148
IV. B. 2. d. Analisis Intrapersonal pada Suami Kasus 2
Kehadiran anak dalam keluarga dapat memberi manfaat positif bagi pasangan suami-istri dari segi psikologis, ekonomis, dan sosial dalam Ihromi,
1999. Namun ketika anak itu belum juga hadir dalam kehidupan pernikahan suami dan istri di saat usia pernikahan mencapai usia tahunan, maka akan
menimbulkan kegelisahan baik pada istri maupun suami. Pada suami Kasus 2, ia merasakan kegelisahan karena belum memiliki
anak di 2 tahun pernikahan. Hal ini dapat terjadi mengingat suami berasal dari suku Batak yang memiliki salah satu nilai atau tujuan hidupnya adalah keturunan
hagabeon Irianto, 2005. Saat itu suami merasa Tuhan tidak adil kepadanya. Ia melihat keadaan keluarga lain yang dari segi ekonomi mapan dan telah memiliki
anak. Suami membandingkan keluarga itu dengan keluarganya. Suami merasa dalam kehidupan ekonomi ia serba sulit, bahkan untuk dapat memiliki anak juga
sulit. Hal inilah yang dilihat suami sebagai ketidakadilan Tuhan kepada dirinya. Pikiran-pikiran seperti itulah yang awalnya ada dalam benak suami. Hingga
teman-temannya yang juga belum memiliki anak menasihatinya dan memberikan semangat kepadanya. Nasihat teman-temannya membuat suami tidak lagi
menyalahkan Tuhan, bahkan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan meminta anak itu dengan lebih banyak berdoa kepada Tuhan.
Kesedihan dan pikiran-pikirannya selama ini tidak pernah diceritakan suami kepada istri karena suami tidak ingin membuat istri tertekan. Suami malah
memberikan semangat dan dukungan kepada istri. Masalah-masalah yang dihadapi suami karena ketidakhadiran anak ini lebih pada pikiran-pikirannya yang
Universitas Sumatera Utara
149 membuatnya tertekan. Akan tetapi, tekanan dari pihak luar belum pernah
dirasakan suami. Biasanya pihak keluarga akan menanyakan kapan pasangan akan memiliki anak, bahkan terkesan mendesak pasangan untuk segera memiliki anak.
Hal ini juga dirasakan oleh suami. Namun pihak keluarganya hanya menanyakan kapan mereka akan memiliki anak tanpa menekan suami maupun istri. Begitu juga
dengan keluarga istri. Namun keluarga istri hanya kurang menyukai pekerjaannya saat ini yang membuatnya harus sering pergi keluar kota dan meninggalkan istri di
rumah. Suami merasa hidupnya saat ini sulit. Namun suami tetap menjalani hidup
dengan pasrah dan berusaha mencapai tujuan hidupnya. Suami merasa hal yang menjadi tujuan hidupnya saat ini adalah dapat hidup dengan tenang dan sehat,
serta dapat memiliki keluarga yang akur. Dalam meraih tujuan hidup tersebut, suami berusaha bekerja lebih giat dan semangat agar ia dapat menghidupi
keluarganya tanpa harus meminta bantuan dari orang lain. Untuk membuat rumah tangganya lebih akur, suami berusaha lebih bijak dalam mengambil setiap
keputusan. Suami beranggapan ia harus lebih sabar dalam menghadapi apapun yang terjadi.
