DAK Kewenangan Perpajakan dan Retribusi Daerah
46
dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja pegawai. Dalam bentuk rumus, kriteria umum tersebut dapat ditunjukkan pada
beberapa persamaan dibawah ini:
Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD – Belanja Pegawai Daerah
Penerimaan Umum = PAD + DAU + DBH-DBHDR
Keterangan: Belanja Pegawai Daerah = Belanja PNSD
PAD = Pendapatan
Asli Daerah
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
DAU = Dana
Alokasi Umum
DBH = Dana Bagi Hasil
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi
PNSD = Pegawai Negeri Sipil Daerah
Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui Indeks Fiskal Neto IFN tertentu yang ditetapkan setiap tahun. Daerah yang mempunyai
kemampuan keuangan rendah layak diberikan DAK. Berdasarkan kebijakan yang disepakati bersama, defi nisi daerah yang memiliki
kemampuan keuangan rendah adalah daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya berada dibawah rata-rata nasional atau IFN-nya
kurang dari 1 satu.
Rata-rata Nasional Kemampuan Keuangan Daerah
Total Kemampuan Keuangan Daerah Secara Nasional
Jumlah Daerah =
= IFN Daerah t
Kemampuan Keuangan Daerah t Rata-rata Nasional Kemampuan Keuangan Daerah
Jika IFN daerah t 1, atau jika daerah t memiliki IFN lebih kecil dari rata-rata nasional maka daerah t tersebut layak untuk mendapatkan alokasi DAK.
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 47
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Undang-Undang 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 40 Ayat 3 menjelaskan
bahwa “kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah”, dan ditambahkan melalui
peraturan pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan Pasal 56 Ayat 2. “kriteria khusus dirumuskan melalui indeks kewilayahan
oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan MenteriPimpinan
Lembaga terkait. Kriteria khusus yang digunakan dalam perhitungan alokasi DAK memperhatikan: Peraturan Perundang-Undangan
merupakan daerah khusus; seluruh KabupatenKota di Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Daerah tertinggalterpencil; dan karakteristik
daerah yang meliputi daerah pesisir danatau kepulauan kecil, daerah perbatasan dengan Negara lain, daerah rawan bencana, daerah masuk
dalam kategori ketahananan pangan, dan daerah pariwisata. Penyediaan data tentang kekhususan daerah tersebut Menteri Keuangan berkoordinasi
dengan lembaga terkait. Kriteria teknis adalah kriteria yang mencerminkan kondisi sarana dan
prasarana masing-masing bidang. Daerah yang kondisi sarana dan prasarananya kurang baik akan diprioritaskan untuk mendapatkan
DAK. Kriteria tersebut ditetapkan oleh kementerian teknis terkait. Dalam perhitungan alokasi DAK, besaran kriteria teknis dirumuskan sebagai
indeks fi skal teknis IFT. Pada tahun 2006, DAK dialokasikan untuk 9 bidang, yaitu pendidikan,
kesehatan, jalan, irigasi, air minum, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan, pertanian dan lingkungan hidup. Selanjutnya, pada tahun
2008 bertambah dua bidang, yaitu bidang keluarga berencana KB dan bidang kehutanan. Untuk tahun 2009 bertambah dua bidang juga yaitu
bidang perdagangan dan bidang sarana prasarana perdesaan, sehingga menjadi 13 bidang. Dengan dipisahkannya DAK air minum dan DAK
sanitasi yang pada tahun sebelumnya berdiri dalam satu bidang, maka
48
bidang DAK pada tahun 2010 menjadi 14 bidang. Bidang DAK dalam tahun 2011 bertambah menjadi 5 bidang sehingga menjadi 19 bidang,
adapun tambahan 5 bidang baru tersebut yaitu bidang listrik perdesaan, perumahan dan permukiman, keselamatan transportasi darat, transportasi
perdesaan dan sarana dan prasarana kawasan perbatasan. Dengan makin bertambahnya bidang DAK, maka tujuan alokasinya
juga makin melebar, sehingga tidak sesuai dengan fi losofi awal, yakni sebagai dana specifi c grant yang diarahkan untuk membantu daerah
dalam mempercepat penyediaan infrastruktur pelayanan publik di
daerah. Untuk itu, ke depan perlu dilakukan reformulasi terhadap DAK, termasuk mengatur percepatan pengalihan dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan yang digunakan untuk mendanai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah menjadi DAK. Hal ini perlu dilakukan
karena sesuai hasil audit BPK, sebagian anggaran kementerianlembaga masih digunakan untuk mendanai urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah. Namun, anggaran tersebut tidak bisa segera dialihkan menjadi DAK karena adanya beberapa permasalahanhambatan,
antara lain apabila dialihkan menjadi DAK dikhawatirkan kementerian lembaga tidak lagi punya kendali operasional atas pelaksanaan kegiatan
di daerah, beban daerah menjadi berat karena adanya kewajiban untuk menyediakan dana pendamping, dan adanya sebagian kegiatan nonfi sik
yang tidak bisa dilaksanakan karena DAK lebih diarahkan untuk mendanai kegiatan fi sik.
Pada tahun 2012, prioritas kebijakan terkait dengan alokasi DAK diarahkan untuk mempersiapkan pengalihan sebagian programkegiatan
yang sebelumnya dilaksanakan oleh kementerianlembaga menjadi programkegiatan yang dilaksanakan oleh daerah. Dengan pengalihan
tersebut, maka dana yang selama ini dikelola oleh kementerianlembaga untuk mendanai urusan pemerintahan yang sudah menjadi kewenangan
daerah dapat dialokasikan ke Daerah dalam bentuk DAK atau dana transfer lainnya.
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 49
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Penyaluran DAK
DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah yang dilaksanakan secara
bertahap, yaitu sebagai berikut: a.
Tahap I : disalurkan sebesar 30 dari pagu alokasi DAK, dilaksanakan paling cepat pada bulan februari setelah DJPK
menerima Perda APBD tahun anggaran berjalan, laporan penyerapan penggunaan DAK tahun anggaran sebelumnya, laporan realisasi
penyerapan DAK tahap III tahun anggaran sebelumnya, dan surat pernyataan penyediaan dana pendamping.
b. Tahap II : disalurkan sebesar 45 dari pagu alokasi DAK,
dilaksanakan paling lambat 15 hari kerja setelah DJPK menerima laporan realisasi penyerapan DAK tahap I tahun anggaran berjalan
yang secara kumulatif telah mencapai 90. c.
Tahap III : disalurkan sebesar 25 dari pagu alokasi DAK, dilaksanakan paling lambat 15 hari kerja setelah DJPK menerima
laporan realisasi penyerapan DAK tahap II tahun anggaran berjalan.
2.3. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 2.3.1. Dana otonomi Khusus
Dana Otonomi Khusus Dana otsus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang diberikan kepada daerah yang telah ditetapkan
sebagai daerah otonomi khusus berdasarkan undang-undang otonomi khusus. Ada dua undang-undang yang mengatur Otonomi Khusus,
yaitu Undang-undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusu Papua jo. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2008 dan Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Alokasi Dana otsus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat besarnya setara 2 dari
50
Pagu DAU Nasional, dengan pembagian 70 untuk Provinsi Papua dan 30 untuk Provinsi Papua Barat yang ditujukan untuk pembiayaan