, dimana usia pernikahan minimal lima bulan. Alasan penentuan usia pernikahan ini adalah berdasarkan teori bahwa seorang istri pada umumnya akan hamil di usia pernikahan lima bulan. b. Involuntary childless c. Tidak mengadopsi anak Lokasi diadakannya penelitian adalah di kota Medan. Hal ini dilakukan karena melihat keterbatasan waktu, uang, maupun tenaga yang dimiliki peneliti, sehingga akan lebih memudahkan dalam hal pengumpulan data. Universitas Sumatera Utara 46 III.D.2. Jumlah Responden Penelitian Penelitian kualitatif ini mengambil sampel tiga pasangan yang belum memiliki keturunan. Alasan pengambilan sampel ini yaitu karena penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, sehingga perlu pendekatan yang mendalam terhadap subyek. Pendekatan yang maksimal dapat dilakukan dengan subyek yang tidak terlalu besar, dan jumlah subyek tidak diambil satu pasangan saja dengan alasan agar dapat dibandingkan antara subyek yang satu dengan subyek yang lain dan dapat melihat adanya perbedaan individual. III.D.3. Prosedur Pengambilan Responden Penelitian Untuk mendapatkan responden sesuai dengan karakteristik responden yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti menggunakan prosedur pengambilan bola saljuberantai snowballchain sampling. III.E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan Bogdan dalam Moleong, 2006. Terdapat tiga tahapan dalam prosedur penelitian kualitatif, yaitu tahap pralapangan, pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. III.E.1. Tahap Pralapangan Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2006, yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 47 a. Mengumpulkan informasi dan teori yang berhubungan dengan keadaan belum memiliki keturunan dan makna hidup, baik yang berasal dari teori maupun dari literatur lepas seperti artikel. b. Menyusun pedoman wawancara. Peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teoritis untuk menjadi pedoman dalam proses wawancara. c. Persiapan untuk pengumpulan data. Peneliti mencari beberapa orang responden yang sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan, meminta kesediaannya informed consent untuk menjadi responden dan mengumpulkan informasi tentang calon responden tersebut. d. Membangun rapport. Setelah memperoleh kesediaan dari responden penelitian, peneliti meminta kesediaan untuk bertemu dan mulai membangun rapport. Setelah peneliti dan responden penelitian mengadakan kesepakatan yang meliputi waktu dan tempat wawancara serta persyaratan lain yang diajukan kedua belah pihak. III.E.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Setelah diadakan kesepakatan, maka peneliti mulai melakukan wawancara, namun sebelumnya peneliti membina rapport agar responden penelitian merasa nyaman dan tidak merasa asing. Wawancara akan dilakukan di tempat yang ditentukan oleh subjek penelitian dan akan direkam dengan tape recorder mulai Universitas Sumatera Utara 48 dari awal hingga akhir. Peneliti juga akan mencatat bahasa non verbal responden ketika wawancara berlangsung. III.E.3. Tahap Pencatatan Data Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada responden untuk merekam wawancara yang akan dilakukan. Setelah wawancara dilakukan, peneliti membuat verbatim dari wawancara tersebut. III.F. Metode Analisis Data Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari 2001, yaitu : 1. Koding Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak dan bertanggungjawab memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2001. Universitas Sumatera Utara 49 2. Organisasi Data Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2001 menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk : a. memperoleh data yang baik, b. mendokumentasikan analisis yang dilakukan, c. menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah ditandaidibubuhi kode- kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. 3. Analisis Tematik Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan pola yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal daapt mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena. Universitas Sumatera Utara 50 4. Tahapan Interpretasianalisis Kvale dalam Poerwandari, 2001 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2001, yaitu : pertama, konteks interpretasi pemahaman diri self understanding terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat condensed apa yang oleh subyek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Interpretasi tidak dilihat dari sudut pandang peneliti, melainkan dikembalikan pada pemahaman diri subyek penelitian, dilihat dari sudut pandang dan pengertian subyek penelitian tersebut. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis criticial commonsense understanding terjadi bila peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri subyek penelitiannya. Peneliti mungkin akan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka pemahaman subyek, bersifat kritis terhadap apa yang dikatakan subyek, baik dengan memfokuskan pada ‘isi’ pernyataan maupun pada subyek yang membuat pernyataan. Meski demikian semua itu tetap dapat ditempatkan dalam konteks penalaran umum : peneliti mencoba mengambil posisi sebagai masyarakat umum dalam mana subyek penelitian berada. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subyek ataupun penalaran umum. Universitas Sumatera Utara 51 5. Pengujian Terhadap Dugaan Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dengan mempelajari data kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan- kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya. Begitu tema-tema dan pola-pola muncul dari data, untuk meyakini temuannya, selain mencoba untuk terus menajamkan tema dan pola yang ditemukan, peneliti juga perlu mencari data yang memberikan gambaran berbeda dari pola-pola yang muncul tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda-beda mengenai data yang sama. Berbagai perspektif harus disesuaikan untuk memungkinkan keluasan analisis serta mengecek bias-bias yang tidak disadari oleh peneliti. Universitas Sumatera Utara 52

BAB IV HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN