126 hidupnya. Istri tetap melaksanakan aktivitas hidupnya dengan apa adanya dan
tetap semangat. Istri tetap memiliki tujuan hidup yang jelas dan melakukan kegiatan-kegiatan dengan semangat.
IV. B. 1. d. Analisis Intrapersonal pada Istri Kasus 2
Kehadiran seorang anak dapat memberikan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga Muskibin, 2005. Namun ketika anak itu belum juga hadir di usia
pernikahan bertahun, maka akan timbul kegelisahan, baik pada suami maupun pada istri.
Pada istri Kasus 2, kegelisahan karena belum memiliki anak dirasakannya saat 1 tahun pernikahan. Kegelisahan itu muncul ketika keluarganya
dan keluarga suaminya mulai bertanya-tanya kapan mereka akan memiliki anak. Saat itulah istri mulai mencari tahu apa yang dapat dilakukannya agar mereka
segera memiliki anak. Kegelisahan itu merupakan hal yang wajar terjadi karena istri hidup dalam budaya Batak yang memiliki salah satu nilai atau tujuan hidup
yaitu keturunan hagabeon Irianto, 2005. Selain itu, pasangan yang subur fertil membutuhkan waktu 5,3 bulan untuk hamil dalam Masters, 1992. Karena
itu kegelisahan yang dirasakan oleh istri merupakan hal yang wajar. Terlebih ketika pasangan belum memiliki anak, pihak yang sering disalahkan adalah istri.
Hal itu dirasakan istri karena adanya omongan negatif yang ia terima dari tetangga sekitarnya.
Istri merasa khawatir dengan desakan keluarga suaminya karena ia takut nantinya keluarga suaminya meminta suaminya untuk meninggalkan dirinya dan
Universitas Sumatera Utara
127 mencari wanita lain yang dapat memberikan anak. Dalam Irianto 2005 dikatakan
bahwa anak itu sangat berarti dalam kehidupan orang Batak sehingga tidak mengherankan bila berbagai cara dilakukan agar dapat memiliki anak. Dan
biasanya saran-saran negatif seperti yang ditakutkan oleh istri yang sering dilontarkan.
Istri merasa saat ini hidupnya memang sulit. Karena baik dari segi ekonomi maupun dari segi kehadiran anak, mereka serba kekurangan. Namun istri
tetap menjalani hidupnya dengan apa adanya. Istri tidak terlalu mau membebankan pikirannya dengan hal-hal yang semakin membuat hidupnya
bertambah sulit. Karena itu saat ini istri tetap menjalani hidupnya dengan pasrah dan berdoa kepada Tuhan.
Orang yang menghayati hidup bermakna memiliki tujuan hidup, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dalam Bastaman, 2007. Walaupun
istri merasa hidupnya saat ini sulit dan kurang karena belum memiliki anak, namun hal itu tidak berarti membuat istri tidak menghayati hidupnya sebagai
sesuatu yang bermakna. Istri tetap memiliki tujuan hidup yang jelas. Istri beranggapan hal yang menjadi tujuan hidupnya saat ini adalah bekerja dengan
semangat agar ia memiliki masa depan yang lebih baik. Karena istri ingin ketika nanti ia memiliki anak, ia dapat merawat dan menyekolahkan anak itu dengan
baik. Sehingga apapun yang ia kerjakan saat ini adalah untuk masa depannya dan untuk anaknya. Dan dalam mencapai tujuan itu istri tetap bersemangat dan
optimis.
Universitas Sumatera Utara
128 Sumber-sumber makna hidup pada istri Kasus 2 adalah sebagai berikut:
1 Nilai-nilai Kreatif Creative Values
Nilai-nilai kreatif
Creative Values adalah “apa yang dapat diberikan bagi kehidupan ini what we give to live”. Maksudnya melalui tindakan-tindakan
kreatif atau menciptakan suatu karya seni atau bahkan dengan melayani orang lain dapat dikatakan sebagai ungkapan rasa seseorang. Melalui karya dan kerja
seseorang dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna dalam Bastaman, 2007. Pada istri Kasus 2, untuk mengisi
kekosongannya saat ini istri memilih tetap bekerja. Istri melihat dengan bekerja, ia dapat mengisi kekosongan waktunya sekaligus ia dapat menabung untuk
kehidupan masa depannya, sehingga ia memiliki biaya perawatan anaknya nanti. 2
Nilai-nilai Penghayatan Experiential Values Nilai-nilai
penghayatan Experiential Values adalah “apa yang dapat kita
ambil dari dunia ini” what we take from the world. Maksudnya dengan mengalami sesuatu misalnya melalui kebaikan, kebenaran dan keindahan, dengan
menikmati alam dan budaya, atau dengan mengenal manusia lain dengan segala keunikannya, dengan mencintainya dalam Bastaman, 2007. Pada istri Kasus 2,
ia merasakan kesedihan dan kesepian karena ketidakhadiran anak. Dukungan keluarga dan hubungannya dengan keluarga adalah hal yang dapat membuat istri
tetap kuat dalam menghadapi keadaannya yang belum memiliki anak. 3
Nilai-nilai Bersikap Attitudinal Values Nilai-nilai
bersikap Attitudinal Values adalah “sikap yang diambil untuk
tetap bertahan terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindari” the attitude we
Universitas Sumatera Utara
129 take toward unavoidable suffering. Ketika manusia menghadapi nasib buruk atau
situasi menghambat yang tidak bisa diubahnya, dengan kata lain ketika menderita, dia tetap bisa merealisasikan nilai yang bisa mengantarkannya kepada makna
dalam Bastaman, 2007. Pada istri Kasus 2, ia lebih pasrah dan berdoa kepada Tuhan dalam menghadapi keadaan mereka yang belum memiliki anak. Karena
istri menyadari anak itu adalah rejeki dari Tuhan, jadi ia harus lebih pasrah dan berdoa sambil terus berusaha semampunya mereka.
4 Nilai-nilai Pengharapan Hopeful Values
Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Harapan sekalipun belum tentu
menjadi kenyataan dapat memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan yang dapat menimbulkan semangat dan optimisme dalam
Bastaman, 2007. Pada istri Kasus 2, ia tetap berharap agar mereka dapat memiliki anak, karena dengan berharap seperti ini, istri yakin Tuhan pasti akan
mempermudah jalan mereka dan dapat mengabulkan harapan mereka selama ini untuk memiliki anak. karena itu istri merasa ia tidak boleh putus asa, akan tetapi
harus lebih banyak bersabar dan terus berharap. Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa pada istri Kasus 2,
sumber makna hidup yang dominan adalah nilai penghayatan Experiential Values. Karena dukungan keluarga membuat istri dapat lebih kuat dan tidak
merasa putus asa dengan keadaannya yang belum memiliki anak.
Universitas Sumatera Utara
130
IV.B.2. Suami IV. B. 2. a. Deskripsi Data
Tabel 12 Gambaran Umum Suami Kasus 2
Keterangan Deskripsi Suami Kasus 2
Usia 30 tahun
Usia ketika menikah 26 tahun
Menikah pada September 2004
Anak ke 4 dari 6 bersaudara perempuan: 3 orang, laki-
laki:3 orang Suku Batak
Toba Agama Kristen
Protestan Pendidikan terakhir
SMA Pekerjaan Tukang
las Pengobatan yang dilakukan
Pengobatan alternatif
Suami Kasus 2 dalam penelitian ini adalah seorang pria suku Batak Toba yang berusia 30 tahun. Suami menikah pada September 2004 pada usia 26 tahun.