Dalam Bastaman 2007, mereka yang menghayati hidup bermakna memiliki tujuan hidup, baik tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek
sehingga kegiatan-kegiatan mereka menjadi lebih terarah. Pada suami Kasus 2, ia memiliki tujuan hidup yang jelas dan memiliki kegiatan-kegiatan yang terarah
yang dapat membantunya dalam mencapai tujuan hidup tersebut. Walaupun saat ini suami dan istri belum memiliki anak, tidak berarti suami jadi merasa tidak
Universitas Sumatera Utara
150 memiliki pegangan hidup atau kehilangan arah seperti yang dirasakan mereka
yang menhayati hidup tidak bermakna. Bahkan dengan keadaan ini dapat mengajarkan suami untuk berdoa lebih banyak lagi kepada Tuhan dan belajar
untuk bersabar dalam menantikan sesuatu. Jadi keadaan mereka yang belum memiliki anak mengajarkan suami beberapa hal yang mungkin tidak akan ia
dapatkan jika ia telah memiliki anak dengan mudah dan cepat. Sumber-sumber makna hidup pada suami Kasus 2 dapat dilihat sebagai
berikut: 1
Nilai-nilai Kreatif Creative Values Nilai-nilai kreatif Creative Values adalah “apa yang dapat diberikan bagi
kehidupan ini what we give to live”. Maksudnya melalui tindakan-tindakan kreatif atau menciptakan suatu karya seni atau bahkan dengan melayani orang lain
dapat dikatakan sebagai ungkapan rasa seseorang. Melalui karya dan kerja seseorang dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara
bermakna dalam Bastaman, 2007. Pada suami Kasus 2, ketika ia merasa sedih atau tertekan dengan keadaannya yang belum memiliki anak atau dengan keadaan
lain, suami mengalihkan perhatiannya kepada kegemarannya yaitu bermain gitar dan bilyard. Dengan melakukan kegemarannya itu, suami merasa lebih tenang dan
dapat melupakan beban pikirannya itu, sehingga setelah ia melakukan kegemarannya itu, ia lebih dapat memikirkan apa yang harus dilakukannya
terhadap masalah dan pikiran-pikirannya itu.
Universitas Sumatera Utara
151 2
Nilai-nilai Penghayatan Experiential Values Nilai-nilai penghayatan Experiential Values adalah “apa yang dapat kita
ambil dari dunia ini” what we take from the world. Maksudnya dengan mengalami sesuatu misalnya melalui kebaikan, kebenaran dan keindahan, dengan
menikmati alam dan budaya, atau dengan mengenal manusia lain dengan segala keunikannya, dengan mencintainya dalam Bastaman, 2007. Pada suami Kasus
2, ia merasa ketika ia berdoa kepada Tuhan, ia dapat merasakan ketenangan dalam menghadapi keadaannya yang belum memiliki anak. Jadi ketika ia sedih
dan merasa sunyi dengan keadaannya yang belum memiliki anak, ia berdoa kepada Tuhan untuk melepaskan kesedihannya dan membuatnya bangkit dari
kesdihannya itu. 3
Nilai-nilai Bersikap Attitudinal Values Nilai-nilai bersikap Attitudinal Values adalah “sikap yang diambil untuk
tetap bertahan terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindari” the attitude we take toward unavoidable suffering. Ketika manusia menghadapi nasib buruk atau
situasi menghambat yang tidak bisa diubahnya, dengan kata lain ketika menderita, dia tetap bisa merealisasikan nilai yang bisa mengantarkannya kepada makna
dalam Bastaman, 2007. Pada suami Kasus 2, ia beranggapan lebih baik tidak memberitahukan kesedihannya mengenai keadaan mereka yang belum memiliki
anak kepada istrinya daripada ia harus menambah beban pikiran istri. Karena itu suami lebih memilih untuk berdoa dan pasrah dalam menyikapi keadaannya saat
ini yang belum dapat memiliki anak. Karena ia menyadari dengan ia pasrah dan terus meminta kepada Tuha, maka Tuhan akan mengabulkan harapannya sesuai
Universitas Sumatera Utara
152 dengan waktunya Tuhan. Selain pasrah, suami tetap berusaha untuk melakukan
pengobatan alternatif yang mungkin merupakan salah satu jalan mereka agar cepat memiliki anak.
4 Nilai-nilai Pengharapan Hopeful Values
Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Harapan sekalipun belum tentu
menjadi kenyataan dapat memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan yang dapat menimbulkan semangat dan optimisme dalam
Bastaman, 2007. Pada suami Kasus 2, ia tetap berharap ia akan memiliki anak dan tetap berupaya agar ia dan istri dapat segera memiliki anak. Suami juga belum
merasa putus asa dengan keadaannya yang belum memiliki anak, tetapi tetap berusaha dan berharap agar ia dapat memiliki anak, karena ia yakin harapan dan
doanya tidak akan sia-sia. Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa pada suami Kasus 2,
sumber makna hidup yang dominan adalah nilai penghayatan Experiential Values, di mana suami merasa segala sesuatunya telah diatur oleh Tuhan. Begitu
juga dengan keadaannya yang belum memiliki anak. Namun suami tetap menghayati kebenaran ajaran agamanya dan ia menjadi semakin kuat menghadapi
keadaannya yang belum memiliki anak.
Universitas Sumatera Utara
153
IV. C. 3. Analisis Interpersonal Kasus 2 Istri dan Suami a. Hubungan dengan Pasangan