Suami mengenal istri dari teman-teman istri yang sering naik angkotnya karena saat itu suami bekerja sebagai supir angkot. Suami mulai berpacaran dengan istri
pada November 2002. Suami menjalani hubungan berpacarannya dengan serius dan pada Desember 2003 suami mengenalkan istri pada orangtuanya yang saat itu
kebetulan sedang berada di Medan untuk menghadiri pesta. Suami menyatakan keseriusannya untuk melamar istri pada bulan Mei 2004 dan menemui orangtua
istri. Sebelumnya suami telah meminta izin kepada orangtuanya. Pada Juli 2004, keluarga kedua belah pihak bertemu dan menetapkan bulan September sebagai
bulan pernikahan mereka. Saat ini usia pernikahannya memasuki 3 tahun 8 bulan. Pekerjaan suami
saat ini adalah mengelas besi putih stainless steel untuk dijadikan aksesoris
Universitas Sumatera Utara
131 rumah. Pekerjaan ini menuntut suami harus sering pergi meninggalkan istri di
Medan dan merantau di kota lain. Terkadang suami sampai 3 bulan tidak dapat kembali ke Medan. Hal ini tergantung dari pekerjaannya itu.
Suami merasakan kegelisahan karena belum memiliki anak di usia pernikahan 2 tahun. Saat itu suami mulai melakukan usaha-usaha untuk dapat
memiliki anak. Suami pernah memeriksakan diri ke dokter sekali saat suami berada di luar kota. Hal itu dilakukan suami atas dorongan teman-teman suami.
Hasil pemeriksaan saat itu menyatakan bahwa suami sehat dan tidak memiliki masalah yang dapat menghambatnya untuk memiliki anak. Setelah itu suami tidak
pernah memeriksakan lagi ke dokter. Yang dilakukan sampai saat ini hanya dengan pengobatan alternatif, yaitu dengan obat Batak. Namun pengobatan
tersebut tidak dapat dilakukan oleh suami secara rutin karena pekerjaan suami yang mengharuskannya untuk pergi keluar kota. Suami mengatakan bahwa selama
ini ia tidak melihat adanya hasil dari pengobatan alternatif tersebut. Namun ia tetap saja melakukannya dengan berpindah-pindah dari pengobatan yang satu ke
pengobatan yang lain jika dalam 3 bulan pengobatan tersebut dirasakan tidak memberikan hasil.
Sampai saat ini, suami masih mengharapkan kehadiran anak dalam kehidupan rumah tangganya. Dan suami belum berani untuk memikirkan jika
suatu saat nanti mereka tidak dapat memiliki anak. Dari pihak keluarganya pun tetap mengharapkan agar mereka dapat mendapatkan cucu dari suami dan istri.
Keluarga suami tetap menanyakan kapan suami dan istri akan mempunyai anak dan memberikan mereka seorang cucu. Namun sejauh ini suami tetap memberikan
Universitas Sumatera Utara
132 pengertian kepada keluarganya bahwa mereka telah berusaha semampu mereka
dan saat ini tinggal menunggu dan berdoa kepada Tuhan agar mereka segera diberikan anak. Dari keluarga istri, memang juga mengharapkan agar mereka
mendapatkan cucu dari suami dan istri. Akan tetapi, suami merasa pihak keluarga istri kurang menyukainya karena pekerjaan suami yang membuatnya harus sering
meninggalkan istri dan jauh dari Medan. Itu semua hanya dugaan suami karena selama ini suami melihat sikap keluarga istri kepadanya selama ini.
Suami merasa kehidupannya saat ini sulit baik di bidang ekonomi maupun dalam hal tidak memiliki anak. Salah satu hal yang juga menghambat suami dan
istri untuk melakukan pengobatan medis adalah masalah ekonomi mereka. Karena menurut suami untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah terpenuhi sudah baik.
Namun di tengah kondisi mereka yang sulit ini, suami tetap pasrah dan memiliki prinsip bahwa kebutuhan makan mereka akan dipenuhi suami sendiri tanpa harus
meminta dari orang lain ataupun dari keluarga.
IV. B. 2. b. Data Observasi